Senin, 08 September 2014

Air Mata Seorang Ibu

>>> AIRMATA SEORANG IBU<<<

“Seorang ibu bisa mengurus sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu mengurus seorang ibu”.Saudara/i ku seiman..saudaraku yangdirahmati Allah.sungguh tak sekali pun kudengarkan muhadharah ini kecuali saya
dalam keadaan berlinang airmata, saya terjemahkan untuk kita semua, moga
kecintaan pada Ibu selalu diingatkan oleh Allah dalam hati-hati kita…selama beliau
masih bersama kita..

Suatu hari seorang wanita duduk santai bersama suaminya , pernikahan mereka berumur 21 tahun, mereka mulai bercakap
dan ia bertanya pada suaminya, ” Tidakkah
engkau ingin keluar makan malam bersama
seorang wanita?”. Suaminya kaget dan berkata,” Siapa? Saya tak memiliki anak
juga saudara”. Wanita itupun kembali berkata,” Bersama seorang wanita yang
selama 21 tahun tak pernah kau temani makan malam”.
Tahukah kalian siapa wanita itu?? Ibunya…

ُﻩﺎَّﻳِﺇ ﻻِﺇ ﺍﻭُﺪُﺒْﻌَﺗ ﻻَﺃ َﻚُّﺑَﺭ ﻰَﻀَﻗَﻭ َﻙَﺪْﻨِﻋ َّﻦَﻐُﻠْﺒَﻳ ﺎَّﻣِﺇ
ﺎًﻧﺎَﺴْﺣِﺇ ِﻦْﻳَﺪِﻟﺍَﻮْﻻِﺑَﻭ ٍّﻑُﺃ ﺎَﻤُﻬَﻟ ْﻞُﻘَﺗ ﻼَﻓ ﺎَﻤُﻫﻼِﻛ ْﻭَﺃ
ﺎَﻤُﻫُﺪَﺣَﺃ َﺮَﺒِﻜْﻟﺍ ﻻْﻮَﻗ ﺎَﻤُﻬَﻟ ْﻞُﻗَﻭ ﺎَﻤُﻫْﺮَﻬْﻨَﺗ
ﻻَﻭ َﻦِﻣ ِّﻝُّﺬﻟﺍ َﺡﺎَﻨَﺟ ﺎَﻤُﻬَﻟ ْﺾِﻔْﺧﺍَﻭ * ﺎًﻤﻳِﺮَﻛ ﻲِﻧﺎَﻴَّﺑَﺭ
ﺎَﻤَﻛ ﺎَﻤُﻬْﻤَﺣْﺭﺍ ِّﺏَﺭ ْﻞُﻗَﻭ ِﺔَﻤْﺣَّﺮﻟﺍ ﺍًﺮﻴِﻐَﺻ

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali- kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan danucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (AlIsra’: 23-24)

Wanita itu berkata pada suaminya, ”Selama kita bersama tak pernah engkau bersama ibumu walau sejenak saja, hubungilah
beliau, ajak makan malam berdua..luangkan waktumu untuknya”, suaminya terlihat
bingung, seakan-akan ia lupa pada ibun ya.Maka hari itu juga ia menelpon ibunya,
menanyakan kabar dan berkata “ Ibu,
gimana menurutmu jika kita habiskan malam ini berdua, kita keluar makan malam. Saya akan menjemput ibu,
bersiaplah”. Ibunya heran, ” Anakku, apakah terjadi sesuatu padamu?” jawabnya. ” Tidak ibu”, berulang kali sang ibu bertanya.
“ Ibu, malam ini saya ingin keluar bersamamu”.
Mengherankan! Ibunya begitu tak percaya
namun sangat bahagia. “Mungkin kita bisa makan malam bersama, bagaimana
menurutmu?”. Ibunya kembali bertanya,
”Saya keluar bersamamu anakku?”

Ibunya seorang janda, ayahnya telah lama wafat, dan anak lelakinya teringat padanya setalah 21 tahun pernikahannya. Hal yang
sangat menggembirakannya, begitu lama waktu telah berlalu ia dalam kesendirian,
dan datanglah hari ini, anaknya menghubunginya dan mengajaknya bersama.

