Oleh : Ani Ch, penulis buku & pemerhati pendidikan keluarga
▪☕▪☕▪☕▪☕▪
Teman, edisi selasa-kamis akan mengajak kita untuk merenungi tema pendidikan anak, kita semua punya kewajiban untuk mendidik bukan? Minimal mendidik anak-anak kita sendiri, juga anak-anak yg ada di lingkungan kita sendiri, dan tentunya untuk anak-anak bangsa ini, generasi penerus kita.
Kamis, 8 Oktober 2015
Pendidikan Seksual pada Anak
(bagian 3)
"Mama...kata mas Dodo burungku kecil"
"Bun, jima' itu apa ya? Tadi wktu pelajaran fiqih, katanya itu membatalkan puasa. Bearti, kalo Anin lagi puasa, nggak boleh jima' ya? Bunda jelasin Anin dong...soalnya, tadi waktu nanya ustad, cuma dijawab : nanti Anin tahu kalau sudah besar. Anin kan sudah besar, Bunda"
Hmmm...ibunya si Anin kelabakan mau jawab apa...
"Umi, pemerkosaan itu apa sih? Ini berita koran, ada orang ditangkap pak polisi"
"Mama, homo sama lesbi itu apa?"
"Mi...ini apa sie...berita di tv, ada germo dan psk dirazia"
" k**t*l itu apa bun?
Huuuuuuufttt....para ibu sungguh jadi gelagepan mau jawab...
Teman, apa yg perlu kita lakukan ketika ada kejadian ini? Memarahi...tidak boleh. Bersikap cuek dan mengalihkan perhatian? Hmmm, sebentar dulu..dia bisa penasaran & nyari sendiri lhoo...atau menjawab dg sejelas2nya agar mereka tahunya hanya dari kita..lha drpd nyari tahu sendiri, kan bisa berabe...
Yang pertama dilakukan adalah...tenang..muka kelabakan & bicara gelagepan akan membuat respon juga menjadi berlebihan..dalam rangka menenangkan diri kita bisa bertanya balik dulu sebelum menjawab, "Lha kakak tahu dari mana itu? Kamu baru denger sekarang ta?"
Jawaban yg perlu kita berikan perlu mengacu pada aspek 'ilmiah' dan menghindari bumbu2 yg berlebihan. Jika bisa cukup jawaban singkat dan tidak menimbulkan pertanyaan baru.
Istilah burung, titit, apem, dan 'analogi' lainnya memang tdk disarankan utk menjadi kosakata bagi anak..ada yg menyarankan bahasa biologi spt 'penis & vagina' utk menamai alat kelamin ketika kita berinteraksi dg anak, tapi rasanya juga masih janggal. Ada satu saran yg paling nyaman menurut saya yaitu : kemaluan.
"Dik..ini namanya kemaluan..ini bagian tubuh kita yg penting...krn ini buat pipis, kalo gak ada ini adik gak bisa pipis. Kenapa namanya kemaluan? Krn kita harus malu kalo ini sampai kelihatan orang lain. Bahkan membicarakan soal ini pun kalo bisa jangan...kita harus malu. Kecuali kalo kamu tanyanya sama mama. Boleh"
"Anin, jima itu dilakukan oleh suami istri, makanya ustad susah menjelaskan sama kamu, karena memang yg bisa melakukan ya orang dewasa yg sudah menikah. Anin ya nggak bisa jima', kan Anin belum menikah"
"Sayang, pemerkosaan itu adalah jenis kejahatan, biasanya dilakukan laki2 dg menyakiti perempuan"
"Kakak...Homo lesbi adalah kata2 buruk. Kenapa? Allah itu memberi anugerah perasaan kasih sayang antara laki2 dan perempuan. Tapi orang2 itu melanggar aturan Allah. Homo itu laki suka sama laki. Kalo lesbi itu perempuan suka sama perempuan"
"Dik...jangan ucapkan itu...itu kata itu maksudnya kemaluan. Bukannya bunda sudah bilang ya...kita harus "malu" jika menyebut atau mengatakan hal2 yg berhubungan dg itu"
Teman...sangat mungkin, anak2 akan bertanya balik...krn masih penasaran ini dan itu..ini adalah karakter anak usia 7 tahun ke atas...mulai kritis dan berani tanya...sekali lagi TENANG, jangan panik...muka tetep datar, sambil mikir penjelasan terbaiknya...selalu koridor ilmiah macam bahasa definisi skripsi lah yg kita pake..dan selipkan tentang "ini buruk" "ini tidak baik dibicarakan, kamu hanya boleh tanya sama mama, papa, atau guru di sekolah"
Bbrp thn yg lalu saya pernah baca blog teman, Wahida namanya...saya ingat satu batasan penting pula utk tanya jawab seksualitas ini...
Prinsipnya adalah 'berikan sesendok demi sesendok, bukan langsung sebakul'. Apa artinya? Hanya berikan penjelasan apa yg ditanya anak, jawab seperlunya, tidak perlu panjang lebar sampai jadi sebuah cerita, apalagi pakai contoh-contoh yg akan memicu imajinasinya...
Cukup sampai kita mendengar kata "Ooooo, begitu", "Oalah, itu ta maksudnya" "Hmmmm, jadi begitu" atau diamnya anak adalah tanda anak tidak perlu penjelasan kita lagi. Cukup, berhenti sampai disitu dan sampaikan pd anak, kapan2 bisa tanya lagi ya...
Anak-anak umur 10 tahun ke atas akan mulai sensitif dg tubuhnya..maka ada pola pendidikan seksual lain lagi yg perlu kita terapkan.
"Ma...kenapa dadaku sakit ya"
"Umi...ini yg namanya haid ya? Kok ada merah2 di celana dalamku"
"Yah...temenku lhooo, katanya sudah mimpi basah, aku kapan ya.."
Okey...itulah pembahasan kita edisi berikutnya..insya Allah pekan depan....huuu haaaa...rehat dulu ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan jika ada yang mau berkomentar