Bismillahirrahmanirrahim
🎀 Resume Kulwap Parenting KOBAR ke 9 🎀
{ Komunitas Ibu Belajar }
📅 Rabu, 25 Januari 2017
⏰ 09.30
Tema: Mengelola Emosi
Nara Sumber: Yeti Widiati, S
Profil Nara Sumber:
Ibu Yeti Widiati,S adalah Seorang Psikolog, yaitu Beliau lulus dari Fakultas Psikologi Unpad Bandung, Jurusan Psikologi Perkembangan, angkatan tahun 1985.
Menganut pandangan "Golden Age" sehingga pada 5 tahun pertama anak memilih untuk fokus pada pengasuhan dan pendidikan 3 orang anaknya.
Anak kedua menyandang kekhususan karena menyandang Crouzon Syndrome (perkembangan tulang kepala yang tidak sempurna), sehingga membutuhkan perhatian khusus, berupa penanganan medis (operasi rekonstruksi tulang kepala 3 kali), terapi wicara dan juga pengembangan konsep diri.
Saat anak ke 3 berusia 3 tahun, bergabung dengan DD sebagai Psikolog dan bekerja part time 3 hari seminggu.
Setelah 6 tahun bergabung dengan DD, saya bekerja sebagai psikolog privat di rumah.
Saat ini aktivitas saya adalah:
- Konsultasi masalah anak dan remaja
- Psikoterapi masalah emosi dan trauma
- Menjadi pembicara untuk seminar parenting dan psikologi perkembangan.
- Penyelenggara training psikoterapi
- Menulis artikel dan buku parenting dan psikologi perkembangan
Fb : Yeti widiati
Moderator: Cut Rafiqa Majid
Co-Moderator: Cut Syarifah Aini Majid
Peresume: Hasfiani
📖📖 Materi 📖📖
"AKU LAGI MARAH" - yws
(Konteks Pengelolaan Emosi)
Mengelola emosi tidak sama dengan menahan emosi. Oleh karena itu mengajarkan pengelolaan emosi pada anak bukanlah menyuruh anak untuk menahan emosi, melarang anak mengekspresikan emosinya atau sebaliknya mengizinkan anak untuk melepaskan emosinya sambil mengamuk dan merusak barang.
Tidak boleh marah, tidak boleh menangis, bukanlah cara alamiah untuk mengelola emosi. Karena emosi adalah dorongan perasaan yang alamiah yang dianugrahkan Allah kepada manusia untuk mempertahankan hidupnya.
Apakah bila kita mengajarkan anak mengelola emosi maka anak akan selalu senang, bahagia, tidak pernah sedih atau marah? Tidak juga. Pengelolaan emosi bukan dimaksudkan untuk itu. Pengelolaan emosi lebih kepada bagaimana seseorang mengenali dan jujur terhadap emosinya sendiri. Sehingga ia dapat mengekspresikan dengan cara yang adaptif. Cara yang adaptif adalah cara sehingga pesan emosi itu bisa tersampaikan dan kebutuhan emosinya sedapat mungkin bisa terpenuhi.
Misalnya,
Anak berteriak (ekspresi emosi) ketika adik merusak mainannya
- Emosinya adalah marah, dan
- Kebutuhan emosi marah adalah terpenuhi rasa keadilan dan haknya diperoleh
Pada usia bayi hingga 1 tahun, maka kebutuhan emosi anak dipenuhi oleh orang dewasa. Bayi tidak nyaman karena bajunya basah, orangtua/pengasuh yang harus segera mengganti pakaiannya dan membuat bayi nyaman. Bayi kaget karena mendengar suara keras, orangtua yang menenangkan, dst.
Semakin anak bertambah usianya, maka porsi orangtua dalam memenuhi kebutuhan emosi anak semakin berkurang, karena anak (seharusnya) sudah belajar bagaimana memenuhi kebutuhan emosinya sendiri. Anak balita masih memiliki kebergantungan besar pada orang dewasa dalam pemenuhan kebutuhan emosinya. Sementara remaja (15 - 17 tahun), seharusnya sudah memiliki kemampuan pengelolaan emosi yang mendekati usia orang dewasa.
Apa saja tahapan yang dibutuhkan agar anak dapat mengelola emosinya sendiri?
1. MENGENAL DAN MEMBERI NAMA EMOSI
Di tahap ini, maka anak diharapkan bisa mengenali emosinya sendiri melalui sinyal yang diberikan tubuhnya. Misal, tubuh gemetar berarti takut, sesak di dada itu kesal, jantung berdebar adalah kecemasan, dll.
Anak juga perlu memberi nama emosinya, sehingga ia dapat membedakan ragam emosi terutama emosi dasar, marah, sedih, senang, takut.
Bagi bayi dan balita yang belum memiliki pemahaman mengenai emosinya sendiri, maka kepekaan orangtua/pengasuh menjadi penting untuk membedakan dan memberi nama emosi2 tersebut.
Ketika ada suara geledek lalu bayi/balita kita badannya melonjak, dan wajahnya pucat, orangtua/pengasuh perlu langsung memberikan asosiasi dengan berkata, "Oh ada geledek suaranya keras sekali, Adek KAGET ya ...."
Sejak bayi masih belum berbicara, pola seperti itu sudah bisa dilakukan, sekalipun bayi belum bisa berbicara. Di titik ini, maka "kecerewetan" seorang perempuan menjadi penting dan bermanfaat. Ketika ia mendeskripsikan apapun yang terjadi melalui kata, kepada bayinya, dan bayi menyerapnya secara perlahan.
2. BERI ANAK KESEMPATAN MENGEKSPRESIKAN EMOSI
Kalaulah emosi itu adalah aliran air sungai, maka biarkan ia mengalir dengan tenang. Menghalangi atau membendungnya berpeluang menyebabkan aliran yang tak terkendali ketika penghalangnya jebol.
Penting untuk menjaga, agar anak tetap aman dan tidak menyakiti dirinya saat ia mengalirkan emosinya.
Misalnya, saat balita marah, maka beri ruang agar ia dapat menendang dengan aman. Ketika anak sudah agak besar, izinkan ia untuk memukul bantal atau kasur, tapi tak boleh merusak barang atau menyakiti diri dan orang lain. Masuk usia remaja, izinkan anak untuk menyendiri di kamarnya saat sedih, kesal atau marah. Dst.
Dalam kondisi seperti ini, hindari tergesa-gesa menasihati, memberi hadiah agar segera berhenti, menggoda dan mengolok-olok, meremehkan perasaan anak, dan semua hal (perkataan atau tindakan) yang kontra produktif dengan pembelajaran pengelolaan emosi.
Sangat baik bila anak ditanya (kalau sudah bisa bicara), cara apa yang diinginkan untuk mengekspresikan emosinya.
Bila anak dapat peka terhadap sensasi tubuhnya dan mampu memberi nama perasaan/emosi tersebut, maka hal ini akan membantunya untuk dapat mengelola emosinya dengan lebih efektif.
3. MEMAHAMI PESAN DAN KEBUTUHAN EMOSI
Bersabarlah, tunggu saat emosi sudah reda untuk mengajak anak berbicara. Otak berpikir tidak bisa bekerja optimal saat otak emosi sedang bekerja.
Berapa lama? Tidak bisa ditentukan, bervariasi tergantung sensitivitas anak dan juga sebesar apa stimulus yang memicu emosinya. Anak yang menangis karena jatuh, boleh jadi lebih cepat reda emosinya daripada anak yang cemas karena memasuki situasi baru. Orangtua yang terbiasa mengamati, biasanya akan tahu berapa waktu yang dibutuhkan anak untuk reda emosinya.
Ketika anak sudah agak besar, mulai usia 6 atau 7 tahun, biasanya saya memberikan batas waktu, "Mama kasih kamu waktu 10 menit, nanti sesudah 10 menit kita ngobrol ya."
Saat anak sudah tenang, ajaklah anak untuk berbicara mengenai apa yang dirasakan (FEEL), dipikirkan (THINK), dibutuhkan (NEED), dan yang akan dilakukan (ACTION) baik saat itu maupun di kemudian hari ketika kondisi itu terjadi lagi. Bertanya lebih banyak daripada menasihati membuat anak dapat melihat peta masalahnya sendiri bahkan hingga ke pemecahan masalahnya.
Proses ini bila dituliskan memang terkesan panjang, tapi dalam pelaksanaan, proses bisa berlangsung lebih cepat. Bukan cepat atau lamanya yang penting, tapi pencapaian setiap tahap yang perlu dicapai.
Bila anak dapat mengelola emosinya dengan baik, maka
- ia berpeluang lebih sehat fisik maupun psikologis.
- Ia juga akan lebih mengenal dirinya sendiri, yang merupakan dasar dari pembentukan konsep diri dan optimalisasi potensi.
- Dan yang juga penting serta hampir selalu dikaitkan dengan perkembangan emosi adalah berkembangnya kemampuan bergaul dengan orang2 di sekitarnya.
Mengajarkan Empati
Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Sehingga dapat berespon dengan tepat terhadap perasaan orang lain tersebut. Ini termasuk kemampuan pengelolaan emosi yang lebih tinggi, karena bukan hanya berkait dengan perasaan sendiri, namun juga perasaan orang lain.
Anak tidak serta merta memiliki kemampuan empati ini. Perlu proses belajar baik dari sisi mengembangkan kepekaan perasaan/emosi sendiri maupun juga menunjukkan respon kepada orang lain.
