Kamis, 28 Mei 2015

Adab ta’amul fil jamaah (tata krama terhadap jamaah)

Adab ta’amul fil jamaah (tata krama terhadap jamaah)

“sesungguhnya jika engkau tidak bersama mereka, maka engkau tidak akan berada bersama orang-orang selain mereka. Sementera jika mereka tidak bersamamu, mereka tetap eksis bersama yang lain.”

                Kata-kata salafus saleh diatas menyadarkan kita tentang kebutuhan kita akan jamaah dan untuk senantiasa berada dalam standarnya bersama mereka, tidak mungkin kita bergaul dengan orang-orang yang standarnya berada di bawah mereka. Sementara jamaah dan mereka yang ada di dalamnya akan terus eksis dan berjalan dengan atau tanpa kita. Gamblangnya, masuk atau keluarnya klita dari jamaah tidak akan berpengaruh banyak apalagi sampai mengguncangkan jamaah. Dengan kata lain, apabila kita keluar jamaah, kitalah yang merugi.

Karena itu, keberadaan kita dalam jamaah adalah anugrah dari Allah yang harus disyukuri dan dipelihara. Salah satu upaya menjaga karunia kesertaan kita dalam jamaah ialah dengan senantiasa berinteraksi secara intensif dengan dakwah itu sendiri dan semua elemen-elemen dakwah atau elemen jamaah.

TERHADAP DAKWAH

At-takhally ‘an shillati bi ayyi haiatin aw jamaa’atin. Melepaskan diri dari segala keterikatan dengan lembaga atau jamaah-jamaah lainnya (terutama bila diminta oleh jamaah untuk melakukan itu). Sehingga bila jamaah menilai kita harus memutuskan ikatan dengan yayasan atau jamaah tertentu, karena dinilai membahayakan. Seharusnya kita menerima dan mentaati. Kecuali bila jamaah menugaskan di lembaga atau jamaah tertentu untuk tujuan tertentu (on mission).
Ihya’ulbaadaatil islamyah (menghidupkan kebiasaan-kebiasaan islam). Tujuannya ialah agar kita tetap terpelihara didalam ruang lingkup jamaah dengan hidayah yang diberikan Allah. Diantara usaha untuk terus meningkatkan kualitas keislaman dan keimanan adalah dengan selalu menghidupakan kebiasaan-kebiasaann islami.
Taaruf alal ikhwati du’ati ma’rifat taami wayaal’aksa. Berkenalan dengan para du’at dengan pengenalan yang sempurna.
Adaaul waajibaatil maaliyah (zakat, infak dsb). Menunaikan kewajiban-kewajiban maaliyah.
Nasyrud dakwah fi kulli makaan wa ahli alaa dzaalik.Menyebarkan dakwah di setiap tempat dan  membentuk keluarga-keluarga dakwah.
 

TERHADAP QIYADAH

Qiyadah dalam dakwah mempunyai hak seorang bapak dalam ikatan hati, hak seorang ustadz dalam hal menambah dan mentransfer ilmu, hak seorang syeikh dalam memberikan tarbiyah ruhiyah dan akhirnya hak seorang komandan dalam menentukan atau memberikan kebijakan-kebijakan umun di lapangan dakwah.

Dalam proses interaksi dengan mas’ulnya, seorang adho atau al akh dituntut supaya bisa berhubungan dengan baik sebagai perwujudan keqiyadahan yang terdekat dengannya. Diantaranya ialah memperhatikan hak-hak mas’ul seperti disebutkan diatas dan juga berusaha memenuhi hal-hal sebagai berikut:

Tha’at. Seorang a’dha hendaknya senantiasa taat melaksanakan perintah-perintah dan arahan-arahannya dalam kondisi senang atau susah serta sulit atau mudah.
Tsiqoh. Seorang akh dikatakan tsiqoh kepada qiyadahnya jika ia memiliki ketenangan dan ketentraman jiwa terhadap apa-apa yang datang dari sang Qiyadah. Ia tidak pernah ragu terhadap arahan yang datang darinya.
Iltizam. seorang a’dho, harus berupaya menjaga, melanggengakan iltizam atau komitmennya kepada qiyadah dan jamaah dengan jalan keterbukaan mengemukakan  informasi kondisi diri dengan obyektif, sehingga terjaga pula hubungan  ruhiyah dan almaliyah dalam ruang lingkup berjamaah.
Memiliki sifat ihtiram (menghormati) qiyadah. Bukanlah suatu ciri feodalisme jika kita menghormati atasan kita yang layak dihormati. Apalagi ia berfungsi sekaligus sebagai orang tua, guru, syeikh, dan qaid. Bukankah islam mengajarkan kita menghormati orang yang lebih tua dari kita dan banyak memberikan kebaikan untuk kita seperti orang tua , guru, syaikh dan komandan.
Memberikan nasihat, masukan saran, dan kritik secara halus dan sembunyi-sembunyi. Seorang qiyadah juga merupakan manusia yang memiliki kekurangan dan kelemahan, namun bbila kita ingin mengkritisi atau memberikan masukan hendaknya dengan memperhatikan adab agar martabat atau izzahnya sebagai qiyadah tidak terlecehkan di hadapan orang lain.
 

TERHADAP SESAMA IKHWAH

Terhadap sesama ikhwah kita pun dituntutuntuk memiliki adab yang benar dalam berinterkasi. Beberapa hal dibawahini penting diwujudkan dalam interaksi dengan sesame ikhwah agar suasana ukhuwah benar-benar tercipta di dalam jamaah kita.

