Rabu, 03 Juni 2015

Cara nabi membuka dan menutup hari

����������������������

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Bunda-bunda sholihat...

Dalam menjalani hari-hari, tentu kita mengharapkan memiliki waktu yg berkualitas. Artikel berikut memuat bagaimana Rasulullah membuka dan menutup hari. Mari kita simak.

Artikel #1

Cara nabi mengawali hari
Ditulis oleh Budi Ashari

Hari-hari penuh keberkahan yang dilalui Rasulullah sepanjang hidupnya menjadi pelajaran mahal bagi kita. Kali ini, kita akan mengetahui bagaimana beliau mengawali hari-harinya. Seperti apa beliau membuka siang harinya.

Menarik sekali memperhatikan pembukaan hari. Karena pembukaan bisa menentukan aktifitas sepanjang harinya. Lihatlah umpamanya hadits berikut,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata,
“Tidaklah tiba pagi hari bagi para hamba kecuali ada dua malaikat yang turun. Salah satu di antara mereka berdua berkata: Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang berinfak. Yang lain berkata: Ya Allah berikanlah kehancuran bagi orang yang pelit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan hadits itu, kita pahami bahwa membuka hari tidak boleh dengan kesalahan. Bukankah jika ada seseorang yang salah membuka harinya, ia akan hidup sepanjang hari dalam kutukan doa malaikat. Dan sebaliknya, bagi yang benar memulainya maka ia akan mendapatkan cahaya doa malaikat.

Jadi, mengawali hari sangatlah penting untuk keberlangsungan hari-hari yang baik dan penuh berkah.

Nah, bagaimana Nabi mengawali harinya sebelum matahari pagi menebarkan sinar terangnya.

DR. Abdul Wahhab bin Nashir Ath Thurairy dalam bukunya al Yaum an Nabawi mencoba mengumpulkan dari berbagai riwayat dalam kitab-kitab hadits mu’tabaroh (yang diakui para ulama). Kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan, hingga jelas seperti apa hari-hari yang dilalui Nabi pada siang dan malam harinya.

Dan berikut rangkaian aktifitas Nabi yang dilakukan untuk mengawali hari,

Kemudian Nabi shalat Sunnah Qobliyyah Shubuh 2 Rokaat. Shalat dengan cepat. Hingga ada yang berkata: Apakah Nabi membaca Al Fatihah dalam shalatnya?
Karena begitu cepatnya. Di Rakaat pertama setelah Al Fatihah, beliau membaca Al Kafirun. Dan pada rakaat kedua membaca Al Ikhlas. Terkadang di rakaat pertama membaca Al Baqarah: 136 dan di rakaat kedua membaca Ali Imron: 64.
Jika telah selesai dari shalat tersebut dan istrinya sudah bangun, beliau berbincang dengannya dengan perbincangan penuh kenyamanan dan kebahagiaan.
Tapi jika istrinya masih tidur, beliau tiduran miring ke kanan (untuk istirahat) sampai tiba waktu shalat Shubuh.
Jika Bilal radhiallahu anhu melihat para sahabat telah berkumpul di masjid, dia mendatangi Rasulullah dan berkata: Shalat ya Rasulullah.
Rasul pun keluar (dari rumahnya) menuju masjid. (al Yaum an Nabawi h. 8-10)

Di Ramadhan 1433 H ini, buku al Yaum an Nabawi dijadikan acara televisi besar di timur tengah Al Resalah. Langsung disampaikan oleh penulisnya DR. Abdul Wahhab Ath Thurairy.

Ya, sebuah teladan yang sangat menarik. Agar hari ini berkah.

Adzan Fajar (Shubuh) yang dikumandangkan, pertanda siang hari dimulai. Saat itulah Nabi melakukan dua amal mulia untuk siang harinya. Bahkan matahari belum lagi menampakkan dirinya. Sinarnya belum lagi menyapa bumi dan penghuninya.

Nabi mengawali hablum minallah (hubungan dengan Allah), dengan melakukan shalat ringan dua rakaat (Qobliyyah Shubuh). Shalat sunnah yang satu ini sangat istimewa di bandingkan shalat-shalat rawatib (pengiring shalat wajib) lainnya. Sehingga ia merupakan shalat sunnah yang tidak ditinggalkan oleh Nabi saat semua shalat rawatib ditinggalkan ketika sedang safar (dalam perjalanan). Karena keutamaannya yang luar biasa,

عن عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Dari Aisyah, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata,
“Dua rakaat (sebelum) Shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)

Semulia itulah shalat ringan yang mengawali hari-hari Nabi dan orang-orang beriman.

Dan untuk mengawali hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia), beliau mendatangi orang terdekat dan terkasih dalam hidupnya. Yaitu istrinya. Beliau menyambut pagi dengan merekahkan senyum bagi istrinya. Kalimat lembut yang hadir dari hati menyapa penuh makna.