1. TAHAP PENGELOLAAN EMOSI 1 s/d 3
Sebelum memahami perasaan/emosi orang lain, maka anak perlu bisa memahami perasaan/emosinya sendiri. Oleh karena itu tahapan2 pengelolaan emosi yang saya uraikan di tulisan sebelumnya juga perlu dilakukan. Anak yang peka dengan perasaannya sendiri, bisa mengidentifikasi dan memberi nama perasaanya serta tahu apa yang dibutuhkan perasaannya, memiliki fondasi yang cukup kuat untuk bisa berempati pada perasaan orang lain.
2. KEMBANGKAN KEMAMPUAN IDENTIFIKASI PERASAAN/EMOSI ORANG LAIN
Setelah anak memahami perasaannya sendiri, maka bimbing anak untuk mengenali dan memahami perasaan orang lain dari orang terdekat anak terlebih dahulu. Ibu, ayah, kakak/adik, pembantu, tetangga, dll. Bahkan juga bisa melalui film, dengan mengidentifikasi perasaan melalui ekspresi wajah para aktor/aktrisnya. Film kartun atau animasi masih dapat digunakan untuk balita apalagi sekarang semakin halus penggambaran emosinya. Namun untuk anak yang lebih besar, lebih baik menggunakan film real (bukan animasi).
- "Tuh adek nangis soalnya jarinya kejepit pintu. Gimana ya rasanya kejepit pintu?"
- "Papa baru pulang kantor, badannya lemas, Papa capek tuh ..."
- "Mama agak kesal nih, soalnya cabe mahal bener harganya ..."
- "Peter Parker-nya kayaknya sedih ya waktu pamannya meninggal." (dari film Spiderman). Dll.
Meskipun tidak mudah, terutama untuk para orangtua yang terbiasa menutupi perasaannya, usahakan menghindari sedapat mungkin menampilkan ekspresi emosi yang tidak kongruen antara apa yang dirasakan dan diperlihatkan dengan apa yang dikatakan.
- "Bagus, Mama senang ..." tapi suara Mamanya datar atau berkata sambil melihat gadget.
- "Bapak itu sayang sama kamu ...!" tapi diungkapkan dengan suara keras dan tajam, dan mata melotot.
- "Aduh kasihan anak Mama ..." ketika anak kesal dan cemberut, tapi ibu mengatakan sambil tersenyum geli.
3. MEMBIMBING MEMAHAMI KEBUTUHAN EMOSI ORANG LAIN
Setiap emosi ada pesan yang disampaikan dan kebutuhan yang ingin dipenuhi. Karena anak berpikir konkrit, maka jelaskan dengan konkrit pula dan apa adanya. Saya gunakan contoh di atas.
- "Tuh adek nangis soalnya jarinya kejepit pintu. Gimana ya rasanya kejepit pintu? Bantu mama tiupin jari adek yuk ..." (Kalau tidak parah)
- "Papa baru pulang kantor, badannya lemas, Papa capek tuh. Kalau Papa diambilin minum teh hangat, kayaknya lebih enak"
- "Mama agak kesal nih, soalnya cabe mahal bener harganya. Mama mau duduk dulu 5 menit ya ... "
- "Peter Parker nya kayaknya sedih ya waktu pamannya meninggal. Kalau ada orang sedih karena ditinggal meninggal. Kira-kira dia maunya diapain ya?"
4. MENCONTOHKAN DAN MEMBERI PENGUATAN TERHADAP PERILAKU EMPATI
Nah, bagian ini yang saya anggap cukup menantang. Karena sangat mungkin orangtua (termasuk saya) belum memadai menunjukkan kemampuan respon empati yang baik kepada orang lain.
Misalnya, boleh jadi saya terbiasa berkata, "Sabar aja, itu kan takdir Tuhan" ketika melihat orang bersedih. Padahal ternyata ketika saya sendiri yang sedih, bukan respon itu yang saya butuhkan pertama kali.
Bagaimanapun sambil kita belajar dan menemukan model-model perilaku empati yang baik, kita sebagai orangtua tetap perlu mencontohkan sesuai kemampuan kita.
- Contoh yang pertama adalah dengan menunjukkan empati kita pada perasaan anak. Tanya apa yang diinginkan anak, dan berikan.
- Berikutnya adalah meminta anak memenuhi kebutuhan perasaan kita. "Mama sedang capek, Mama mau istirahat dulu. Tolong jangan ganggu Mama 30 menit."
- Berikan penguatan atau reinforcement ketika anak menunjukkan perbuata empatik. Kita perlu lebih cermat menemukan dan berfokus pada kebaikan anak daripada mencari-cari kesalahan anak.
Segera puji ketika anak menolong adiknya yang menangis, membawakan air minum ketika ayahnya kepanasan dan perilaku empatik lainnya.
- Menengok dan menghibur orang sakit, takziah saat ada yang meninggal, membantu korban bencana alam, dlsb, adalah beberapa perbuatan empatik yang perlu ditunjukkan pada anak untuk menjadi contoh. Kebaikan memang ada yang perlu ditutupi namun juga ada yang perlu diperlihatkan.
*Orang tidak bisa memberikan apa yang tidak dimilikinya.
Oleh karena itu bila orangtua atau orang2 di sekitar anak tidak/kurang berempati kepada perasaan anak, maka anak juga tidak/sulit berempati pada perasaan orang lain.
Yeti Widiati 04-100117
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
🤗🤗 Sambutan 🤗🤗
🎙 Moderator
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته bu yeti
Terimakasih bu yeti atas kehadiran dan waktu luang nya..
🎙 Ibu Yeti Widiati
Assalamu'alaikum semuanya, senang bisa hadir di sini. Semoga majlis kita berkah dan manfaat. 😊
🎙 Moderator
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته .. Aamiin..
Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin, wassalaatu wassalaamu’alaa asrafil anbiyaa ii wal mursaliin Muhammadin, wa’ala alihi wa'ashahbihi ajma’in,
Rabbis shrahli shodri wa ya shirli amri wahlul uqdatammil lisaani yafkahu kauli, amma ba’du.
Sebelum nya , perkenalkan saya Cut Rafiqa Majid, Moderator Kulwap KoBar
Sebelumnya Co.moderator Bu Cut Syarifah Aini Majid telah bertugas membagikan materi dan menampung pertanyaan, dan nanti setelah kulwap selesai akan kita bagikan resume yang akan di kerjakan oleh peresume handal kita bu hasfiani. Jazaakunnallah khairan.
Selanjutnya...
Yang saya hormati , Narasumber yang telah hadir dan meluangkan waktu nya di dalam aktivitas nya yang begitu padat, dan pada pagi ini bersedia hadir berbagi ilmu bersama kami disini.. Bu Yeti widiati.
Yang saya cintai , hormati Dan muliakan kepada para ibu yang yang sudi kira nya meluangkan waktu untuk ikut belajar bersama di dalam Kuliah Whatsaap (KulWap) KoBar ini, semoga Rahmat tercurah kepada kita semua,
Puji syukur Al-hamdulillah marilah kita senantiasa panjatkan kehadirat Allah سبحانه و تعالى
Atas limpahan Rahmat, Taufiq, Hidayah dan Inayyah-Nya pada kita semua,
Yang mana sampai saat ini kita masih diberikan Iman, Islam dan kesehatan,
sehingga pada malam hari ini kita dapat berkumpul bersama dalam Majelis yang mudah mudahan di Ridhai Allah سبحانه و تعالى
Sholawat dan Salam, semoga Allah senantiasa mencurahkan pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad صلى الله عليه وسلم , beserta Keluarga dan Para Sahabatnya, dan orang orang istiqamah berjuang dan mengikuti sunnah Rasulullah hingga akhir zaman.
Baik, Insya allah kita akan memulai KulWap kita dengan menampilkan pertanyaan yang telah masuk, untuk nanti nya akan di jawab oleh NaraSumber.
_____________
Sesi Tanya Jawab
🎙 Moderator
1⃣ Assalamu'alaikum wr wb.. Bagaimana menjawab pertanyaan dari anak remaja perempuan yang dia tanyakan kepada saya soal mama nya dulu lakukan (contoh kenapa mama dulu pakai jilbab usia 20thn sedangkan dia sudah harus pakai usia 15) jadi bisa di katakan apa yang dulu mamanya tidak pakai/kerjakan tapi dia harus kerjakan. Terima kasih
-NN, Jakarta-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 1
Wa’alaikum salam.
Salam kenal juga.
Saya lebih menyukai kejujuran. Jelaskan saja bahwa memang anda baru tahu mengenai perintah jilbab itu pada usia 20 tahun. Sementara anak anda beruntung karena sudah mengetahui perintah jilbab sejak usia yang lebih muda. Kebaikan yang dilakukan segera lebih baik daripada ditunda.
Tapi bagaimana pun jangan memaksakan kehendak kepada anak. Lakukan tahapan-tahapan pembiasaan sehingga anak siap dan ikhlas melakukannya. ✅
Tanggapan:
Ibu Ayu ▶ Berarti tidak bolehkah kita memaksa anak berjilbab jika dia sudah baligh dan pembiasaan yang dimaksud bagaimana bu? Terimakasih
Ibu Yeti ↪ Yang paling penting adalah contoh.
