Rabu, 10 Juni 2015

Shalat juga merupakan bentuk proposal kita pada Allah

Sharing ... Depoknews.com

— “Sebagus-bagus strategi marketing yang diterapkan, tak akan ada artinya jika Yang Maha Kuasa tidak mengizinkan”, kata Laksita Utama Suhud penulis buku 10 Greatest Advertising Secrets di acara workshop yang digelar Klub B2B komunitas Tangan Di Atas (TDA) di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia,.

Dalam acara yang digelar Sabtu 6 Juni 2015 itu, Laksita membagi tips mempermudah upaya marketing yang melibatkan “tentara langit” berdasarkan pengalaman pribadinya.

“Saya pernah terjatuh di bisnis, habis semua aset yang saya miliki dalam setahun di tahun 2008. Itu terjadi tak lama setelah saya berkata kasar dan menzalimi bapak saya,” ungkap Laksita.

Ia melanjutkan bahwa kesombongan dirinya masih terus berlanjut karena masih merasa mampu dan telah banyak belajar hingga ke luar negeri. “Setiap diingatkan istri agar saya minta maaf ke bapak, saya marah. Anehnya segala strategi yang saya coba, tak memberikan hasil,” kata Laksita.

Akhirnya tepat pada tanggal 20 Februari 2010 Laksita minta maaf dan mencium kaki bapaknya. “Saya ingat, bapak saya berkata, kamu selama ini mengkaji apa hanya sekedar membaca Alquran?” Kata Laksita.

Lalu ditunjukkanlah surah Al Baqarah ayat 2 dan ayat 45. “Shalatmu itu penolongmu. Maka jangan hanya sebatas mengerjakan dan menggugurkan kewajiban,” ujar Laksita.

Ia mengibaratkan shalat itu seperti upaya pengajuan proposal kepada Yang Maha Kuasa. “Jika proposal tidak sesuai aturan dan tak menarik, kira-kira disetujui nggak?” Lanjut Laksita. Menurutnya shalat itu adalah kesempatan bertemu langsung Penguasa alam raya ini dan momen untuk evaluasi.

Shalat itu ada tuntunan dan prosedurnya. Ada kesantunan. “Iftitah takbiratul ihram, ini bukan semata pujian tapi sapaan pada-Nya sebagai pembuka presentasi. Ini shalatku hidupku matiku silahkan evaluasi ya Allah,” tambah Laksita.
Ia juga menegaskan kembali agar kita
Do your best dalam shalat dan muliakan ibumu bapakmu.

“Business acceleretor itu ya shalat kita. Ada benang merah antara usaha yang kita jalani dengan permohonan izin proposal kepada Yang  Maha Kuasa”, kata Laksita.

Sebelumnya pria kelahiran Pasuruan 44 tahun silam itu menyampaikan sejumlah pointer penting dalam memasarkan bisnis.

“Ubah fase “understanding” menjadi “mastering” atau kompetensi. Pinter belum cukup jika tidak menguasai”, kata Laksita.

CEO Balai Kartini ini juga mengingatkan bahwa jika kita belum terbiasa memang agak berat. Seringnya para pebisnis pemula gampang menyerah saat menghadapi masalah dan ujungnya hanya mendapat capeknya.

Laksita juga menekankan bahws semua strategi itu biasanya mengandung pekerjaan baru yang biasanya selalu menimbulkan pertentangan. “Seringnya para pebisnis dan manajer menyerah serta ujungya kembali ke sistem lama. Padahal Manusia makhluk yang paling adaptif, ditaruh di mana saja biss bertahan, di gurun saja bisa hidup”, pungkas Laksita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan jika ada yang mau berkomentar