Sabtu, 01 Agustus 2015

MERAWAT FITRAH ANAK

Resume kulwap HE Bdg #1
Bersama Ustadz Andriano Rusfi
Temanya Merawat Fitrah Anak
Hari : Jumat,28 Juni 2015
Pukul : 13.30-15.00
Admin : Bunda Mesa
Host : Bunda Winda
Co-host : Bunda Ema

Materinya :
MERAWAT FITRAH ANAK
oleh Ustadz Adriano Rusfi

Wajar kini banyak orangtua yang panik. Betapa tidak, ketika sang buah hati diperintahkan untuk shalat, susahnya bukan main. Padahal dipihak lain, saat mereka dilarang untuk berpacaran mereka malah melakukannya. Banyak orangtua yang risau dibuatnya, karena bagaimanapun mereka diperintahkan untuk memelihara diri dan keluargannya adari api neraka. Yang lebih memusingkan, itu justru terjadi ketika upaya “Islalmisasi” rumah dan lingkungan sudah dilakukan optimal. Informasi sudah disaring, kehalalan makanan sudah dijaga, teman-teman mereka telah disortir, sementara media dan sumber informasi negatif sudah disterilisasi. Lalu, apalagi yang salah ?

Mungkin banyak yang lupa, bahwa pada fitrah anak kita telah Allah ilhamkan jalan dosa dan jalan taqwa (QS Asy-Syams : 8). Jika anak tiba-tiba berbohong, padahal sama sekali tak pernah diajarkan berbohong, maka jangan panik karena Allah telah ilhamkan padanya jalan dosa. Jika putri cilik kita tiba-tiba hobby menyarungkan jilbab ke kepalanya padahal tak disuruh, maka berbahagialah karena Allah telah ilhamkan jalan taqwa. Allah ilhamkan kedua jalan itu agar anak bisa memilih. Allah ilhamkan kedua jalan itu agar anak mampu membedakan antara benar dan salah.

Jadi, pendidikan anak itu bagi orangtua Muslim sebenarnya sangat sederhana : memelihara fitrah anak. Ya, karena mereka terlahir dalam fitrah, dan kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi (AlHadits). Perhatikan hadits tersebut ! sama sekali tak ada kalimat yang menyatakan bahwa “kedua orangtuanyalah yeng menjadikan dia Muslim”. Ya, karena fitrah itu dengan sendirinya Muslim, dan tak membutuhkan upaya “Islamisasi fitrah”. Wahai ayahbunda Muslim, gembirakan diri dengan kenyataan ini, karena hati yang senantiasa risau hanya akan melahirkan pendidikan yang tak ramah fitrah.

Ya, pendidikan yang tak ramah fitrah !!! Pendidikan yang tegak di atas kecemasan dan nyaris putus asa seakan-akan Allah telah meninggalkan anak-anak kita. Lalu pendidikan semacam ini akan penuh sesak dengan doktrin dan pemaksaan. Anak dikerangkeng dan dikoridor ketat, sedangkan sterilisasi dilakukan dimana-mana. Anehnya, semua benteng itu lalu jebol di sana-sini. Yang diajarkan shalat malah meninggalkan shalat. Yang menghafal AlQur’an saat kecil kini malas tilawah. Yang pergaulannya dijaga kini malah asyik berpacaran dan hamil di luar nikah. Yang dulu taat beragama kini malah melecehkan agama.

Mana mungkin mereka disterilisasi dari kebathilan, padahal Allah sendiri yang mengajarkan pada mereka jalan dosa ? Mana mungkin mereka tak tertarik pada kemaksiatan, padahal nenek-moyang mereka, Adam as pernah melanggar larangan Allah ? Tapi, mereka juga mustahil tak tertarik pada kebajikan, karena kebajikan itu ada di dalam sanubari merka. Dan tidak masuk akal mereka benci akan kebenaran, padahal kebenaran adalah jatidiri meraka. Sungguh, tugas kita, para orangtua adalah membersihkan kedua jalan itu, agar jalan dosa dan jalan taqwa keduanya berujung di pintu surga.

Sejujurnya, sya tak pernah rewel mengajari agama pada anak-anak saya. Sampai-sampai si Bungsu pernah berkata pada kakak sulungnya : “Kayaknya Abi tak mengajarkan kita agama” (tapi dibantah oleh kakaknya). Wajar, mungkin mereka bahkan tak merasakan bahwa sebenarnya saya mengajarkan mereka agama, namun sangat halus. Kalau toh kini mereka menjadi pemuda-pemudi yang tumbuh dalam ketaatan pada Allah. Itu k karena saya “hanya” mengajarkan tiga hal pada mereka :

“Aku ridha pada Allah sebagai rabbku... dan pada Islam sebagai agamaku... dan pada Muhammad SAW sebagai nabi dan rasulku...”