Anak perempuan biasanya mencontoh dari ibunya atau dari orang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu kita sebagai ibu perlu berusaha menjadi "idola" anak sehingga anak mencontoh apa yang kita lakukan, termasuk value yang kita miliki.
Pembiasaan itu dengan membiasakan anak memakai pakaian yang kita anggap layak.
Ajak anak juga untuk mengamati bagaimana lingkungan memperlakukan orang yang tidak menutup auratnya dengan baik. Hal ini agar anak memperoleh kesimpulannya sendiri. Sehingga ketika ia memutuskan mengenakan betul2 atas keinginannya sendiri.
Bila kita memaksa, silakan saja. Tapi tidak ada jaminan bahwa anak akan tetap mengenakan saat kita tidak ada. ✅
Moderator ⏩ Bagaimana bu ayu? Bu yeti menjelaskan bahwa di mulai dari pembiasaan dan ketika usia baligh di saat telah di wajibkan maka anak akan menerima aturan syariat dengan penuh kesiapan, begitu ya bu yeti?
Ibu Yeti ↪ Ya, demikian. Pembiasaan bisa dari balita.
🎙 Moderator
2⃣ Assallamualaikum wr wb. Barakallah bu yeti, apakah cara penanganan emosi anak umur 11 thn 7 thn sama? Seperti apa awal sikap dan komunikasi seorang ibu jika melihat anaknya marah? Dipeluk juga dulukah si anak? Cara apakah yang kita lakukan jika sudah terlalu banyak kemarahan kita yang buat kesal anak2 agar tidak selalu diingat anak? Makasih bu..
-Nurkomaladewi, TangSel-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 2
Wa’alaikum salam wr.wb.
Ini ada dua pertanyaan ya 😉
Prinsip penanganan emosi usia berapa pun adalah T (Thinking) – F (Feeling) – AT (Action Tendency) –N (Need).
Artinya bila anak sedang emosi karena suatu hal, saya ambil contoh konkret ya, misalnya anak takut karena badut, maka tanyakan
apa yang dipikirkannya (Thinking),
apa yang dirasakannya (Feeling),
apa yang ingin dilakukan (Action Tendency),
dan apa yang dibutuhkannya (Need).
Perbedaan usia biasanya hanya pada konten emosinya saja. Anak kecil takut pada badut, anak yang besar takut pada ujian. Tapi keduanya sama-sama tentang emosi takut.
Dipeluk atau tidak, tergantung anak memerlukan atau tidak (Need), tanyakan saja pada anaknya. Kadang mungkin yang dibutuhkan anak bukan dipeluk, tapi misalnya ingin minum. Biasanya untuk anak kecil karena belum selalu bisa mengungkapkan keinginannya, boleh saja kita memeluknya, tapi kalau dia tidak suka, maka lepaskan saja.
Kalau ibunya terlalu sering marah, jangan sungkan untuk minta maaf. ✅
Tanggapan:
NN ▶ Jika ketakutan terhadap anak usia 11 thn terlalu berlebihan, contoh pada kecoa padahal metode TFATN sudah dilakukan tidak berhasil. Bagaimana bu? Yang ada malah ibu jadi terpancing kesel karena dengan binatang tersebut terlalu takut
Ibu Yeti ↪ Wah, ini agak teknis pertanyaannya. Maksudnya jawabannya agak panjang, prosesnya juga agak panjang. Karena sudah termasuk phobia, bukan masalah emosi biasa.
Saya jelaskan sedikit, ada yang namanya Takut, Cemas dan Phobia
Takut itu adalah pada obyek yang secara logis memang menimbulkan rasa takut, misalnya pada singa atau ular.
Cemas, adalah takut pada obyek yang tidak jelas, misalnya pada ujian, pada kemiskinan, masa depan, dll.
Phobia adalah takut pada obyek yang tidak logis atau pada umumnya tidak menimbulkan rasa takut. Misalnya tikus, kecoa, tahu, dll.
Phobia itu perlu terapi khusus. ✅
🎙 Moderator
3⃣ Assalammu'alaikum. Bu, anak perempuan pertama saya 13 thn, sampai saat ini sangat emosional. Kalau ada yang tidak ada suka atau tidak setuju cenderung marah2 dan merambat memarahi adik2nya.
Kalau saya lihat ada beberapa kemungkinan penyebabnya:
- Berpisah dari ayahnya sejak umur 2 thn (ayahnya tugas belajar), lalu ditinggal lagi usia 8 tahun karena tugas belajar lagi selama 4 thn (bertemu tidak tentu).
- Saya ketika ayahnya bertugas pertama kali masih kerja.
- Saya sempat juga berlaku emosional ketika dia umur 3 thn. on off on off. Saya sendiri alhamdulillah sudah mulai belajar mengendalikan emosi dan merasa sangat jauh dari kondisi dulu.
- Saya merasa kalau menasihati dengan mengenalkan lagi bermacam rasa yang dia rasakan, dan bagaimana mengatasinya. Dia kelihatan males dengerinnya, dan tidak masuk sama sekali atau terkadang dia merasa selalu salah, sehingga yang ada dia menyalahkan diri sendiri, tapi hanya sampai situ saja.
Apa yang harus saya perbaiki dari diri saya dan suami dan apa yang harus saya lakukan untuk mengajarinya memahami dirinya, dan mengndalikan emosi.
-Ocke, Bandung-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 3.
Wa’alaikum salam
Bagi anak, orangtua adalah pelindung, tempat bersandar dan sumber rasa aman. Maka jika orangtua sering pergi, ia merasa kurang aman dan akan “menuntut” rasa aman tersebut melalui perilaku yang sering kali dinilai sebagai “Caper”.
Maka berikan apa yang dibutuhkan anak, yaitu perhatian dan rasa aman.
Pada saat anak stabil (bukan saat anak sedang marah)
- Sampaikan maaf orangtua pada anak, “Kakak, maafkan ayah/bunda ya,”
- Katakan bahwa orangtua sayang pada anak, “Bunda sayang banget sama kakak ...”
- Puji anak, sebut kebaikannya, “Kakak, anak bunda yang baik/rajin belajar/rajin membantu, dll”
- Berikan jaminan akan rasa aman, “Bunda ada di sini kok. Kalau kakak sedih, kakak bisa cerita sama bunda.”
Hindari menasihati pada saat anak sedang emosi. Sia-sia. Karena saat emosi, otak korteks (otak berpikir) tidak bekerja optimal. Yang sedang bekerja aktif saat itu adalah otak limbik (otak emosi). Saat anak emosi, terima emosi anak dengan memberikannya kesempatan untuk mengekspresikannya. Orangtua perlu berada dalam kondisi stabil saat anak emosi, tapi bukan acuh tak acuh. ✅
Ibu Ocke ▶ terima kasih bu jawabannya. Betul sepertinya saya dan ayahnya memang benar2 harus meluangkan waktu dan menjadwalkan untuk bisa bonding lagi.
🎙 Moderator
4⃣ Assalamualaikum Wr Wb.
- Kalau suasana pagi hari berjalan dengan emosi baik, biasanya semangat bahagia menjalani hari sampai malam. Nah ini pagi2 emosi sudah naik gara2 ngebangunin anak2 yang butuh perjuangan. Itu tiap hari lagi. Saya sering membangunkan anak2 dengan cara menghitung dari 1 sd 5. Kalau ngga bangun di pukul pakai sapu lidi, sebagai ancaman (tapi saya tidak sampai pukul anak saya). Mereka pada bangun walau dengan perasaan kesal. Cara ini terpaksa saya lakukan karena saya emosian mengingat mereka tidak boleh terlambat sekolah, karena kan mereka harus melakukan kegiatan pagi seperti beberes kamar, murojaah dan mengaji, makan buah, mandi, sarapan dll. Pertanyaannya, apakah betul cara membangunkan anak2 yang baik, yang ngga bikin saya emosi, dan tidak membuat luka di hati anak seperti itu. Jika tidak, apa cara baik dan ampuh? Koq saya emosian gitu ya kalau anak ngga mau segera bangun?
-Atik, Batam-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 4
Wa’alaikum salam.
Mempersiapkan anak bangun dengan senang di pagi hari itu di mulai dari malam hari. Bukan saat pagi. Jadi sebelum tidur lakukan kegiatan yang menyenangkan. Membacakan buku cerita, membaca doa bersama. Minum susu hangat. Tidak terlalu kenyang. Tidur tidak terlalu malam, sehingga anak memang sudah cukup tidur saat dibangunkan. Lalu sebelum tidur bisikkan dengan lembut. “Adek/kakak besok pagi bangun jam 5 dengan senang ya ...”
Dan lebih penting lagi adalah ibunya sendiri juga perlu melakukan cara yang sama tidur malam dengan tenang dan bangun pagi dengan senang dan bersemangat. Kalau ibunya saja moodnya sudah gak enak, kesal dan marah, maka anak pun akan terbawa seperti itu.
Bila anak nampak masih mengantuk saat dibangunkan, yang biasanya saya lakukan adalah memeluk dan membuat anak duduk lalu berbisik di telinganya untuk membangunkan. Kadang saya pijit-pijit jempol kakinya. Saya tidak akan meninggalkan anak sebelum anak benar-benar bangun dan berdiri. Karena biasanya kalau ditinggalkan maka anak akan tidur lagi. Berdiri dan berjalan sempoyongan biarkan saja, karena anak perlu proses sampai benar-benar terbangun.
