TARBIYATUL JINSIYAH (PENDIDIKAN SEKS ANAK) DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Diantara perkara penting yang mesti diketahui oleh setiap orangtua adalah bagaimana tarbiyatul jinsiyah dalam Islam. Hal pertama yang dilihat anak dalam kehidupannya adalah rumah dan lingkungannya.
Dasar tarbiyatul jinsiyah
QS. Al-Hujurat : 13. Penciptaan laki-laki dan perempuan berbagai bangsa, berbagai suku. Yang paling mulia bukan jenis kelamin atau kesukuannya, melainkan ketaqwaan kepada Allah.
QS. Ali Imran : 36. Anak laki-laki tidaklah sama dengan anak perempuan.
HR Al-Bukhari : Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan juga sebaliknya.
Allah menciptakan dorongan seksual pada jiwa manusia sebagai sebab melangsungkan keturunan. Dorongan ini merupakan fitrah sehingga jangan disikapi negatif. Dampingi anak-anak kita dan berikan pengarahan. Dijaga agar dorongan seksualnya bisa berjalan normal tanpa ada pembangkit dari luar yang bisa menyebabkan penyimpangan seksual.
1.Biasakan anak berhias dengan sifat malu
Biasakan anak malu membuka aurat, malu bergaul bebas dengan lawan jenis, malu melanggar aturan-aturan agama. Perkenalkan batas-batas aurat pada anak. Orang tua juga membiasakan diri berpakaian pantas di depan anak. Tidak berganti baju di depan anak.
2.Ajarkan anak tentang adab meminta izin
Ajarkan anak adab meminta izin, baik ketika ingin masuk ke kamar orangtuanya, kamar saudaranya apalagi rumah orang lain. Memulai dengan salam lalu meminta izin masuk.
Adab meminta izin masuk. Ini berlaku untuk adab masuk kamar maupun adab bertamu.
a.Memilih waktu yg tepat. Jangan masuk pada pagi buta, tengah hari atau larut malam, kecuali ada kepentingan mendesak. Biasakan hal ini sejak anak belum menginjak baligh.
b.Mengetuk pintu 3 kali. Jika diizinkan silakan masuk. Jika tidak, hendaknya kembali.
c.Mengetuk pintu dengan perlahan, dengan volume yang wajar
d.Memberi jarak waktu antara satu ketukan dengan ketukan berikutnya. Tidak terus menerus.
e.Tidak menghadap ke pintu, menghindari pandangan tidak sengaja pada aurat orang lain.
f.Mengucapkan salam dulu sebelum meminta masuk
g.Memperkenalkan diri. Misal ditanya “siapa”, jangan dijawab “saya” karena tidak menjelaskan identitas diri. Jawablah dengan menyebutkan nama kita, bisa diikuti dengan keperluan.
h.Menundukkan pandangan ketika masuk
i.Kembali pulang jika tidak diizinkan
Betadap adab Islam sangat sempurna menjaga keamanan setiap insan. Pernah dengar berita penodongan saat membukakan pintu untuk tamu ? karena adab bertamu tidak dijaga.
3.Biasakan anak menundukkan pandangan
Dasarnya adalah QS. An-Nuur : 30-31
Pandangan mata bisa menjadi awal timbulnya kerusakan hati. Jaga pandangan anak dari hal-hal tidak senonoh yg membuat naluri seksualnya terburu matang secara tidak sehat
4.Biasakan anak menjaga aurat
Pelan dan bertahap tanamkan kesadaran anak tentang auratnya. Jelaskan perbedaan aurat laki-laki dan perempuan. Khusus anak perempuan, ajarkan syarat-syarat pakaian yang harus dipenuhi ketika keluar rumah.
Sedapat mungkin yang perlu dijaga juga adalah tidak ada ART yang menginap di rumah. Jika terpaksa maka kenalkan dan didik pula ART perihal adab-adab Islam.
5.Pisahkan tempat tidur anak dengan saudaranya
Pisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan saat mereka berumur 10 tahun. Namun sounding atau pembiasaan bisa dilakukan sejak 7 tahun. Saat umur 10 tahun mereka mulai menginjak usia pubertas. Larang mereka tidur bersama dalam satu selimut, walaupun dengan orang tuanya. Mengapa? Karena bisa menyebabkan naluri seksual anak tumbuh dengan cepat hingga menimbulkan berbagai indikasi penyimpangan seksual. Demikian kesempurnaan penjagaan Islam.
Idealnya rumah keluarga memiliki 3 kamar tidur. Satu untuk orangtua dan dua lagi masing-masing untuk anak laki-laki dan perempuan. Jika tidak memungkinkan menyediakan kamar tidur yang berbeda maka sediakan area tidur yang berbeda. Misal, anak perempuan di dalam kamar dan anak laki-laki di ruang tamu.
6.Jauhkan anak dari ikhtilat
Pemegang kuncinya adalah orangtua. Dari dini dikenalkan dan ditanamkan bagaimana pergaulan lawan jenis. Bukan berarti anak kemudian dipingit. Orangtua bertanggung jawab menyampaikan pemahaman bahwa saat anak sudah baligh, kebebasan berinteraksi dengan lawan jenis ada batas-batasnya. Anak-anak juga akan belajar dari bagaimana cara orangtua menerima tamu atau berhijab di depan lawan jenis.
