*🌺Ceramah Islam🌸*
*Bahaya Penyakit Ujub*
Kajian, Ceramah dan Tanya Jawab Oleh: Ustadz Firanda Andirja MA
download audio mp3 13.4MB : http://pakdenono.com/download/firanda-andirja/Bahaya-Penyakit-Ujub.mp3
*_Ujub Penyakit berbahaya yang bisa mengugurkan amalan seseorang. Dan ujub teman sejolinya riya. Sering 2 penyakit ini menimpa orang2 sholeh, orang2 yg pintar, orang2 yg memiliki kelebihan sehingga mengugurkan amalan2 mereka. kita tidak mengatakan 2 pnykit ini menimpa pelaku maksiat.pelaku zina,pemabuk,pejudi. mereka terbebas dari 2 pnyakit ini. apa yg mereka mau banggakan/pamerkan dari amalan sholeh mereka._*
*_setan dan iblis tidak peduli,dengan cara apa mereka bisa mengugurkan amal ibadah kita,apa dengan penyakit ria atau ujub, dia tidak peduli,yang pnting amalan kita gugur.Kita sering waspada dengan pnykit riya, namun kita lengah,lupa dengan pnykit ujub. pdhal keduanya adalah syirik astghor yang dua-duanya mengugurkan amalan seorang hamba._*
*Diantara hal yang menggugurkan amalan adalah sebagaimana sabda Nabi*
مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ الْعَصْر فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ
*"Barangsiapa yang meninggalkan sholat ashar maka telah gugur amalannya"*(HR Al-Bukhari no 553)
*Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan pelajaran
berharga mengenai perbedaan antara riya’ dan ujub
(takjub akan diri sendiri).*
Sumber : Majmu’ Al Fatawa, 10/277
*Beliau rahimahullah menjelaskan,Seringnya riya’ dan ujub disandingkan. Perlu
diketahui bahwa riya’ berarti menyekutukan atau
menyandingkan dengan makhluk. Sedangkan ujub
berarti menyandingkan dengan jiwa yang lemah.*
*Ujub ini adalah keadaan orang-orang yang
sombong. Orang yang berbuat riyatidak
merealisasikan firman Allah Ta’ala,*
ﺇﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ
*iyyaaka na'budu*
*“Hanya kepada-Mu lah kami menyembah"*
*Sedangkan orang yang merasa ujub pada diri sendiri tidak merealisasikan firman Allah Ta’ala,*
ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻦُ
*“Hanya kepada-Mu lah kami memohonpertolongan .”*
Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah,
ﺇﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ
*wa iyyaaka nasta'iin*
*“Hanya kepada-Mu lah kami menyembah"*
*maka ia
akan terlepas dari riya’ (karena ia akan beribadah
pada Allah semata).*
*Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah,*
ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻦُ
*wa iyyaaka nasta'iin*
*“Hanya kepada-Mu lah kami memohon
pertolongan ”, ia akan terlepas dari sifat ujub
(takjub pada diri sendiri).*
Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan,
ﺛَﻠَﺎﺙٌ ﻣُﻬْﻠِﻜَﺎﺕٌ : ﺷُﺢٌّ ﻣُﻄَﺎﻉٌ ﻭَﻫَﻮًﻯ ﻣُﺘَّﺒَﻊٌ
ﻭَﺇِﻋْﺠَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ
*“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan :
(1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu
(yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub
(takjub pada diri sendiri) .”*[1] 1] HR. Abdur Rozaq 11/304. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat
Shahihul Jaami’ 3039.
*_Seorang yang tatkala berikrar mengatakan iyyakana'budu Hanya kepada Engkaulah kami menyembah/Beribadah dan dia benar2 mewujudkan dan mengamalkan kalimat ini,mengamalkan ikrarnya tatkala sholat iyyaaka na'budu,ibadahnya semata-mata hanya untuk Allah maka dia akan selamat dari pnyakit ria. Dia ikhlas beribadah kepada Allah Semata, bukan untuk dipuji,disanjung,bukan untuk dihormati,diangkat harkat martabatnya,akan tetapi ibadahnya hanya semata2 untuk Allah subhanahu wa ta'ala, maka dia akan selamat dari panyakit ria_*
*_Dan barangsiapa mewujudkan firman Allah subhanahu wa ta'ala wa iyyaaka nasta'iin
hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."
diwujudkan dan diamalkan ikrar dia ini,maka dia akan selamat dari pnyakit ujub.*_
*_Kenapa bisa demikian, iyyaaka na'budu "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, itu ada kalimat tauhid tentang tujuan kepada siapa kita beribadah, yaitu kepada Allah subhanahu wa ta'ala. adapun kalimat wa iyyaaka nasta'iin
dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."