Saya menghindari membangunkan anak dengan mendadak apalagi sambil marah. Dalam kondisi mengantuk baik sebelum tidur maupun saat bangun tidur itu adalah kondisi hipnosis alami (hipnagogic dan hipnopompic). Maka ini adalah kesempatan yang baik untuk memasukkan sugesti positif. Jadi bila anda justru marah-marah, maka yang masuk adalah sugesti negatif. Anak akan tidak nyaman, hari akan diawali dengan mood negatif yang bisa berlangsung sepanjang hari. ✅
Tanggapan:
Ibu Atik ▶ Mesti praktek ini ya?
Ibu Yeti ↪ Iya tentu, semua perlu dipraktekkan. 😁
▶ Jam brp ya yang pas untuk tidur? Untuk bangun pas jam subuh, karena mereka tidak tidur siang. Full day.
↪ Observasi anaknya, setiap anak punya jam biologisnya sendiri. tapi cukupkan tidur anak antara 8-9 jam (untuk anak usia SD)
▶ Lalu untuk membuat emosi ceria diawal hari yang bisa langgeng sampai akhir hari bagi anak2 adakah saran? Ini tentang stimulasi emosi positif pada anak.
↪ Hehehe para ibu yang bersemangat. Bangun pagi dengan senang itu sudah satu hal positif. Bahwa sepanjang hari dia akan terus senang rasanya kita perlu realistis bahwa selalu mungkin ada hal-hal yang terjadi yang tidak mengenakkan. Oleh karena itu yang kita ajarkan tentang pengelolaan emosi salah satunya adalah bagaimana agar anak lebih siap menghadapi situasi yang tidak selalu bisa diprediksi. Anak yang bangun dengan emosi positif, relatif lebih siap menghadapinya. Insya Allah. ✅
▶ Baik, makasih.
🎙 Moderator
5⃣ Assalamu'alaikum wr wb bu Yeti. Saya mau tanya. Bagaimana baiknya mengelola emosi? Mengendalilan emosi.
Dahulu awal nikah saya kalau marah sering di pendam. Diam.
Tapi akhirnya suami bilang kalau marah baiknya di sampaikan. Supaya dpt di selesaikan masalahnya. Dan jadi di ketahui alasan marahnya kenapa.
Akhirnya setelah saya berubah. Setiap kalau marah atau ada hal yg saya tdk suka/ tidak setuju saya ungkapkan ke suami. Tapi kok Jadi malah dengan keterus terangan mengungapkan yang saya rasa malah jadi boomerang. Jadi memperkeruh masalah.
Akhirnya saya memutuskan utk kembali Diam kalau marah.
Dan menyelesaikan masalah itu sendiri.
Bagaimana cara menjalin komunikasi yang baik ya bu yeti? Terus terang kadang2 marah/kecewa/tdk setuju saya telan sendiri. Karena khawatir suami jadi marah atau lainnya.
Karena sebenarnya suami emosinya gampang sekali tersulut.
Mohon pencerahannya bu yeti. Wassalam.
-NN, Jakarta-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 5
Wa’alaikum salam
Kapan mengekspresikan emosi itu adalah seperti menarik dan mengulur layangan. Kadang ditarik kadang diulur. Tak bisa ditarik terus, tak bisa juga diulur terus.
Kapan ia ditarik dan diulur? Pikiran dan sensitivitas anda yang menentukan, bukan saya. Ukurannya adalah pada perasaan anda dan kemanfaatan bagi orang lain. Misalnya, kalau anda menahan tapi akibatnya anda sakit hati, maka ekspresikan perasaan anda dengan cara yang tidak membuat masalah baru. Tunggu waktu yang tepat (setelah tenang) lalu bicarakan apa yang anda inginkan. Apakah akan tercapai yang anda inginkan? Bisa ya bisa tidak. Bukan tercapainya yang penting, tapi tersampaikan keinginannya yang lebih penting.
Kalau anda melihat bahwa ketika anda mengekspresikan membuat orang lain tidak nyaman, maka berusahalah untuk mencari cara lain untuk menyampaikan.
Sekali lagi dalam hal ini poin utamanya adalah bagaimana anda saling memahami pesan yang disampaikan dengan cara yang tepat.
Jujurlah pada diri sendiri, apa pesan yang sebetulnya ingin disampaikan melalui emosi itu. Kalau marah karena tidak setuju. Maka sampaikan ketidak setujuannya, bukan mendahulukan marahnya. ✅
Tanggapan:
Ibu Maharani ▶ Untuk anak2 (8th) pola apa yang perlu kita ajarkan ke anak supaya mampu terampil tarik ulur dalam sensitivitasnya ini, bu yeti?
Ibu Yeti ↪ Sensitivitas untuk tarik ulur itu akan terbentuk sepanjang kita mengajarkan tahapan-tahapan pengelolaan emosi.
Coba dilakukan dulu tahapan-tahapan tersebut. (Seperti yang saya uraikan dalam tulisan saya).
Tapi sekali lagi saya garis bawahi, bagi anak yang masih berpikir konkrit dan praktis, maka CONTOH, CONTOH dan CONTOH itu adalah hal mendasar. ✅
🎙 Moderator
6⃣ Bagaimana membentuk anak yang cerdas emosi dan bisa mengelola emosi dengan baik? Anak2 saya mudah sensitif, mudah marah, mudah menangis dan mudah menyerah, bagaimana agar anak2 saya bisa lebih kuat secara mental. Terima kasih.
-NN, Lombok-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 6
Silakan dibaca kembali tulisan saya. Itu adalah tahapan-tahapan untuk membentuk anak yang cerdas emosi. Intinya
- Buat anak mengenali emosinya sendiri, melalui body sensingnya.
- Buat anak berempati pada orang lain, melalui pengamatannya terhadap emosi orang lain.
Cara yang paling sederhana untuk membentuk anak cerdas emosi, adalah dengan mencontohkan pada anak. Bila orangtua berempati terhadap emosi anak, dan bila orangtua menunjukkan kemampuan pengelolaan emosi yang baik, maka anak akan menirunya. ✅
🎙 Moderator
7⃣ Assalamualaikum.. Saya punya balita 4,5 tahun laki2. Sejak adiknya lahir (13 bulan laki2) kelakiannya lebih sering mengundang emosi. Mainan apapun yang dipegang adik, diambil abangnya, trus adik nangis. Setiap adik mau tidur abang mesti gangguin. Saya sadar ini bentuk dari minta perhatian. Saya udah berusaha merespon dengan positif, tapi ga bertahan. Gimana sebaiknya sikap saya? Terima kasih.
-Nuraqmayani, Aceh Tamiang-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 7
Wa’alaikum salam
Apa yang terjadi kalau tiba-tiba pada suatu hari suami anda membawa seorang perempuan yang lebih cantik, lebih menarik ke rumah anda? Bagaimana perasaan anda? Kesal, cemburu, marah? Itu yang terjadi pada anak anda. Berempatilah pada perasaan anak.
Awalnya anak menjadi pusat perhatian di rumah. Semua kasih sayang tertumpah padanya. Anak merasa aman dan nyaman. Sampai tiba-tiba ada seorang “makhluk” lucu bernama “adik” yang merebut semua perhatian itu. Si kakak pun menjadi frustrasi.
Apa yang perlu dilakukan? Berikan apa yang dibutuhkan si kakak. Perhatian yang berkurang, kasih sayang disangka hilang. Buat waktu “We Time” hanya berdua saja dengan si kakak. Titipkan dulu adik pada seseorang yang dipercaya. Saat We Time itu fokuslah pada si kakak, jangan masih sibuk dengan adik, menelpon bolak-balik dan lain-lain. Bermain, jalan-jalan atau aktivitas lain yang pokoknya dilakukan bersama. Ingat selalu untuk meyakinkan kakak dengan mengatakan “Bunda sayang sama kakak”. ✅
Tanggapan:
Ibu Maharani ▶ Saat we time, anak mengeluarkan sampah emosi yang selama ini dipendam. Awalnya saya bersyukur dia mau bercerita tapi disisi lain saya shock dengar cerita tersebut. Dan perasaan ini kemudian buat saya down, dan yang disayangkan beberapa hari kemudian saya malah berbalik menyalahkan anak. Bagaimana cara supaya saya mampu menerima sampah anak dengan bijak?
Ibu Yeti ↪ Mbak Maharani, itu memang yang perlu disiapkan untuk menerima anak apa adanya. Dan juga perlu diingat bahwa ini adalah fondasi dan tabungan hubungan anda di masa depan. Kalau anda sekarang menyalahkan atau memarahi anak saat ia menceritakan hal yang shocking, maka sangat masuk akal bila di kemudian hari dia tidak mau bercerita lagi karena enggan menerima reaksi anda. Dan ini adalah kerugian yang sangat besar. Terutama saat remaja, saat mereka sudah lebih banyak masuk ke lingkungan sosial.
▶ Hal yang saya lakukan ini terkait innerchild ya bu Yeti?
↪ Bisa jadi mbak Mbak Maharani
▶ Dengan saya meminta maaf ke anak kemudian buat skema komunikasi baru yang lebih positif, bisa jadi solusi kesalahan yang lalu kah bu yeti?