Perlu dipahami dan diwaspadai pula peran media dalam hal ini. Pemberitaan negara barat saja sangat selektif. Ada aturan dalam menyiarkan berita. Menayangkan berita kecelakaan atau musibah pun sangat ketat aturannya. Pemberitaan yg mereka sampaikan lebih banyak bersifat edukasi.
Di sini ? saat membuka media sosial saja arus berita sudah tidak bisa diseleksi.
7.Ajarkan surat an-Nuur saat anak menginjak dewasa
Ada poin-poin penting dalam surat ini yg harus diajarkan pada anak, terutama menjelang pubertas. Diantara poin-poin tersebut adalah : hakikat mahram dan apa saja yg tidak boleh dilakukan dengan non mahram, kewajiban menutup dan menjaga aurat, adab bertamu, kewajiban menundukkan pandangan, adab pergaulan dengan non mahram misal tentang khalwat dan shafar. Bila lengah maka pintu zina terbuka lebar. Perketat kejiwaan mereka pada masa ini. Para orangtua harus terlebih dahulu memahami surat ini sebelum mengajarkannya pada anak.
Bagaimana dengan sekolah asrama yang mengkhusukan diri pada siswa laki-laki saja atau perempuan saja ? Pada dasarnya sekolah asrama tetap dibatasi, agar anak-anak masih bisa berkumpul dan mendapat pengawasan dari keluarganya.
Belajar dalam kondisi jenis kelamin yang sama juga tidak membuat setan berhenti menggoda. Fenomena yang sering terdapat di sekolah asrama diantaranya fenomena kakak angkat, kekaguman berlebih hingga yg terparah naudzubillah liwath. Pada dasarnya sekolah bukan tempat penitipan.
Ikhtiar mencari ilmu dan ikhtiar terbesarnya adalah doa.
PENDIDIKAN SEKS kepada anak meliputi pemahaman dan pengenalan gender, titik fokus pada usia-usia tertentu dan adab pergaulan.
Anak mendapatkan informasi tentang pendidikan seks dari orangtua, sekolah, khodimat, teman, media dsb. Porsi tanggung jawab terbesar memberikan informasi tersebut ada pada orang tua. Faktanya, anak banyak mengetahui dari teman dan media, yang berarti dari luar rumah.
Penyampaian oleh orang tua bisa melalui role model, pola asuh dan komunikasi. Ayah dan ibu adalah pekerjaan professional utama yang sebenarnya perannya tidak bisa digantikan orang lain. Pola asuh berperan dalam membentuk kepribadian-karakter anak.
Pendidikan seks harus dengan jalan menyenangkan. Maksudnya pahami bahwa saat batang otak anak happy maka proses belajar dan menerima informasi akan lebih mudah. Sebaliknya pada kondis batang otak reptile, anak tidak happy dan cepat lupa dengan informasi yg disajikan. Ini berarti orangtua harus memunculkan empati. Pun saat anak bicara tentang “naksir teman”. Masuki dulu perasaannya sebelum memberikan nasihat. Empati bisa melalui sentuhan, kata-kata atau motivasi.
Komunikasi seks pada tahapan usia 0-5 tahun : organ tubuh dan fungsinya, perbedaan jenis kelamin, menjaga dan merawatnya.
Komunikasi seks pada tahapan usia 6-12 tahun: perubahan fisik, perubahan psikis, tanggung jawab pergaulan.
Kenalkan dan pahamkan anak mengenai perubahan fisik sekunder pada usia menjelang baligh. Perubahan fisik sekunder ini mudah dikenali. Misal, perubahan suara, bentuk tubuh atau bau badan karena factor hormonal. Semua perubahan ini pada dasarnya untuk mendukung fungsi tubuh laki-laki dan perempuan dalam meneruskan keturunan.
Kemudian, setelah perubahan fisik sekunder kurang lebih setahun kemudian akan disusul dengan perubahan fisik primer. Anak perempuan akan mengalami menstruasi dan anak laki-laki mimpi basah. Walaupun ada beberapa anak laki-laki yang masa balighnya tidak selalu ditandai dengan mimpi. Disinilah peran orangtua sebisa mungkin memberikan informasi yang lengkap agar anak tidak salah paham. Ajarkan juga adab bersuci sebagai konsekuensi perubahan fisik primer ini.
Selain perubahan fisik, masa baligh juga disertai perubahan secara psikis. Perubahan ini bersamaan dengan perubahan hormonal yg tidak seimbang. Gaya bahasa dan tingkah laku mereka jadi berasa menyebalkan. Maka perlu berkomunikasi dengan cara berbeda juga agar mereka tidak lari dari kita.
• Kurangi kecerdasan linguistik orangtua, terutama para bunda saat berbicara dengan anak
• Jangan terburu-buru memberikan nasihat
• Fokus saat bicara, tidak multitasking dan multitalenta dengan pekerjaan atau pihak/fokus lain
• Lakukan eye contact
Masya Allah betapa sempurnanya adab dan ajaran Islam. Jika kemudian masih ada hal-hal yg tidak sesuai terjadi, itu semata-mata karena kesalahan individunya bukan kesalahan ajarannya. Semoga bermanfaat, mohon maaf bila ada kesalahan menginterpretasikan keterangan narasumber karena kesempurnaan mutlak milik Allah semata.
Disarikan dari sharing tarbiyatul jinsiyah dengan narasumber Ummu Ihsan C. dan Santi Meliyanti.
By DPs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan jika ada yang mau berkomentar