Resume Diskusi Eksternal
Komunitas HSMN Semarang #2
Senin, 23 November 2015
Pk. 20.15 - 21.30
"Mendidik anak menjadi enterpreneur sejak dini"
Narasumber: Teh Patra
Moderator: Icha
PROFI:
Teh Patra jurusan Sipil ITB angkatan 1996.
Anak-anaknya berjumlah 4 orang. Teh Patra senang berbagi pengalamannya membesarkan ke-4 anaknya yang kini berusia 18 tahun, 14 tahun, 13 tahun dan 3,5 tahun. Ke-4 anak ini juga mendapatkan pendidikan Homeschooling dari orang tuanya.
Sempat heran juga, kenapa angkatan 1996 bisa punya anak umur 18th? Teh Patra sudah menikah di tingkat 1. Teh Patra wisuda dengan Pendamping Wisuda pasukan lengkap: 1 suami, 2 anak dan 1 bayi. Jadi dalam urusan pengalaman ngurus anak dan keluarga, kudu lah kita berguru.
Dalam sharing selama 1 jam, ibu jebolan ‘jalur sutra’ SMP 5 – SMA 3 – ITB ini berbagi pengalaman tentang bagaimana mempersiapkan anak mandiri dan cerdas secara finansial. Membuat anak cerdas finansial itu BUKAN semata-mata mengajarkan anak BERDAGANG. Catet ya! Tapi lebih ke arah mempersiapkan mental enterpreneurship anak.
SELAYANG PANDANG
Bismillahirrahmaanirrahiim
Sebetulnya materi intinya bukan mengajar anak berbisnis, menanamkan jiwa wirausaha sejak dini.
Tujuannya adalah melatih kemandirian sejak dini.
Jika kita mempelajari shirah Rasulullah, kita melihat bagaimana Rasul mengajarkan kita untuk mandiri sejak usia dini.
Rasul sudah mulai berdagang di usia 7 tahun. Ikut kafilah lintas negara di usia 9 tahun dan mengembangkan harta dagang khadijah di usia awal 20an.
Sebagai muslim, selayaknya kita meneladani Rasulullah dalam setiap aspek kehidupannya.
Target minimal kita adalah menyiapkan anak-anak untuk bisa menjadi menjadi pribadi mandiri saat mencapai usia baligh..tidak terus menerus merepotkan dan menjadi beban kedua orangtuanya.
Saat ini banyak sekali angkatan kerja yang tidak mampu hidup mandiri..masih terus membebani ortunya. Sampai lulus kuliah s1, masih minta dana untuk kuliah s2.
Ada yang sudah menikah pun masih disuplai ortu.
Yang seperti itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan orang yang paling mulia adalah yang paling bermanfaat. Islam mengajarkan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.
Anak kita latih untuk tidak suka meminta2 termasuk kepada mita ortunya.
Kewajiban kita memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan untuk menuhi keinginan, mereka harus berusaha dulu.
Sejak dini kita pahamkan pada mereka bahwa untuk bisa memenuhi kebutuhan (dan keinginan) seseorang perlu bekerja, berusaha.
Itu yang ingin kita ajarkan pada anak-anak kita.
Mental Enterpreneur
1. Jujur
2. Orientasi sosial
a.Motif Ta’awun
b.Sopan dan ramah-tamah .
c. Sportif “Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain” (H.R. Muttafaq ‘alaih).
d.Tidak egois.
“Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya”.
e.Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat)yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial.
f. Komoditi bisnis yang dijual haruslah barang yang suci dan halal.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan“patung-patung” (H.R. Jabir).
g.Bagi pihak yang berhutang, menyegerakan membayar hutang
h.Bagi pihak yang memberi hutang, meringankan yang berhutang.
3. Itqon
Ajari anak agar senantiasa menjaga amanah serta melakukannya dengan profesional. Tanamkan jiwa merit base yaitu jiwa untuk senantiasa menyelesaikan sesuatu dengan baik dan sempurna, tidak hanya sekedar selesai dengan hasil minimalis.
إِنَّ الله يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sebaik-baik pekerjaan ialah usahanya seseorang pekerja apabila ia berbuat sebaik-baiknya (profesional) ” (HR. Baihaqi)
4. Inovatif dan kreatif
a.Berani mencoba hal baru.
b.Memahamkan konsep value added.
5. Leadership
Ajari anak agar memiliki jiwa kepemimpinan, seperti
a.Disiplin
Latih anak agar disiplin dalam setiap aktivitasnya, baik disiplin terhadap waktu ataupun disiplin terhadap target yang ingin dicapai
b.Bertanggung jawab
Ajari anak bertangung jawab terhadap dirinya sendiri, barang miliknya, kebutuhan yang harus dia siapkan sebelum berangkat sekolah, membereskan mainan, dll.