Selalu husnudzon dan bahkan berusaha mencarikan alasan untuk membelanya  jika ada orang lain yang mengujat ikhwah kita.
Memperlihatkan mahabbah atau rasa cinta pada mereka dan berusaha menahan emosi atau memaklumi kebodohan-kebodohanmereka.
Mendoakan mereka ketika kita berpisah atau tidak sedang bersama mereka. Dalam hadits disebutkan doa seorang muslim untuk saudaranya ketika berpisah atau sedang tidak bersamanya mustajab.di sisi kepalanya ada malaikat yang setiap kali ia berdoa untuk saudaranya meminta kebaikan, berkata malaikat: Amin dan bagimu hal yang seperti itu pula.
Tnashur, tolong menolong sesame ikhwah sebagai realisasi ukhuwah.”tolonglah saudaramu yan berbuat zalim atau dizalimi,” yakni engkau menghalanginya dari berbuat zalim atau membebaskannya dari keteraniayaan.
Mengakui dan menghargai bantuan mereka di waktu lapang dan sempit, serta merasakan dan menyadari bahwa kekuatannya, tidak dapt bergerak dengan sendirinya tanpa andil dan bentuan ikhwah lainnya seperti problem yang dihadapi dalam masalah maisyah, penyimpangan atau terkena fitnah.
Tidak menyukai atau tidak rela jika saudaranya berada dalam bahaya dan bersegera berbuat untuk mencegah atau menolak dan menyelamatkan saudaranya tersebut dari bahaya.
Memberikan tadhiyah (pengorbanan) terhadap sesama ikhwah. Hasan basri, “tidak ada yang kekal dalam kehidupan ini, kecuali 3 hal; pertama saudaramu yang kamu dapati berkelakuan baik. Kedua apabila engkau menyimpangdari jalan kebenaran ia meluruskanmu dan mencegahmu dari keburukan. Dan tidak ada seorang pun selainnya yang mengontrolmu. Ketiga, sholat berjamaah menghindarkanmu dari melupakannya dan meraih ganjarannya.”
 


Rapatkan Shaf-mu

 

BERSAMA PENDUKUNG DAKWAH

Seorang a’dho jamaah adalah seorang murabbi bagi para pendukung dakwah. Ia menjadi pintu gerbang yang akan menhantarkan pendukung dakwah tersebut ke dalam jamaah. Agar bisa menjadi daya tarik dalam merekrut dan menghantarkan pendukung dakwah ke dalam jamaah, ia dituntut untuk bisa berinteraksi dengan baik dan tepat dengan pendukung dakwah diantaranya ialah:

Menghargai dan menempatkan diri pendukung dakwah secara seimbang atau proporsional. Mereka bukan segalanya atau yang paling hebat dan penting sehingga seolah-olah tidak akan ada yang dapat menggantikan mereka. Tetapi tidak pula meremehkannya, merendahkannya atau menempatkannya secara tidak proporsional di tempat yang tidak bernilai atau rendah dan tidak sesuai dengan mereka. Sehingga terkesan tidak menghargai potensi dan bakat mereka.
Mendahulukan hal yang penting di atas yang hal yang paling penting atau menggunakan skala prioritas. Dan yang pertama harus dilakukan adalah menumbuhkan akidah di dalam hatinya.
Berhemat dalam menasehatinya sehingga masuk dan meresap.
Meninggalkan cara-cara yang keras atau kasar walaupun dengan hujah yang benar.
Menghindari jawaban langsung dan sanggahan yang ketus atau mematahkan
Menghindari penghancuran potensi dalam mengilaj atau mengatasi permasalahan ringan atau dengan jalan jalan membebani denganbeban yang berat yang  tidak proporsional dan tidak mendidik.
Hati2 terhadap pemborosan tenaga. Hendaknya kita memperhatikan tingkat kecerdasan dan ilmu pendukung dakwah kita sehingga tidak perlu berpanjang-panjang dalam membahas hal yang sudah jelas.
Setiap perkataan memiliki tempatnya masing2 dan setiap tempat memiliki jenis perkataan yang cocok. Rasulullah saw bersabda. “ berbicaralah pada manusia sesuai dengan kemampuan akal mereka.”
Mempelajari kondisi mereka dan mengenali permasalahan2 mereka misalnya kita sebagai seorang murabbi tidak langsung mencerca bila mad’u terlambat datang karena boleh jadi ada uzur syar’i yang tidak bisa diatasinya. Kemudian tidak mendikte dalam pekerjaannya dan tidak membebaninya dengan beban yang tidak sanggup ditanggungnya, karena pepatah mengatakan bahwa madinah tidak dibangun dalam sehari.
Jadilah teladan baginya dalam setiap situasi
Kontinu mendakwahinya sampai tampak hasilnya.
 

BERSAMA MURABBI

Seorang akh atau adha bisa masuk ke dalam jamaah adalah karena jasa murabbinya . hal itu tidak akan pernah terhilangkan dari catatan malaikat Raqib, sehingga seyogyanyalah tidak terhapus dari benak adha tersebut.

Menghormati mereka karena bagaimanapun Allah menjadikan telah menjadikan mereka sebagai sebab tergabungnya kita menjadi a’dha dalam jamaah ini.
Sesungguhnya mereka tetap gurumu dan bukan mantan guru atau sekedar orang yang pernah menjadi gurumu.
Terus mengingat-ingat kebaikan mereka dan melupakan kelemahan2 mereka jika memang ada.
Jika kesemua interaksi dengan keseluruhan elemen jamaah itu terjalin dengan baik, insya Allah akan terpeliharalah kekokohan iltizam kita dengan jamaah itu sendiri. Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan jika ada yang mau berkomentar