#Prioritas Pengeluaran Keluarga
by Teh Patra
Adakah yang pernah merasa bingung mengatur pengeluaran? Mana yang harus didahulukan? Koq sepertinya pemasukan keluarga ga cukup aja.
Gaji udah naik, koq pengeluaran lebih naik lagi? Salahin siapa ya? Salahin suami? Repot..ntar berantem. Salahin pemerintah? Ke siapa ngomongnya? Salahin orang lain aja..? Orang lain koq bisa beli ini beli itu? Gajinya berapa ya? Kerjanya apa? Makannya apa? hehehe..
Daripada pusing tujuh keliling, meningan kita mencoba menarik nafas sajaa..inhale, exhale. Mudah-mudahan pikiran kita bakal lebih jernih. Sehingga...triiiingg....ooh..ternyata kalau bener ngaturnya, uang kita masih nyisa banyak..hehe..aamiin..
Walaupun kebutuhan setiap keluarga pasti berbeda, ada beberapa hal yang harus diprioritaskan :
1. Bayar zakat. Ini untuk yang sudah masuk nishab ya, minimal penghasilan 6 juta rupiah, keluarkan zakatnya 2.5% atau 150 ribu rupiah saja. Ga usah banyak tanya, ga usah banyak pikiran..keluarin aja. Ini adalah hak orang lain yang ada dalam harta kita. Kalau kita ga mau mengeluarkannya dengan sukarela, Allah akan mengeluarkannya dengan caraNya. Adaaa aja masalahnya..barang tiba-tiba rusak, uang ilang di jalan, ada yang sakit, ketipu..na'udzubillahi min dzaalik.
2. Bayar hutang. Hutang jangan ditunda. Kata Rasulullah, seseorang yang berniat untuk membayar hutang, akan dimudahkan oleh Allah untuk membayarnya. Adaaa aja jalannya yang membuat si hutang ini terbayar. Tapi kalau kita melambat-lambatkan membayar hutang tanpa alasan syar'i, hidup kita akan terasa berat.
3. Makanan bergizi. Untuk menunjang sumber daya manusia, makanan bergizi ini perlu sekali diprioritaskan. Jangan korbankan gizi keluarga untuk hal-hal yang tidak penting. Makanan bergizi akan membuat keluarga sehat, cerdas, kuat sehingga jauh lebih ekonomis dan produktif. Kebutuhan gizi tiap anggota keluarga tidak selalu sama. Maka porsi makan tiap anggota keluarga juga tidak harus sama. Balita, remaja dan ibu menyusui umumnya membutuhkan gizi jauh lebih banyak daripada anggota keuarga lain. Jangan salah memberi makan keluarga. Ayah ibunya diberi makanan terbaik padahal tubuhnya tidak lagi tumbuh, sementara anaknya diberi makanan sisa alakadarnya. Untuk anak-anak yang sulit makan, ibu harus berjuang agar asupan makanan tetap terjaga. Jangan dibiarkan hingga anak mudah sakit, apalagi sampai tertinggal banyak hal dari usianya.
Pelajari pula berbagai jenis makanan substitusi, yang lebih ekonomis tapi memiliki kualitas gizi yang sama. Jangan mudah terpengaruh trend. Usahakan agar keluarga bisa mengkonsumsi jenis-jenis makanan yang beragam, sehingga dapat memperoleh manfaat yang beragam pula.
4. Pendidikan. Aset paling berharga adalah manusia. Investasi sumber daya manusia in syaa Allah akan memberikan keuntungan maksimal di dunia dan akhirat. Usahakan agar keluarga mendapatkan kesempatan belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Pastikan keluarga bisa membaca buku berkualitas, koran dan media yang jelas sumbernya, jurnal ilmiah, mengikuti kursus keterampilan, pelatihan, sertifikasi keahlian, dll. Berikan anak sekolah terbaik, bukan termahal. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu mendukung tercapainya cita-cita keluarga.
Sementara itu, pengeluaran lain bisa ditunda. Baju asal masih layak ya sedikit kumal tidak mengapa (asal jangan kumal banget..hehe). Alat masak ya yang normal-normal saja. Menghaluskan bubur bayi yang cuma seuprit itu ya pake sendok saja, ga perlu beli alat yang mahal-mahal dan susah disebut namanya. Tas asal bisa menampung barang bawaan ya cukuplah..bikin sendiri dari sepre bekas pun oye.
Justru sepatu yang harus lebih diperhatikan. Sepatu yang baik yang mampu menampung bobot tubuh, nyaman dipakai beraktivitas dengan posisi tubuh sempurna. Sepatu yang kurang baik mungkin membuat langkah tersendat, dan bisa mengganggu postur tubuh, terutama pada anak-anak yang masih tumbuh.
Rumah kalau belum mampu mencicil ya jangan dipaksakan. Kalau bisa diusahakan menabung agar bisa beli rumah. Tidak perlu dipikirkan jumlah tabungannya. Menabung saja dulu. In syaa Allah akan dicukupkan.
Kendaraan dibeli kalau memberi nilai produktif saja. Kalau ada kendaraan malah jadi konsumtif berarti kita belum siap punya kendaraan.
Sebelum membeli suatu barang, pikirkan terlebih dahulu apa nilai produktif dari barang tersebut. Barang yang baik adalah barang yang membuat kita puas membelinya tanpa ada rasa penyesalan, sesuai antara manfaat dan harganya, membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik, dan mampu memenuhi kebutuhan kita sesuai dengan alasan dibelinya.
Jangan mudah silau dengan rumput tetangga. Rumput tetangga yang tampak lebih hijau itu mungkin mengandung hama, atau mungkin juga rumput sintetis. Fokus sajalah dengan keuangan keluarga kita sendiri. Jangan gara-gara urusan uang, suami istri berantem. Padahal pas nikah dulu alasannya yang penting cinta, materi ga akan jadi masalah.
Dengan pengelolaan keuangan yang baik, in syaa Allah hidup kita akan lebih tenang, bahagia dan penuh barakah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan jika ada yang mau berkomentar