Ajari juga anak agar mengetahui konsekuensi dari setiap aktivitasnya.
c.Bekerja dalam tim
Biasakan anak bekerjasama dengan orang lain.
d.Berani dan optimis
Latih keberanian anak untuk bertanya, berkomunikasi dan mengungkapkan pendapat. Ajari anak untuk berani mempertahankan kebenaran, menerima kritik dan saran dengan lapang dada, tidak takut dengan sesuatu yang tidak beralasan.
TANYA JAWAB
Pertanyaan #1:
kira2 umur berapa tahun anak sudah bisa diajari berniaga teh?jazakillah (Bunda Indah )
Jawaban:
untuk bertransaksi jual beli, anak bisa mulai saat sudah mumayyiz, sudah bisa membedakan nilai uang dan barang, sudah paham transaksi, dan berada dalam kondisi aman untuk bertranskasi
Bisa berbeda-beda untuk setiap anak
berkisar 5-7 tahun
Respon Bunda Indah:
bagaimana cara kita untuk memupuk keberanian anak agar tdk malu?
Jawaban:
Pada dasarnya anak terlahir dalam keadaan natural, penuh rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba. Rasa malu itu tumbuh sebagai respon dari sikap lingkungan. Kalau lingkungan membentuk anak menjadi pemalu, sering melarang, berkomentar negatif, dll, maka akan tumbuh rasa malu.
Jika sejak kecil anak terbiasa mencoba, bersosialisasi, termotivasi, in syaa Allah dia akan berani dan optimis
Pertanyaan #2:
adakah pengalaman Teh Patra dalam mengajarkan anak berniaga? Mohon sharingnya (bunda Ayu)
Jawaban:
alhamdulillah, saya sendiri sejak kecil suka berdagang..seingat saya mulai sejak 4 tahun, ibu saya membelikan permen setoples dan saya jual di pinggir jalan karena saya merasa kebanyakan :D
Anak2 juga sudah sering berusaha berpenghasilan sejak kecil, karena saya tidak memberi uang saku.
Dulu waktu sekolah, anak2 suka membawa snack untuk dijual di sekolah. Sejak homseschooling mereka berjualan di lingkungan rumah.
Setelah agak besar, mulai bisnis yang lebih rumit..seperti jualan sosis online. Mencatat penjualan, pendapatan, stock barang, pembelian, inventaris, menghitung laba rugi, dll. Omsetnya mencapai belasan juta rupiah per bulan
Sekarang setelah lebih besar, anak2 melebarkan sayap investasi ke logam mulia dan peternakan domba. Mulai belajar investasi tanah kecil2an juga.
Pertanyaan #3:
setelah anak bisa memulai untuk berbisnis,apakah kita latih mereka juga untuk mencatat apa saja yg telah laku itu..atau istilah kerennya 'pembukuan' bagaimana memulainya untuk mengajarKan anak2 tentang itu
*maksudnya perlahan2,supaya kalau Besar sudah terbiasa (Bunda Icha)
Jawaban:
iya..tentu anak harus belajar pembukuan. Mereka harus bisa membedakan mana modal, mana keuntungan. Dimulai dari yang sederhana dulu saja.
Misal ibu membuat snack dengan harga dasar 800 dan dijual 1000.
Sebelum berjualan, buat dulu catatan berapa jumlah snack yang dibawa.
Nanti setelah berjualan dihitung dan dicatat berapa penjualan, berapa uang yang didapat, betul atau tidak, berapa laba yang diperoleh, dst.
Laba bisa disimpan sebagai tabungan anak. Anak juga bisa mencatat sendiri tabungannya
Pertanyaan #4:
Mandiri diusia baligh itu maksud nya mandiri secara financial ya teh? Bagaimana jika memang bakat anak ada di akademik? Sehingga memang dia masih harus sekolah dan kuliah dulu? (Bunda Ita)
Jawaban:
iya, mandiri termasuk salah satunya dalam hal financial. Sejak baligh berarti segala hukum zakat, infaq, dll sudah terkena
Jika anak memang berbakat di bidang akademik ortu bisa saja menganggapnya sebagai investasi. Namun sebetulnya tidak ada kewajiban memenuhi segala keinginan anak. Anak perlu paham bahwa biaya yang dikeluarkan ortu pada dasarnya adalah 'investsi' dan sedekah untuk membantunya. Sehingga dia juga akan semangat membayarnya dengan kerja keras yang sepadan.
Artinya jangan sampai ortu kerja keras menyekolahkan anak, sementara si anak berleha-leha, malas2an, main2, dll.