↪ Insya Allah
🎙 Moderator
8⃣ Assalamu'alaikum Wr.Wb. Bagaimana mengendalikan emosi ketika suami terlihat cuek ketika melihat anak menangis sedangkan istri sedang disibukkan dengan pekerjaan rumah yang lain tapi suami malah asik dengan hobby nya
-Zaa, Jakarta-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 8
Tinggal ngomong aja mbak. “Mas tolong dong si adek nangis nih, saya lagi nanggung.” Nggak usah “ngegas” juga ngomongnya. Terima kenyataan bahwa laki-laki memang nature/sifatnya memang seperti itu. Mereka tidak memiliki kepekaan seperti perempuan. Kalau kita menegur sambil marah-marah, laki-laki akan menjadi bingung dan akhirnya ikut marah. Jadi tambah ribet malah. 😉 ✅
Moderator ▶ Hehe.. apa ini terkait perbedaan otak nya ya bu yeti... jadi siapa yang harus menyesuaikan siapa ni? Mungkin bu zaa mau menanggapi
Ibu Yeti ↪ Iya memang terkait perbedaan laki-laki dan perempuan. Kalau kita paham, biasanya tidak akan terlalu emosi. Mengira suami kita sengaja tidak peduli, padahal memang dia "gak nyadar" 😁
Moderator ▶ Iya ketidaksadaran nya malah membuat istri merasa di cuekin, jadi point nya pahami perbedaan otak nya, jadi kita lebih bisa menerima ya bu..
Tanggapan:
Ibu Yudith ▶ Terimakasih, BuCut. Bu Yeti, apa ini terkait schema yg ditanamkan orang tua suami, bahwa segala urusan anak adalah urusan istri? Apa kita menanam schema baru di otak suami bahwa anak adalah urusannya juga?
Ibu Yeti ↪ Bisa juga demikian mbak Yudith. Tapi kan skema bisa diubah dan dipelajari.
🎙 Moderator
9⃣ Assalamualaikum, bu yetti. Bagaimana bila kita emosi terhadap orang lain dan kebetulan kita di depan anak kita,, Misal tiba tiba suami marahin kita depan anak atau orang lain bikin kita nangis dan depan anak, apakah kita boleh menunjukan tangisan kita dpn anak kita? Bagaimana mengelolanya, sedangkan hal itu diluar kendali kita (orang bikin kita emosi, marah atau sedih).
Saya juga baru tau kita ga boleh pakai muka datar sama anak kita yaaa,,, Kalau sesekali kita bercanda dengan kita diam aja dan membuat anak panik itu sudah kejadian, apa itu bikin traumatik ke dia.
-Rita, Bekasi-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 9
Kalau memang emosi itu tidak bisa ditahan, dan muncul spontan, ya ekspresikan saja sekalipun ada anak. Anda manusia juga yang punya emosi kan. Tapi, setelah anda tenang, panggil anak dan sampaikan apa yang terjadi. Mengapa anda menangis. Tak perlu menyalahkan orang lain atas emosi anda. Tanya juga anak T-F-AT-N (lihat penjelasan saya di atas tentang ini). Yang perlu disadari betul adalah bahwa apa pun yang terjadi itu adalah kesempatan baik untuk mengajari anak mengelola emosi.
Kalau anda sebagai ibu bisa menjelaskan perasaan dan emosi anda dengan jelas kepada anak, maka anak pun akan meniru hal tersebut.
Satu hal juga yang perlu digaris bawahi adalah, bahwa masalah anda dengan suami misalnya, sama sekali tidak ada hubungannya dengan anak. Jadi anak perlu diyakinkan bahwa ia tetap aman meskipun ayah dan ibunya bertengkar di depannya. Karena anak sering kali mengira ayah ibunya bertengkar adalah disebabkan mereka, sehingga anak merasa bersalah.
Trauma terjadi bila kejadian buruk yang terjadi, tidak segera dihandle oleh orangtua. Handle kejadian buruk salah satunya dengan rumus T-F-AT-N* tadi. ✅
*Thinking, Feeling, Action Tendency dan Need
Tanggapan:
Ibu Wina ▶ Putri saya usia 3.5 tahun, ketika merengek saya tidak tanggapi permintaannya. dan saya ajak untuk bicara baik, seperti yang sudah diajarkan. Tapi dia seringnya menjawab, "ade maunya merengek saja". Sudah berjalan cukup lama seperti ini, padahal sudah diajarkan.
Bagaimana ya bu yeti?
Ibu Yeti ↪ Konsisten dan konsekuen, itu salah satu kuncinya.
Berapa kali sudah dilakukan?
Lakukan minimal 21 hari, karena pembentukan sinaps syaraf di otak membutuhkan waktu 21 hari.
Lakukan juga hypnagogic, hypnopompic dan hypnosleep. Memasukkan sugesti saat anak akan tidur, sedang tidur dan saat bangun tidur.
▶ Sudah lebih dari 21 hari bu
Saya belum bisa melakukan hypnagogic, hypnopompic, dan memberikan sugesti dengan cara yang benar.
Ibu Rita ▶ Selama ini anak saya ikut nangis kalau liat ayahnya marahi saya akhirnya saya yang harus tenangin dia 3y7m, itu jadi traumakah?
Ibu Yeti ↪ Trauma baru ketahuan kalau sudah lewat waktunya.
Maka lakukan yang saya sampaikan di atas untuk menghindari trauma. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.
Mengenai sikap sy yg kdg suka bercanda pasang muka datar ke dia itu gmn
▶ Msh mencerna mengenai thingking feeling actionnyaaa,,,
Sudah cukup bu yeti dan bucut. Terima kasih banyak🙏🏼
🎙 Moderator
🔟 Assalamualaikum.. Bagaimana mengatasi anak yang ketika meminta sesuatu cenderung dengan cara merengek (seperti menangis tapi tidak menangis), saya sudah sering mengatakan "abang ngomong yang bagus tidak merengek seperti itu" dia mengerti & mengulang bicara dengan cara yang baik tapi itu terus berulang & terus saya ingatkan, bagaimana memutus kebiasaannya tersebut agar tidak berulang lagi?
-Devi Yanti, Banda aceh-
1⃣1⃣ Assalamu'alaikum.. Bu Yeti, bagaimana menangani anak (laki-laki usia 3.5th) yang sering merengek jika tidak suka sesuatu atau menginginkan sesuatu? Selama ini saya berusaha tidak mengabulkan keinginannya sampai dia memintanya dengan berbicara biasa.
-Ina, Ambon-
1⃣2⃣ Assalamualaikum, anak saya usia 3 tahun, setiap menginginkan sesuatu hal apapun selalu menyampaikannya dengan rengekan, sudah sering saya ajarkan kalau minta sesuatu bilang bagus" dan saya contohkan masih saja seperti itu setiap menyampaikan sesuatu dengan merengek, sebaiknya apa yg saya lakukan agar anak saya tidak seperti itu lagi. Syukron jazakallah khoir
-Zeri artini, Banda Aceh-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 10-12
Katakan, “Abang ngomongnya seperti ini .... (contohkan).” Kalau dia meniru maka berikan apa yang diminta. Tapi kalau anak tetap merengek maka JANGAN BERIKAN.
Anak belajar dengan konkret dan melakukan secara langsung. Jadi kalau anda hanya mengatakan “Jangan merengek” tapi tetap memberikan apa yang diminta, maka yang anda lakukan tidak sinkron antara perkataan dan perbuatan. Contohkan yang benar, lalu konsisten tidak memberikan kalau ia melakukan yang salah. Ini perlu perjuangan dan kesabaran, karena anda perlu bertahan mendengarkan rengekannya. Bila anda kalah dengan rengekan seperti itu, maka anak tahu sampai batas mana anda akan menyerah.
Btw, merengek adalah ekspresi emosi instrumental, yaitu ekspresi emosi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. ✅
Tanggapan:
Ibu Ina ▶ Saya biasanya mengabulkan keinginan anak saya jika dia sudah memintanya dengan cara bicara biasa. Misalnya begini bu.. anak saya merengek. Lalu saya bilang kalau mau sesuatu bilangnya gimana? Baru saya kasih. Tapi lain hari begitu lagi... Merengek dulu. Cara saya masih salah ya bu?
Ibu Yeti ↪ Kata anak, "Namanya juga usaha" ... mbak Ina konsisten saja terus. Anak ya kadang seperti itu, coba-coba dan ingin dimanja 😉
▶ Apakah karena anak saya anak bungsu bu? Apakah berpengaruh? Saya tidak begitu mengalami fase ini berlama2 dengan anak pertama saya.
↪ Bisa jadi 😊
▶ Baiklah... Lebih kuat lagi ya....😊 Terimakasih buYeti atas penjelasannya
🎙 Moderator
1⃣3⃣ Assalamualaikum wr. wb.. Anak saya laki" 16 bln, sepertinya mengalami keterlambatan berbicara, jadi kalau berkomunikasi masih pakai bahasa bayi ah eh oh..
Dan ketika gemas, kesal atw marah suka pukul" atw jambak..
Jika diberi tahu kalau pukul" atw jambak itu sakit, anak saya malah suka pukul atw jambak diri sendiri.. Wajarkah ini buwid?
Sudah di sounding dan ingatkan berkali" tetap seperti itu.. Bagaimana seharus nya saya bersikap ketika dia mulai gemas, kesal atau marah sama teman nya dan terapi apa yang dilakukan untuk melatih bicara nya agar kosa kata nya bertambah..
Terimakasih..