Bayangkan seorang istri yang membuka cahaya harinya dengan perbincangan penuh kasih sayang dari suaminya! (DR. Abdul Wahhab Ath Thurairy)

Pasti sangat indah dan merekah hari keluarga itu. Saat suami terkasih menebar bunga-bunga dari hati yang terpancar dari lisan.

Pasti hari yang penuh semangat. Saat sang pemimpin dan pendidik itu menyapa lembut untuk bekal sang istri melaksanakan tugas berat sepanjang siang ini.

Nabi menyejajarkan dua amal mulia itu. Shalat dua rakaat yang lebih mulia dari dunia dan seisinya. Dan seutama itulah setidaknya, amal yang beliau sejajarkan; berbincang ringan dengan istri di pagi hari.

Jadi inilah kebiasaan ringan dan mudah yang dicontohkan oleh Nabi untuk membuka dan mengawali hari-hari penuh keindahan dan semangat.

Para suami, mari kita sapa para istri sebelum mentari pagi  menyapa.

Semoga hari-hari keluarga kita seberkah hari-hari keluarga Rasulullah.

Artikel (2)

Cara nabi menutup hari
Oleh: Budi Ashari

Shalat Asar sudah selesai. Nabi dan para sahabat terkadang masih berbincang sebentar di Masjid Nabawi setelah itu. Tidak sepanjang pembicaraan selepas Dzuhur memang.

Para sahabat pun segera bubar. Mereka meneruskan aktifitas siang yang belum selesai. Untuk selanjutnya kembali ke peraduan masing-masing. Melepas penat. Bertemu dengan keluarga.

Bagaimana dengan Rasulullah. Apa yang dilakukannya. Untuk menutup sepanjang satu hari. Dan untuk menyambut malam.

Perlahan matahari semakin rendah. Sinar semakin memerah. Waktu Asar sudah bergeser beberapa saat yang lalu. Pertanda Maghrib akan menggantikan posisi Asar.

Kita semua dianjurkan dan pasti dicontohkan langsung oleh Nabi agar membaca dzikir-dzikir sore. Agar siang kita akhiri dengan kalimat-kalimat thayyibah. Dan agar malam hari kita masuki gulitanya dengan dzikir dan doa perlindungan.

Di antara hadits yang menyampaikan hal tersebut adalah,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَمْسَى قَالَ أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ
Dari Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah jika memasuki waktu sore beliau membaca,
“Kami masuki sore dan kerajaan milik Allah. Segala puji bagi Allah. Tiada Ilah kecuali Allah, Maha Tunggal, tiada sekutu bagi Nya.” (HR. Muslim)

Dalam Kitab Al Wabil Ash Shayyib, Ibnu Qoyyim menjelaskan kata Shobah (pagi) dan Masa’ (sore) yang diperintahkan untuk berdzikir,

“Yaitu antara Shubuh sampai matahari terbit dan antara Asar sampai terbenamnya matahari. Allah berfirman: (42) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.) Al Ahzab: 41-42.  Kata Ashila, Al Jauhari berkata: Yaitu waktu yang ada antara Asar sampai Maghrib.”

Maka Nabi akan menyibukkan diri untuk menutup hari itu dengan berdzikir setelah Shalat Asar. Lisan beliau akan basah membaca ayat demi ayat, dzikir demi dzikir dan doa demi doa. Menutup siang. Mengawali malam. Menguatkan keimanan. Mengokohkan tawakkal. Memohon perlindungan. Meminta kesehatan.

Selanjutnya Nabi pergi menemui semua istrinya, satu per satu.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ الْحَلْوَاءَ وَالْعَسَلَ فَكَانَ إِذَا صَلَّى الْعَصْرَ دَارَ عَلَى نِسَائِهِ فَيَدْنُو مِنْهُنَّ
Dari Aisyah berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam suka dengan manisan (kue) dan madu. Jika beliau telah selesai shalat Asar, beliau berkeliling menemui istri-istrinya dan mendekat ke mereka. (HR. Bukhari dan Muslim)

Satu per satu rumah istri beliau diketuk. Pintu dibuka. Senyum ramah menyambut. Suami tercinta itu hadir. Masuk dengan penampilan terbaik seorang laki-laki. Beliau masuk. Diciumnya sang istri. Dipeluknya (lihat ‘Umdatul Qori, Badruddin al ‘Aini). Kemudian berbincang. Memang tidak terlalu lama pertemuan itu. Kemudian beliau pergi dan mengetuk pintu berikutnya. Begitulah hingga 9 istri itu ditemui satu per satu. Dan beliau berakhir di rumah istri yang mempunyai jatah malam itu.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ يَوْمٍ إِلَّا وَهُوَ يَطُوفُ عَلَيْنَا جَمِيعًا امْرَأَةً امْرَأَةً فَيَدْنُو وَيَلْمِسُ مِنْ غَيْرِ مَسِيسٍ حَتَّى يُفْضِيَ إِلَى الَّتِي هُوَ يَوْمُهَا فَيَبِيتَ عِنْدَهَا
Dari Aisyah berkata: Tidak ada hari yang dilalui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kecuali beliau berkelling kepada kami semua. Istri demi istri. Beliau mendekat, menyentuh tetapi tidak mencampuri. Hingga beliau berakhir pada istri yang mempunyai jatah malam itu. (HR. Ahmad)

DR. Abdul Wahhab Ath Thurairy menjelaskan dalam bukunya Al Yaum An Nabawi,

“Terkadang mereka berkumpul di rumah istri yang mempunyai jatah malam itu. Di mana waktu Asar tidak cukup untuk beliau mengelilingi semua istrinya, maka mereka pun berkumpul di rumah istri yang mempunyai jatah malam itu.