kita mengakui kita tidak dapat melakukan sesuatu kecualiistianahpertolongan dari Allah subhanahu wa ta'ala._
*_Tidak bisa memperoleh apa2, tidak bisa memperoleh keberhasilan,kelebihan kecuali karena Izin dan pertolongan,Allah Subhanahu wa ta'laa, maka tatkala itu dia selamat dari penyakit ujub._*
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
*iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin*
*"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."*
(QS. Al-Fatihah 1: Ayat 5)
* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
*_terkadang syirik berkaitan dengan Al-Ibadah
kepada siapa syirik kita tujukan ibadah kita dan terkadang berkaitan dengan istianah.
ada orang yang menggabungkan 2 kesyirikan ini. Sebagai Contoh
ada orang yang menyembelih bukan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala,seorang tatkala ingin membangun jembatan,kemudian dia memotong 8 ekor kambing misalnya,agar jembatan tidak rubuh, dia tujukan kepada penjaga sungai agar menjaga jembatan tersebut,tatkala dia menyembelih dia mengatakan
bismiljin, dengan nama jin, dengan nama wali, dengan nama sunan,dll maka dia telah melakukan 2 kesyirikan. Pertama berkaitan dengan Syirik berkaitan dengan tujuan Ibadah, dia menyembelih untuk penjaga sungai, padahal Allah Ta'ala telah berfirman_*
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَ مَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
*qul inna sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil-'aalamiin*
*_"Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,"_*
(QS. Al-An'am 6: Ayat 162)
*_Sebagaimana kita sholat, tidakkah kita sujud hanya kepada Allah, maka ketika menyembelih kecuali hanya untuk Allah Subhanahu Wa Ta'ala.,Barangsiapa yang menyembelih bukan kepada Allah maka Dia telah terjerumus kepada Kesyirikan peribadatan._*
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
*fa sholli lirobbika wan-har*
*"Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)."*
(QS. Al-Kausar 108: Ayat 2)
*fa sholli lirobbika sholatlah engkau karena Tuhanmu, wan-har
sembelihlah hanya untuk Rabbmu sebagaimana kita sholat tidak boleh ruku,sujud kepada makhluk kecuali hanya untuk Allah, maka demikian juga kita menyembelih kecuali hanya untuk kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Tidak boleh kita menyembelih kepada makhluk. Ini perintah Allah Ta'ala.*
*_Kita lihat sebagian kaum muslimin, mereka menyembelih untuk jin, untuk penjaga gunung, NYI RORO KIDUL,penjaga sungai,hutan,laut,bumi, banyak sekali ya penjaga di tanah air kita. Menyembelih agar jembatan tidak roboh, dgn menyembelih kambing. bagaimana tidak rubuh kalau dikorupsi uangnya._*
*_Kalau kita berkesempatan pergi haji/umroh dan perjalanan ke madinah-mekkah, maka kita akan melihat, betapa banyak gunung yang dibelah pemerintah saudi,gunung dibelah untuk dibikin jalan.puluhan gunung dibelah. Satu gunung dibelah tidak ada satu ekor kambing disembelih untuk penjaga gunung., jangankan kambing, satu butir telor untuk diserahkan kepada penjaga gunung. 1 jembatan saja butuh 8 ekor kambing, bagaimana dengan gunung. mungkib butuh puluhan agar penjaga gunung tenteram dan tidak marah._*
*_Seorang menyembelih, dia tujukan bukan kepada Allah, untuk wali,NYI RORO KIDUL,jin, setan,sunan maka dia menyembelih untuk MAKHLUK dan dia terjerumus kepada syirik peribadatan. Tatkala dia menyembelih, dia mengatakan demi nama jin, demi nama wali fulan, demi sunan fulan maka dia terjerumus kepada syirik kedua yaitu syirik kun fin istianah. Dia kalau mau melakukan pekerjaan, dia minta tolong kepada jin,wali dan lainnya._*
*_Terkadang hamba melakukan 1 dari 2 kesyirikan ini. Contohnya dia datang ke Jin,datang ke dukun. kata dukun kamu cari AYAM HITAM 7 Ekor dan potong untuk WALI FULAN, SUNAN FULAN,Syeikh Fulan, Jin Fulan, Tapi waktu sembelih kamu bilang BISMILLAH. Ini orang terkadang saya kan udah baca bismillah menyembelih ayam hitam, tapi niatnya apa, untuk JIN,WALI,SUNAN, dipersembahkan untuk JIN, Wali, Sunan, Penghuni kubur dan lainnya. Maka dia melakukan Kesyirikan yaitu Syirik . dalam Tujuan, bahwa sembelihanya ayam hitam tersebut dia sembahkan untuk jin,wali,sunan bukan untuk Allah meskipun dia tidak syirik Istianaah yaitu mengatakan Bismillah_*