-Nurul, Bandung-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 13
Wa’alaikum salam
Coba dibawa ke dokter tumbuh kembang, THT dan psikolog. Usia 16 bulan biasanya sudah memiliki Kosa kata sekitar 20-50 kata sekalipun belum lengkap pengucapannya. Keterlambatan bicara bisa disebabkan beberapa hal:
- Organis, gangguan di alat bicara. Ini harus dicek oleh dokter
- Kecerdasan, diperiksa oleh psikolog
- Stimulasi, diperiksa oleh psikolog juga.
Adalah wajar bagi anak yang belum bisa bicara untuk mengekspresikan perasaannya dengan fisik/motorik, karena ia kesulitan mengungkapkan dengan kata-kata. Ia frustrasi karena tidak bisa menyampaikan dan juga karena tidak ada orang yang paham.
Sebetulnya memukul dan menjambak adalah juga bentuk komunikasi. Boleh jadi ia frustrasi karena anda tidak paham juga apa yang ia inginkan. Maka melarangnya hanya menyebabkan ia menjadi bertambah kesal. Coba anda perhatikan kembali dengan lebih tenang dan seksama. Apa yang terjadi sebelum anak mengamuk. Kita memang tidak bisa langsung paham apa yang dimaksud/diinginkan anak. Tapi anda bisa mencoba-coba. Bila tetap kurang berhasil, maka peluk anak dan minta maaflah pada anak karena anda tidak mengerti apa yang dia inginkan. ✅
Tambahan:
Anak saya yang kedua mengalami gangguan pendengaran. Baru diketahui setelah usia 1,5 tahun. Setelah saya tahu, maka saya mengubah pendekatan saya, berbicara lebih keras, lebih lambat, ada jeda dan melakukan recheck. Anak saya juga mengikuti terapi bicara pada usia 2 tahun. Selain itu saya mencari cara bagaimana anak bisa mengekspresikan emosinya dengan cara lain selain bicara, karena dia belum bisa bicara. Dan saya menemukan caranya adalah melalui menggambar.
Jadi saya bisa memperkirakan emosi anak saya melalui gambar yang dibuat anak saya. Dan ini sangat membantu saya untuk memahami anak saya lebih mudah. Dan akhirnya anak saya berkurang tantrumnya juga lebih kooperatif. ✅
Moderator ▶ Maa sya Allah.. betapa butuh nya ilmu bagaimana cara mengasuh anak ya bu? Kalau tidak mungkin kita akan stress sendiri.. dan jika Allah amanahkan anak yang special pun kita bisa mengasuh nya dengan baik dan jadi berkembang.. terimakasih buyeti..
🎙 Moderator
1⃣4⃣ Assalamualaikum Bu Yeti,
1. Apakah semua prilaku merujuk ke emosi?
Misal anak nangis ingin mainan sama ibunya padahal sudah si ibu sudah ijin utk menemui tamu & beri pengertian sedang ada tamu. Tapi anak tetap nangis. Ini bentuk emosi juga kah? Apa hanya strategi supaya dia bisa kuasai ibunya/keadaan?
2. Anak saya (4thn, laki) pernah nanya klo lagi kesel & marah harusnya ngapain. Saya udah pernah tawarkan pukul & teriak pake bantal tapi menurut dia kurang asik. Pukul samsak, dia bilang sakit. Apakah ada cara lain utk membantu mengalirkan emosi anak?
Mengerjakan yang kita sukai itu termasuk mengalirkan atau menahan emosi?
-Aero, Bogor-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 14
Wa’alaikum salam
Ekspresi emosi itu ada 3 macam
1. Ekspresi emosi primer
Ekspresi emosi ini jelas stimulusnya, misalnya, anak kehilangan mainan lalu menangis. Menangis ini adalah ekspresi emosi primer.
- Ekspresi emosi primer adaptif, yang bisa diterima oleh lingkungan, sehingga pesannya sampai
- Ekspresi emosi primer maladaptif, biasanya kurang diterima lingkungan karena menimbulkan masalah baru dan menyebabkan orang lain ikut kesal. Misalnya, marah sambil mengamuk dan melempar barang-barang
2. Ekspresi emosi sekunder
Ekspresi emosi ini adalah “turunan” dari emosi primer. Jadi misalnya, anak laki-laki yang sering dinasihati untuk tidak menangis, maka saat ia kehilangan mainan, ia malah menjadi marah karena merasa sedih. Marah ini adalah ekspresi emosi sekunder
3. Ekspresi emosi instrumental
Ekspresi emosi ini dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya, menangis saat ada tamu. Anak belajar bahwa kalau ada tamu, ibunya akan menjadi kagok dan mengabulkan permintaan anak. Maka saat ada tamu adalah saat yang tepat untuk meminta sesuatu.
Detail tentang ragam ekspresi emosi ini dapat dibaca di http://yws-paradigma.blogspot.co.id/2016/06/mengenal-emosi-dan-reaksinya-dasar-dari.html
Jadi terkait dengan pertanyaan anda, memang perlu disampaikan sebelumnya pada anak, bahwa orangtua tidak akan memberikan apa yang diinginkan anak ketika ada tamu, sekalipun anak merengek atau menangis. Katakan dengan jelas dan tegas. Lakukan dengan konsisten. Yang membuat orangtua kesulitan dan ragu, adalah karena tidak dilakukan secara konsisten. Kalau dari sudut pandang anak sih ya ini usaha mereka saja untuk mendapatkan hasil termudah.
Mengenai cara mengalirkan emosi, tanya saja pada anak, dia maunya bagaimana. Kalau saya, biasanya hanya memberikan batasannya. Misalnya, “Kamu boleh menangis, berteriak di dalam kamar, memukul bantal, atau melakukan yang lain asalkan tidak merusak barang atau menyakiti diri sendiri yang akan menimbulkan masalah lain. ✅
Tanggapan:
Ibu Aero ▶ Selain konsisten, untuk menanggapi emosi anak berarti kita harus tau detail dulu ya jenis2 emosi nya?
Ibu Yeti ↪ Betul ibu, ini berangkat dari kepekaan dan observasi kita sebagai orangtua.
Prinsipnya semua respon selalu diawali stimulus. Kapan anak marah, kesal, senang, selalu ada alasannya.
▶ Apakah semua tahapan emosi anak harus diterima ortu? Kalau misalkan contoh ada tamu, kita terima emosi anak, nanti dia akan ngerasa "ditanggepin" ga?
Dia akan ngulang2 ga klo misal ngerasa ditanggepin?
Atau ada tahapan emosi yg...."yasudah abaikan aja"
↪ Kita tahu dan paham itu satu hal. Tapi pilihan tindakan kita harus mengacu pada target perilaku yang kita harapkan.
Jadi apakah perlu ditanggapi atau tidak silakan lihat situasinya dan kembali pada bagaimana perjanjian mengenai aturan yang sudah dibuat dan diketahui anak.
▶ Insya Allah. Alhamdulillah cukup bu yeti & bucut makasih banyak jawabannya.
Intinya jd ortu melatih kepekaan rasa ya 🙂
↪ Betul, itu salah satunya 😊
🎙 Moderator
1⃣5⃣ Assalamualaikum...
Bagaimana cara kita menghadapi & mengendalikan emosi anak temperamen?
Anak saya cewek berusia 10 tahun. Selama ini gampang kali marah, merajuk & kesel sendiri. Yang terkadang saya ga tau penyebabnya apa. Saat kita tanya jawabannya selalu ga ada.
-Aan Hanifa, Aceh-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 15
Wa’alaikum salam
Anak tidak akan bisa menjawab mengenai emosi kalau selama ini memang tidak diajarkan menamai emosinya dan tidak dicontohkan oleh orang di sekitarnya.
Orangtua dulu yang perlu menunjukkan dengan contoh, apa yang perlu dilakukan bila sedang emosi. Misalnya, “Bunda sedang sedih sekarang, rasanya lemes badan bunda, bunda mau duduk dulu, bunda ingin gak diganggu dulu sebentar”.
Btw, silakan dibaca kembali tulisan saya, dan dilakukan tahapan-tahapannya mulai dari no. 1. Kalau anak belum mau bicara ya nggak apa. Contohkan lebih dulu oleh orangtuanya. ✅
🎙 Moderator
1⃣6⃣Assalamualaikum Bu Yeti,
1. Kedua anak saya perempuan usia 7thn dan 3thn, sangat mudah kesal ketika kesulitan melakukan sesuatu.
Bagaimana cara saya membantu anak saya supaya dapat mengendalikan emosinya jika menemui kesulitan?
2⃣Anak pertama saya perempuan usia 7thn, kalau baru pertama kali bertemu orang lain atau datang ke acara rame2 atau ketempat baru ekspresi yang ditunjukan suka berlebihan, bukan bersembunyi atau tersipu, ekspresinya dia suka tiba2 marah2 salah tingkah (malu tapi yang keluar ekspresi marah) atau peluk2 cium saya sambil narik2 saya. Kalau saya berusaha mengajak ngobrol saat itu apa yang dia rasa suka jadi balik ngambek.
Bagaimana ya bu supaya saya dapat mengarahkannya?