Nabi dan para istri pun berbincang bersama dengan semua drama terindah dalam rumah terindah di dunia itu. Para sahabat terkadang mengirimkan hadiah bagi keluarga Nabi pada saat-saat seperti itu."

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِسْعُ نِسْوَةٍ فَكَانَ إِذَا قَسَمَ بَيْنَهُنَّ لَا يَنْتَهِي إِلَى الْمَرْأَةِ الْأُولَى إِلَّا فِي تِسْعٍ فَكُنَّ يَجْتَمِعْنَ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي بَيْتِ الَّتِي يَأْتِيهَا
Dari Anas berkata: Bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam mempunyai 9 istri. Cara beliau membagi harinya adalah beliau tidak mendatangi istri urutan pertama kecuali setelah selesai yang kesembilan. Mereka berkumpul setiap malam di rumah istri yang mempunyai jatah malam.

Perbincangan ringan antara Rasulullah dengan istrinya juga direkam dengan baik oleh hadits. Ini salah satu contoh perbincangan sore itu di rumah Hafshah radhiallahu anha,

أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ أَخْبَرَتْنِي أُمُّ مُبَشِّرٍ
أَنَّهَا سَمِعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ عِنْدَ حَفْصَةَ لَا يَدْخُلُ النَّارَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنْ أَصْحَابِ الشَّجَرَةِ أَحَدٌ الَّذِينَ بَايَعُوا تَحْتَهَا قَالَتْ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَانْتَهَرَهَا فَقَالَتْ حَفْصَةُ
{ وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا }
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
{ ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا }
Bahwa Jabir bin Abdillah berkata: aku diberitahu oleh Ummu Mubasyir bahwa dia mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata saat sedang bersama Hafshah:
“Insya Allah tidak akan masuk neraka mereka yang ikut baiat di bahwa pohon (Hudaibiyah).”
Hafshah berkata: Tidak begitu ya Rasulullah
Rasul pun menegurnya.
Hafshah membaca ayat:
(Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.) Maryam: 71
Nabi pun menjawab: Allah azza wajalla berfirman:
(Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.) Maryam: 72
(HR.Muslim)

Perhatikanlah semua riwayat di atas. Nabi menutup harinya dengan berdzikir dan berdoa. Dan doa adalah inti dari ibadah. Agar selalu berhubungan dengan Allah. Baik saat mengawali siang ataupun mengawali malam.

Dan lihatlah selanjutnya. Satu per satu rumah istri beliau diketuk. Didatangi dengan sebaik suami yang membawa sebongkah kebahagiaan. Dari senyuman, ciuman, pelukan bahkan hadiah yang terkadang dibawa oleh para sahabat untuk Nabi dan istri-istrinya. Kemudian perbincangan sepasang suami istri yang disaksikan oleh sore itu begitu bermakna. Bukan saja keakraban dan kemesraan yang terbangun. Perbincangan pun begitu berisi. Membahas ayat, kebaikan, kemuliaan.

Dan begitulah sore yang khusyu’ dan syahdu berpadu dengan cinta dan kemesraan. Untuk menutup hari itu. Menyambut gelapnya malam. Dan kemudian merebahkan punggung setelah penat seharian dalam perjuangan dan da’wah.

Dan selimut malam pun hadir. Dengan keridhoan dan kebahagiaan yang merasuki jiwa istri. Sebagai hadiah dari suami terbaik.


Sumber:
1. http:// www.parentingnabawiyah.com/index.php/artikel--keluarga/untuk-keluarga-parenting-nabawiyah/101-cara-nabi-mengawali-hari
2. http://www.parentingnabawiyah.com/index.php/artikel--keluarga/untuk-keluarga-parenting-nabawiyah/102-cara-nabi-menutup-hari


RaLiKa

Tim Tema Diskusi HSMN
Hsmn.timtemadiskusi@gmail.com

〰〰〰〰〰〰〰〰〰
〰〰〰  HSMN  〰〰〰
〰〰〰〰〰〰〰〰〰
��facebook.com/hsmuslimnusantara

��FP: Seminar Menuntun Anak Menyongsong Surga

��FB: Seminar MAMS (HS Muslim Nusantara)

�� instagram: @hsmuslimnusantara

�� twitter: @hs_muslim_n

�� web:
hsmuslimnusantara.org

����������������������

Mari kita bersama berbagi manfaat dan hikmah yang telah Alloh SWT beri...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan jika ada yang mau berkomentar