1⃣ dr bunda Santiana

Untuk anak 2 tahun 8 bulan..ustadz apa sj yang harus mulai ditanamkan ke anak...dan komunikasi macam apa yang efektif..haturnuhun
➡Anak usia 2 tahun pada dasarnya dalam proses pembentukan Konsep diri. Dalam pembentukan konsep diri ini anak perlu memiliki konsep diri yang positif. Orang tua harus memberikan gambaran diri yang positif pada anak, misalnya dengan panggilan "shalehku sayang", "kamu hebat deh", "Allah cinta dengan anak manis kayak kamu"dsb✅

2⃣dr bunda Firna
anak saya umur 6th. mulai berdebat kalau diajak sholat. knp shalat wajib? knp alloh nyuruh sholat? spt saat puasa ini. knp alloh ngasih lapar? kan AA jd
ripuh��
terkadang saya "ripuh" jelasinnya ustadz,bagaimana menjawab secara bijaknya.nuhun .
➡Anak usia 6 tahun pada dasarnya masih masuk pada usia negativistik. wajar kalau pada usia tersebut cenderung membantah dan mendebat perintah orang tuanya makanya perintah shalat misalnya sebaiknya kita lakukan pada saat anak sudah masuk usia tujuh tahun karena memberikan penjelasan kepada nya menjadi jauh lebih mudah. untuk mengajak anak sholat pada usia 6 tahun sebenarnya
cukup dilakukan Lewat contoh contoh kalau dia memang masih belum siap sementara jangan
dipaksakan dulu karena menurut ajaran islam pun pada dasarnya shalat itu
adalah taklif alias beban
Ini juga menjadi bukti bahwa mengajarkan syariah sebelum mengajarkan aqidah menjadi sesuatu yang lebih sulit. lain halnya jika anak telah dipahamkan terlebih dahulu tentang Allah rasul dan islam akan lebih mudah mengajarkan syariah kepadanya✅
3⃣dr bunda Nia
Bagaimana model pembelajarn aqidah untuk anak usia balita? Karna aqidah memerlukan penghayatan sedangkan cara berpikir mereka masih bersifat konkrit bahkan sensory
➡Ini salah satu bentuk kekeliruan pemahaman tentang anak, seakan akan anak itu adalah makhluk yang hanya memahami hal hal yang konkrit dan tidak bisa memahami hal hal yang abstrak.

banyak juga yang beranggapan bahwa pemahaman anak itu sangat sederhana sedangkan aqidah adalah sesuatu yang kompleks. padahal sebenarnya terbalik.anak anak justru makhluk yang sangat abstrak bahkan imajinasinya begitu jauh dan tinggi.

mereka bisa mempercayai misalnya di atas awan itu ada sebuah puri yang dijaga oleh dua ekor singa berkepala serigala. mereka juga berpikirnya tidak sesederhana yang kita bayangkan. anak anak sebenarnya adalah makhluk yang sangat kompleks. cara berfikirnya jauh lebih rumit daripada kita. untuk itu jangan ragu ragu mengajarkan aqidah kepada anak mungkin bisa lewat lagu bisa lewat cerita dongeng bisa lewat permainan bahkan bisa lewat aktivitas sehari hari dengan pengamatan di alam semesta. Sekali lagi anak kita sebenarnya justru sangat abstrak dan sangat kompleks✅

4⃣dr bunda Ade Seruni
Bagaimana cara ust mengajarkan 3 hal tsb (ridha pada Allah, Rasul, dan Islam) kepada putra putri ust dengan menjaga kefitrahannya?
Lantas bagaimana menyikapi perilaku menyimpang dari mereka jika fitrah fujur sedang mendominasi mereka?
➡Pada awalnya saya mengajarkan ridho kepada Allah rasul dan Islam lewat kisah kisah yang ada dalam al quran. terutama saya tekankan pada cerita tentang kasih sayang Allah pada manusia. Lalu saat saya mengisahkan kisah kisah rosul saya juga bercerita tentang kemuliaan para rasul kepada mereka. pada dasarnya pendidikan terbaik pada anak adalah melalui cerita.

Pada saat anak mengalami perilaku menyimpang karena fitrah fujur itu keluar pada diri mereka, maka yang dapat kita lakukan adalah menunjukkan ketidaksukaan kita pada perilaku tersebut. pada dasarnya fitrah anak tersebut pun tidak menyukai perilaku tersebut. langkah selanjutnya adalah dengan memberikan konsekuensi pada anak pada saat perilaku tersebut muncul. misalnya ketika dia berbohong, maka kita pun dapat "membohongi" mereka untuk memberikan pelajaran betapa tidak enaknya dibohongi.

Suatu ketika saya pernah dibohongi anak lalu pada suatu kesempatan saya pernah bilang sama anak : "Abi bawa makanan enak nih" padahal saya tidak membawa makanan. setelah mereka kecewa, lalu saya ceritakan betapa nggak enaknya dibohongi✅

5⃣,dr bunda Santiana
Ustadz anak laki2 baiknya yang mendidik lebih utama abinya atau bundanya ya
➡Dalam islam pendidik utama pada dasarnya adalah seorang ayah. Tugas ayah dalam pendidikan terutama dalam mengembangkan tujuan pendidikan, konsep pendidikan, metode pendidikan,
dan seorang ayah juga harus menjadi konsultan pendidikan bagi istrinya

Sedangkan tugas istri atau tugas ibu adalah menjadi pelaksana harian dalam pendidikan anak.

Namun demikian di masa kecilnya untuk kedekatan anak laki laki lebih dekat dengan ibunya, dan anak perempuan justru perlu lebih dekat dengan ayahnya, agar seorang anak laki laki juga bisa mendapatkan asupan emosional dari ibunya sedangkan anak perempuan mendapatkan asupan rasional dari ayahnya, sehingga dengan demikian baik anak laki laki maupun anak perempuan mendapatkan asupan rasional dan emosional yang memadai dari ayah dan bundanya✅

Selamat mendidik buah hati dg pendidikan yang memelihara fitrah anak.����������

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan jika ada yang mau berkomentar