-Wina, Jaksel-
🎙 Ibu Yeti Widiati
Jawaban 16
Wa’alaikum salam
1. Ketika anak kesal karena kesulitan mengerjakan sesuatu, maka yang dibantu bukan mengendalikan emosinya. Melainkan bantu anak meningkatkan ketrampilannya dalam menyelesaikan tugas yang sulit tersebut. Kesal karena tidak bisa itu wajar. Ia akan hilang kalau ia bisa mengerjakan tugas yang sulit tersebut.
2. Itu ekspresi emosi primer maladaptif (cek uraian saya mengenai hal ini di atas).
Sebagai orangtua, tangkap dulu pesan dari emosinya tersebut. Setiap emosi adalah bentuk komunikasi, maka ada pesannya yang perlu kita tangkap. Apakah pesannya adalah, “Saya tidak suka berada di tempat ramai” atau “Saya kesal karena tidak tahu harus melakukan apa”, atau “Saya kesal kalau tidak ditemani”. Bicarakan itu saat pulang dari acara rame2 itu. Supaya pada kesempatan lainnya situasi tersebut bisa diantisipasi.
Saya biasanya melakukan persiapan bila mengetahui bahwa suatu situasi akan menimbulkan ketidak nyamanan pada anak. Menjelaskan situasinya, menggambarkan kemungkinan2nya, apa yang bisa dilakukan anak, dll. Lalu batasi waktunya sesuai dengan kemampuan anak bertahan. Kalau anak hanya tahan 30 menit, maka minta anak bertahan 25 menit. Supaya peluang anak berhasil, lebih besar. Ajarkan juga menghandle kebosanan atau rasa tidak nyaman, misalnya. Izinkan ia mencari tempat yang lebih nyaman buat dia.
Semakin bertambah usia anak, kita boleh menambah waktu tersebut. ✅
Tanggapan:
Ibu Wina ▶ Untuk pertanyaan 1, anak cukup sering menolak bantuan/ saya tawari untuk diajari. tetep keukeuh mau melakukan sendiri, tapi sambil marah atau ngedumel (kedua anak sama begitu).
untuk anak yang usia 3, kalau akhirnya tidak bisa dia lempar.
Ibu Yeti ↪ Anak 1. Dampingi di sebelahnya kalau begitu. Ibunya perlu tenang, kerjakan hal yang lain juga. Ini cara ibu mencontohkan pada anak bagaimana seharusnya menghadapi situasi tidak nyaman. Kalau ibunya juga gelisah karena dia marah-marah terus, maka itulah yang dicontohkan pada anak.
Anak 3, kalau dilempar, ajarkan dia bahwa ada konsekuensi dari perbuatannya. Dia yang harus ambil. Kalau barangnya rusak, dia yang memperbaiki atau menanggung akibatnya.
↪ aaa noted bu, hehehe saya suka gelisah greget pengen langsung bantu.
▶ 😁 ibu yang baik memang selalu ingin membantu.
Tinggal cara membantunya saja yang perlu cari strategi
▶ Pertanyaan 2, apakah betul jika saya langsung peluk untuk menenangkan sebelum mengajak berbicara perasaannya? untuk kondisi yg sdh terlanjur kejadian.
kedepannya saya sesuai saran ibu saya usahakan untuk melakukan persiapan, ngajak anak ngobrol dulu sebelum berangkat.
↪ Tentang "memeluk". Itu adalah contoh saya yang biasa saya lakukan pada anak saya. Tidak harus demikian. Setiap anak punya cara sendiri yang dibutuhkan untuk ditenangkan. Paling baik adalah tanya anak, cara apa yang dia inginkan saat ia sedang emosi, ini adalah pertanyaan Needs
▶ Baik bu
🎙 Moderator
1⃣7⃣ Assalamualaykum Anak ke2 sy perempuan 5th11bln. Jika ada tamu yg datang kerumah, dan kami orangtuanya ngobrol2 sambil tertawa, anak sy ini suka marah sambil berteriak, "diiaaamm, jangaan berisik" Nampaknya anak saya ini mencari perhatian karena "dicuekin" oleh kami orangtuanya
- Kira2 apa yang sebaiknya kami lakukan terhadap anak kami ini
- Apakah perkembangan emosinya normal pada usia 5th 11bln
- Bagaimana sikap terbaik kami ketika anak kami sedang mencari perhatian seperti ini
Terimakasih
-Ria, Bekasi-
🎙 *Ibu Yeti Widiati*
Jawaban 17
Biasakan mengajarkan anak melakukan antisipasi terhadap suatu situasi.
- Sampaikan dengan jelas apa yang boleh dan tak boleh dilakukan bila ada tamu. Dan apa konsekuensi dari ketentuan tersebut.
- Yakinkan pada anak bahwa ia tetap diperhatikan sekalipun ada tamu/orang lain. Jadi ajak anak berkenalan dengan tamunya. Bila tamunya tidak bertanya tentang anak, anda bisa menjelaskan sedikit tentang anak agar anak merasa bahwa ia berarti, misalnya, “Oom kenalkan ini adek. Adek sudah sekolah sekarang. Senang belajar, menggambar dan main sepeda.”
- Setelah itu sampaikan pada anak bahwa orangtua ada pembicaraan dengan tamu dan meminta waktu untuk tidak diganggu selama ... (sebutkan waktunya). Ini juga isyarat pada tamu bahwa anda seberapa lama boleh ngobrol.
Perkembangan emosinya masih dalam batas wajar untuk anak usia 5,11 tahun. Namun tetap perlu menjadi concern untuk bisa lebih adaptif dalam mengekspresikan emosi, karena anak akan masuk sekolah dasar dan berinteraksi dengan anak lain. Bila ia masih seperti itu, maka sosialisasinya akan terpengaruh.✅
🎙 *Moderator*
1⃣8⃣ Assalamu'alaikum..bun. Maaf mau tanya.. Bagaimana cara ampun untuk anak usia 1y7m yang sering tantrum?
Nangis kenceng plus teriak2. Terutama saat di tinggal ke kamar mandi atau saat minta sesuatu harus saat itu juga..
Wassalamu'alaikum...
-Tyas, Cibubur-
🎙 *Ibu Yeti Widiati*
Jawaban 18
Saya lebih suka tindakan preventif daripada menunggu sampai anak tantrum. Tantrum menunjukkan anak tidak bisa menunda dorongan dalam dirinya, tidak tahu cara yang tepat untuk menyampaikan keinginan, tidak terpenuhi pesan emosinya, minimalnya konsistensi penerapan aturan dari orangtua dan yang jelas, anak beranggapan bahwa kalau tantrum maka keinginannya pasti tercapai.
Saya ambil contoh anda, anak ditinggal ke kamar mandi. Apakah anda suka pergi meninggalkan anak diam-diam? Kalau ya, berarti anak ada perasaan insecure/tidak aman dan Trust/perasaan percaya pada orangtua berkurang. Sehingga ia merasa cemas bila ditinggalkan. Maka yang perlu anda lakukan adalah, tidak lagi pernah meninggalkan anak diam-diam, sekalipun itu membuat anak menangis, anda harus jujur pada anak.
- Jelaskan pada anak, bahwa anda akan pergi dalam waktu tertentu (perlihatkan jam, tunjukkan jamnya sampai angka berapa). Mengatakan “sebentar” atau “lama” itu tidak jelas. Sehingga anak tidak bisa mengantisipasi.
- Jelaskan apa yang anda lakukan saat pergi. “Bunda sakit perut, bunda mau ke kamar mandi dulu”
- Jangan terpengaruh saat anak tantrum. Tetap stabil dan konsisten dengan apa yang perlu dilakukan. Fokus pada tujuan. Bila anda mengalah, maka anak selanjutnya akan tantrum dengan lebih kuat.
Hal ini juga berlaku saat anak meminta sesuatu dan kemudian meminta saat itu juga harus dipenuhi. Konsisten saja. Oh ya, ingat untuk memuji/mengapresiasi ketika anak bisa melakukan pengendalian yang lebih baik. ✅
🎙 *Moderator*
1⃣9⃣ Assalamu'alaikum. Saya mau bertanya bagaimana cara mensikapi anak yang mudah marah, bahkan tiba2 ketika sedang ngobrol atau setelah sampai disekolah. Anak saya usianya 7thn perempuan. Jadi kdang2 saya sampai ikutan kebawa emosi ngehadapinya. Dan bagaimana caranya menahan emosi menghadapi anak saya tersebut. Makasih.
-Diana, Bogor-
🎙 *Ibu Yeti Widiati*
Jawaban 19
Wa’alaikum salam
Perhatikan, observasi kapan biasanya anak marah. Karena selalu ada penyebab/stimulusnya anak emosi, entah itu marah, sedih, bahkan senang sekalipun. Saya tahu bahwa menahan emosi saat anak marah itu bukan hal yang mudah. Tapi emosi itu dipengaruhi cara berpikir. Ingatlah bahwa cara anda merespon anak, itulah yang akan diikuti oleh anak.
Untuk berusaha tidak ikut marah,
- Tarik nafas dalam-dalam,
- Palingkan muka, jangan melihat ekspresi wajah anak
- Diam tidak bicara.