Pertanyaan #5:
Cara mendisiplinkan anak gmn ya? Kadang kita kurang bisa istiqomah (Bunda Reni)
Jawaban:
disiplin itu tidak bisa diajarkan, tapi ditanamkan. Menanamkan yang paling efektif tentu dengan teladan dari pendidiknya. Kalau pendidiknya tiak disiplin, tentu akan mentah lagi.
Saya pribadi memilih 'realistis' dalam berdisiplin. Mulai dengan hal2 yang memang bisa dikerjakan bersama. Jangan mendisiplinkan sesuatu yang tidak ada ajarannya dalam Islam, dan sulit untuk dilakukan.
Disiplin yang paling utama adalah dalam ibadah (shalat). Ini latihan yang paling penting.
Selanjutnya adalah disiplin menghindari maksiat
Sementara dalam banyak hal lain, yang tidak melanggar syariat, kita tidak perlu menjadi terlalu kaku
Respon Bunda Reni:
Kalau untuk anak usia 5 th mendisipkan dalam hal mengajarkan sholat gimana ya teh tipsnya...
Jawaban:
Sunnah Rasulullahnya juga baru diajarkan di usia 7 tahun..hehehe
untuk usia 5 tahun itu dengan selalu diajak..bukan disuruh
dibuat suasana menyenangkan sehingga shalat tidak menjadi hal yang traumatis
Kalau anak betul2 tidak mau, tidak perlu panik..biarkan saja dulu..nanti diajak lagi
jangan sampai berantem sama anak 5 tahun urusan shalat ini..
Pertanyaan #6:
untuk anak yang belum kenal mata uang gimana cara sederhana ngajarin anak berbisnis? (Bunda Meliz)
Jawaban:
kalau belum kenal uang jangan diajari berbisnis..
Diajarinya sifat2 enterpreneur seperti dijelaskan dalam materi awal saja..jujur, optimis, teamwork, dll
Kalau mau main2 jualan2 ya bisa..jual mainan di rumah pada ortunya..untuk mengenalkan konsep jual beli misalnya
Pertanyaan #7:
Kalo teh patra cara mengajari anak2nya sendiri dengan berjualan apa? (Bunda Sari)
Jawaban:
macam-macam
waktu kecil saya bikin jeli nutrijell itu..dibungkus plastik es. Lumayan anak2 bis dapat untung sampai 10rb per hari..jaman dulu gitu..
Lalu anak2 pergi ke pasar beli snack sendiri..pilih sendiri dan jual sendiri. Mereka tiap hari ke sekolah bawa dus indomie itu..diisi aneka snack.
untungnya bisa 20rb per hari
Lama-lama mereka punya kebiasaan dan ide sendiri untuk berjualan atau berwirausaha. Bisa dengan memperbaiki mainan yang rusak, mencuci mobil, dll
Kalau anak pertama alhamdulillah sekarang sudah kerja sebagai programmer dan usaha membuat bimbel bersama teman2nya
jadi sejak kecil ada kemajuan dalam berusaha..
kepada anak2 juga diajarkan untuk mengembangkan bisnis dan jeli melihat peluang.
Pertanyaan #8:
Assalamu'alaikum teh..
Untuk anak usia 5thn,bagaimana cara mengenalkan dan memupuk jiwa merit base untuk usia tsb ya teh?
(Bunda April)
Jawaban:
Untuk anak-anak usia 5 tahun, kita sudah bisa menanamkan peerbedaan kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan akan menjadi tanggung jawab ortunya.. sedangkan keinginan harus diperoleh dengan usaha ekstra.
Ajari anak untuk tidak mudah meminta sesuatu. Kita bisa melatih mereka untuk menahan keinginan, berusaha lebih keras untuk mendapatkan reward, dll.
Dan sebagai ortu pun kita tidak mudah memberi segala sesuatu pada anak..
Biasakan anak terlatih melakukan yang terbaik. Beri reward yang lebih besar jika usahanya lebih besar.. Jadi anak akan selalu termotivasi melakukan yang terbaik ✅
PENUTUP
Pada intinya, mengajarkan anak berjiwa enterpreneur bukan berarti mengajar berdagang saja..karena banyak juga orang berdagang tapi tidak memiliki jiwa enterpreneur. Akibatnya puluhan tahun berdagang tak kunjung berkembang.
Yang terpenting adalah menyiapkan akhlaq mereka, agar saat mereka mencapai usia baligh mereka akan sanggup mandiri dan memiliki akhlaq yang menunjang untuk bisa mandiri.
Selesai....
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
hsmn
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
facebook.com/hsmuslimnusantara
FB: HSMuslimNusantara pusat
instagram: @hsmuslimnusantara
twitter: @hs_muslim_n
web: hsmuslimnusantara.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan jika ada yang mau berkomentar