Seolah tak percaya, diapun
bersiap jauh sebelum malam tiba. Tentu, dengan perasaan bahagia yang meluap-
luap! Ia menanti kedatangan anaknya.
Laki-laki itupun bercerita : “ Setibaku di rumahmenjemput ibu, kulihat beliau berdiri
di depan pintu rumah menantiku”
Wanita tua…menantinya di depan pintu!
“Dan ketika beliau melihatku, segera ia naik ke mobil.
Saya melihat wajahnya yang dipenuhi kebahagiaan, ia tertawa dan memberi
salam padaku, memeluk dan menciumku, dan berkata: Anakku, tidak ada seorang
pun dari keluargaku. tetanggaku…yang tidak mengetahui kalau saya keluar bersamamu malam ini, saya telah memberitahukan pada mereka semua, dan
mereka menunggu ceritaku sepulang nanti”
Lihat bagaimana jika seorang anak mengingat ibunya!

Sebuah syair berbunyi :
Apakah yang harus kulakukan agar mampu membalas kebaikanmu?

Apakah yang harus kuberikan agar mampu membalas keutamaanmu?

Bagaimanakahkumenghitung
kebaikan-kebaikanmu ?

Sungguh dia begitu
banyak..sangat banyak..dan
terlampau banyak!

Dan kami pun berangkat, sepanjang jalan saya pun bercerita dengan ibu, kami
mengenang hari-hari yang lalu. Setiba di restoran, saya baru menyadari bahwa baju yang dikenakan ibu adalah baju terakhir yang Ayah belikan untuknya, setelah 21 tah un saya tak bersamanya
tentu pakaian itu terlihat sangat sempit, dan saya pun terus memperhatikan ibuku.
Kami duduk dan datanglah seorang pelayan
menanyakan menu makanan yang hendak kami makan, kulihat ibu membaca daftar
menu dan sesekali melirik kepadaku, akhirnya kufahami kalau ibuku tak mampu
lagi membaca tulisan di kertas itu.
Ibuku sudah tua dan matanya tak bisa lagi
melihat dengan jelas.
Kubertanya padanya,” Ibu, apakah engkau mau saya bacakan menunya?” Beliau
segera mengiyakan dan berkata, “

Saya mengingat sewaktu kau masih kecil dulu, saya yang membacakan daftar menu
untukmu, sekarang kau membayar utangmu
anakku..kau bacakanlah untukku”Maka sayapun membacakan untuknya, dan
demi Allah..kurasakan kebahagiaan merasuki dadaku..Beberapa waktu datanglah makanan
pesanan kami, saya pun mulai memakannya. Tapi ibuku tak menyentuh
makanannya, beliau duduk memandangku dengan tatapan bahagia. Karena rasa
gembira beliau merasa tak selera untuk makan.
Dan ketika selesai makan, kami pun pulang,dan sungguh, tak pernah kurasakan kebahagian seperti ini setelah bertahun-
tahun. Saya telah melalaikan ibuku 21 tahun lamanya.
Setiba di rumah, kutanyakan padanya : “Ibu..bagaimana menurutmu kalo kita
mencari waktu lain untuk keluar lagi?”beliau menjawab,” Saya siap kapan saja kau memintaku!”

Maka haripun berlalu, Saya sibuk dengan pekerjaan. dengan perdagangan..dan
terdengar kabar Ibuku jatuh sakit. Dan beliau selalu menanti malam yang telah
kujanjikan.Hari terus berlalu dan sakitnya kian parah. Dan…
(Ya Alloh …Astaghfirullohal al’adzim…Ibuku meninggal
dan tak ada malam kedua yang kujanjikan
padanya.Setelah beberapa hari, seorang laki- laki
menelponku, ternyata dari restoran yang dulu kudatangi bersama ibuku. Dia
berkata,” Anda dan istri Anda memiliki kursi dan hidangan makan malam yang
telah lunas” Kami pun ke restoran itu,setiba disana..pelayan  itu mengatakan bahwa Ibu telah membayar lunas makanan
untuk saya dan istri.
Dan menulis sebuah surat berbunyi :

“Anakku, sungguh saya tahu bahwa tak akan hadir bersamamu untuk ke dua
kalinya. Namun, saya telah berjanji padamu, maka
makan malamlah dengan uangku, saya berharap istrimu telahmenggantikanku
untuk makan malam
bersamamu”

Saya menangis membaca surat ibuku…
dimana saya selama ini ?? di mana cintaku
untuk Ibu?? Selama 21 tahun...???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan jika ada yang mau berkomentar