Saat keadaan tenang, maka sampaikan pada anak bagaimana perasaan anda saat melihat anak marah. Bahwa anda juga terpicu ingin marah. Tanya pada anak apa pendapatnya ketika melihat anda ikut marah. Diskusikan dengan anak apa yang bisa dilakukan agar tidak saling marah, karena itu juga akan membuatnya tidak nyaman. ✅
🎙 *Moderator*
2⃣0⃣ Bagaimana mengajar anak mengelola emosi saat anak diajak bertamu ke rumah kawan saya, tapi anak tidak mau tenang mau buru buru pulang. Dan membuat tuan rumah jadi sungkan dan saya sendiri jadi serba salah. Padahal sudah dikasih mainan atau alat2 yang bisa buat anak sibuk. Usia anak 7.5thn laki2
-Nungki, Magelang-
🎙 *Ibu Yeti Widiati*
Jawaban 20
- Perhatikan berapa lama anak anda bisa bertahan kalau bertamu. Bila hanya 30 menit, maka bertamulah selama 25 menit untuk meningkatkan keberhasilan. Bila berhasil maka waktu bisa ditambah di kemudian hari (bukan saat itu).
- Lakukan antisipasi sebelumnya dengan menjelaskan tujuan, situasi yang dihadapi, perilaku apa yang diharapkan, penyelesaian masalah bila ia bosan, dan konsekuensi apa yang diperoleh bila ia berhasil melakukan hal yang diharapkan.
- Lakukan dengan tanya jawab, bukan dengan nasihat. Agar anak benar-benar lebih paham
Intinya adalah lakukan pencegahan. Hindari melakukan sesuatu mendadak. ✅
🎙 *Moderator*
2⃣1⃣ السلامعليكمورحمةاللهوبركاته
Bu ada 2 pertanyaan yg ingin saya tanyakan:
1. Saya sering mengalamai kesulitan bertanya kepada anak saya (laki2 usia 7th) untuk dapat menceritakan emosi yang dia rasakan seperti ketika dia marah akan sesuatu.. Sering kali ketika saya bertanya, dia hanya tersenyum tanpa mau menceritakan apa yang dia rasakan.. Mohon bimbingan bagaimana caranya agar anak bisa percaya & menceritakan setiap emosi / hal yang dia rasakan?
2. Untuk anak laki2 menceritakan setiap emosi yang dia rasakan sebaiknya ke ibu atau ke ayahnya ya bu?
Terimakasih
-Silvi, Bekasi-
🎙 *Ibu Yeti Widiati*
Jawaban 21
1. Membicarakan emosi bukanlah hal yang mudah. Jangankan anak kecil usia 7 tahun, laki-laki pula. Bahkan orang dewasa pun banyak yang kesulitan melakukannya. Apalagi bila memang anak tidak pernah diajari untuk menamai perasaannya. Oleh karena itu, bila kesulitan menanyakan apa yang dirasakan, anda bisa berfokus pada apa yang dirasakan oleh tubuhnya, misalnya, “Deg-degan nggak?” atau, “Perutnya sakit? Di mana sakitnya?” dst. Tidak harus dipaksakan. Belum tentu anak tidak mau menceritakan, tapi boleh jadi dia tidak tahu bagaimana menceritakannya. Semakin dipaksa, maka dia semakin bingung. Ada baiknya anda yang mencontohkan, misalnya “Aduh bunda kaget nih, tadi ada tikus lewat tiba-tiba, bunda jadi deg-degan. Coba kamu rasakan ini. Kerasakandek-degannya keras. Tangan bunda juga jadi basah keringetan nih ...”
2. Sama saja. Boleh pada ayah atau ibu. Dia nyamannya ke mana. Biasanya sih, respon ayah dan ibu akan berbeda. ✅
🎙 *Moderator*
2⃣2⃣ Asslm... Bu Yet, bagaimana caranya mengelola emosi (khususnya para orang tua), yang terkadang seketika mudah marah atau mengeluarkan nada yang cukup tinggi karena efek kelelahan. (Ex : saat pulang kerja, anak ingin bermain dg saya namun karena kelelahan saya mengatakan " sebentar mama ingin istirahat sejenak ", namun tetap saja sang anak memaksa hingga akhirnya sedikit mengeluarkan nada yang cukup tinggi )
Terima Kasih
-Nita, Pamulang-
🎙 *Ibu Yeti Widiati*
Jawaban 22
Wah, ini boleh jadi ibunya perlu membereskan dulu unfinishedbussinessnya. Karena sering kali emosi orangtua yang mudah meledak didasari oleh masalah di masa lalu yang belum tuntas.
Orangtua memang kelelahan, tapi anak juga kangen karena sudah ditinggalkan seharian. Boleh saja anak diajarkan untuk berempati pada orangtua karena orangtua sedang lelah, namun hal ini kurang adil bagi anak, karena anak juga berharap orangtua berempati pada mereka yang sudah ditinggalkan seharian. Anak ingin bermain sebetulnya kan menunjukkan bahwa mereka ingin dekat dengan orangtuanya. Akan jauh lebih menyedihkan bagi orangtua bila saat orangtua pulang, anak tidak peduli dengan kehadiran orangtuanya. Tidak mau menyapa, mengajak bicara ataupun bermain.
Saya lebih menyarankan bila anda lelah pulang dari bekerja, maka cari waktu untuk beristirahat dulu di tempat lain sebentar saja untuk menyiapkan diri, hati, dan pikiran sebelum sampai di rumah. Jadi saat di rumah anda siap untuk bermain dengan anak. ✅
🎙 *Moderator*
2⃣3⃣ Assalamualaikum Bu Yeti. Saya ada beberapa pertanyaan
- Sejak usia berapa anak bisa mengenal & menamai emosinya?
- Untuk mengelola emosi pada orang dewasa, bagaimana cara mengelola emosi kita saat marah pada anak supaya tidak meledak2?
- Tantrum pada balita apakah termasuk emosi?
Terimakasih
-Verly, Pekanbaru-
🎙 *Ibu Yeti Widiati*
Jawaban
Wa’alaikum salam
- Tidak akan pernah anak mengenal dan menamai emosinya kalau tidak diajari. Orangtua yang harus mengajari. Bila anak diajari, maka sejak balita dia sudah bisa mengidentifikasi 5 emosi primer, marah, sedih, senang, takut, jijik.
- Bereskan unfinishedbussinessnya. Emosi orangtua yang labil biasanya berkait dengan pengalaman masa lalu yang belum beres
- Tantrum adalah ekspresi emosi maladaptif, bisa berupa emosi primer, bisa juga instrumen. Cek bahasan saya mengenai ini di atas.
🎙 *Moderator*
2⃣4⃣ Assalamualaikum, apakah ada korelasinya antara orang yang marahnya dengan diam seribu bahasa cenderung tidak mau didekati dengan sifat pendiam dan tidak ekspresif? Apakah karena masa kecilnya tidak terbiasa ada saluran got perasaan makanya cenderung pendiam?
-Syifa, Jakarta-
🎙 *Ibu Yeti Widiati*
Jawaban 24
Wa’alaikum salam
Orang yang diam seribu bahasa saat marah dengan orang pendiam itu berbeda.
Orang yang diam seribu bahasa itu adalah ekspresi emosi instrumental. Orang seperti ini tidak bermaksud ingin menyelesaikan masalah, ia hanya senang bila orang lain kebingungan saat melihatnya diam/ngambek.
Ia perlu belajar cara mengekspresikan kemarahan dengan cara yang adaptif.
🎙 *Moderator*
2⃣5⃣ Bismillaah.
Baarokallaahufiyk, bu Yeti. Bagaimana praktek pengelolaan emosi yang diselaraskan dengan:
1. Hadist : 'Jangan marah, maka bagimu surga'
2. Perintah untuk bersabar
Jazaakillaahkhayran
-Dini ummu Ibrahim, Ksa-
🎙 *Ibu Yeti Widiati*
Jawaban 25
Apa yang anda maksud dengan marah? Apakah marah yang dimaksud adalah mengumpat, berteriak, memukul, mengamuk dan reaksi agresi lainnya?
Apa yang anda maksud dengan sabar? Apakah sabar itu adalah diam?
Rasulullah pernah marah, yaitu ketika hukum Allah tidak ditegakkan dengan adil.
Semua emosi adalah Allah juga yang menciptakan, dan itu dimaksudkan untuk kita mempertahankan diri. Setiap emosi memiliki pesan. Ia adalah ekspresi dari suatu keinginan tertentu dalam diri kita. Dalam konteks emosi marah, maka pesannya adalah perasaan tidak setuju atau perasaan hak yang terlanggar.
Bila milik kita diambil orang dan kita marah, maka itu adalah hal yang wajar dan bahkan harus dilakukan. Karena bila kita tidak marah maka orang lain tidak tahu apa perasaan kita dan bisa bertindak semena-mena.
Coba cek di atas, ulasan saya tentang ekspresi emosi adaptif dan maladaptif. Yang kita harapkan dan usahakan dan juga kita latihkan adalah bagaimana kita menunjukkan ekspresi emosi marah (dan juga emosi lainnya) dengan cara yang adaptif. Pesannya sampai tapi tidak harus dengan cara yang merusak diri sendiri juga orang lain.
Dan usaha kita untuk mengelola kemarahan sehingga menjadi bentuk yang adaptif, itu adalah salah satu bentuk kesabaran. Karena kesabaran bukanlah berdiam diri dan pasrah diperlakukan apapun oleh orang lain. Bila kesabaran model itu yang kita lakukan, maka kita membiarkan orang lain berbuat dzholim kepada diri kita, dan kita sendiri pun mendzholimi diri sendiri dengan “menyimpan” kemarahan di dalam hati. ✅
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan jika ada yang mau berkomentar