*_Begitu juga Sebaliknya dia menyembelih untuk perkara yang diperbolahkan, dia datang kedukun , kata dukun kamu sembelih ayam, kalau ada tamu, hidangakn ayam itu untuk tamu dan ucapkan bismillwali,bismilljin
dengan nama jin dengan nama wali. Memuliakan tamu itu penting ,tapi tatkala menyembelih dia bilang dengan nama jin,wali,sunan,dll_*
*_Ujub berkaitan dengan Ilmu. Ada orang yang bangga/ujub dengan ilmunya.Merasa dirinya hebat,lebih pintar dari orang lain. Dia lupa ilmu yang dia miliki,tatkala diberi kemudahan untuk menghafal Al-Qur'an,Menghafal hadist2, Dan ilmu tafsir,dll. Dia lupa itu semua itu adalah Karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Masih banyak orang yg IQ lebih tinggi dari dia, dia menyangka ilmu agama yg dia miliki semata-mata karena usaha dia. Untuk menghilangkan pnykit ujub ilmu ini dia harus ingat kepintaran itu dari Allah. Sewaktu2 Allah bisa buat dia lupa/linglung karena kepalanya terbentur. Bisa jadi Allah cabut kepintaran dia dalam Sekejap_*
*Kenapa Mesti Ujub?*
*Betapa banyak diantara kita yang berusaha untuk berlari kencang menjauhi riyaa' karena takut amalan kita hancur lebur terkena penyakit riya. Akan tetapi pada waktu yang bersamaan jiwa kita terulurkan dalam dekapan ujub…, bangga dengan amalan yang telah kita lakukan.., bangga dengan ilmu yang telah kita miliki…, bangga dengan keberhasilan dakwah kita.., bangga dengan kalimat-kalimat indah yang kita rangkai…, dst…??!!*
*Bukankah ujub juga menggugurkan amalan sebagaimana riyaa'..??*
*Bukankah ujub juga menyebabkan pelakunya terjerumus dalam neraka jahannam sebagaimana riyaa'…?*
*Bukankah ujub juga merupakan salah satu bentuk syirik kecil sebagaimana riya'…??*
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
وَكَثِيرًا مَا يَقْرِنُ النَّاسُ بَيْنَ الرِّيَاءِ وَالْعُجْبِ فَالرِّيَاءُ مِنْ بَابِ الْإِشْرَاكِ بِالْخَلْقِ وَالْعُجْبُ مِنْ بَابِ الْإِشْرَاكِ بِالنَّفْسِ وَهَذَا حَالُ الْمُسْتَكْبِرِ فَالْمُرَائِي لَا يُحَقِّقُ قَوْلَهُ : { إيَّاكَ نَعْبُدُ } وَالْمُعْجَبُ لَا يُحَقِّقُ قَوْلَهُ : { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } فَمَنْ حَقَّقَ قَوْلَهُ : { إيَّاكَ نَعْبُدُ } خَرَجَ عَنْ الرِّيَاءِ وَمَنْ حَقَّقَ قَوْلَهُ { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } خَرَجَ عَنْ الْإِعْجَابِ وَفِي الْحَدِيثِ الْمَعْرُوفِ : { ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ }
*_"Dan sering orang-orang menggandengkan antara riyaa' dan ujub. Riyaa termasuk bentuk kesyirikan dengan orang lain (yaitu mempertujukan ibadah kepada orang lain-pen) adapun ujub termasuk bentuk syirik kepada diri sendiri (yaitu merasa dirinyalah atau kehebatannyalah yang membuat ia bisa berkarya-pen). Ini merupkan kondisi orang yang sombong. Orang yang riyaa' tidak merealisasikan firman Allah إيَّاكَ نَعْبُدُ "Hanya kepadaMulah kami beribadah", dan orang yang ujub tidaklah merealisasikan firman Allah وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ "Dan hanya kepadaMulah kami memohon pertolongan". Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah إيَّاكَ نَعْبُدُ maka ia akan keluar lepas dari riyaa', dan barangsiapa yang merealisasikan firman Allah وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ maka ia akan keluar terlepas dari ujub"_* (Majmuu' Al-Fataawaa 10/277).
Rasulullah bersabda :
ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
*_"Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri"_* (HR at-Thobroni dalam Al-Awshoth no 5452 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam as-shahihah no 1802)
*Ibnul Qoyyim* rahimahullah menukilkan perkataan seorang salaf, *"Sesungguhnya seorang hamba benar-benar melakukan sebuah dosa, dan dengan dosa tersebut menyebabkan ia masuk surga. Dan seorang hamba benar-benar melakukan sebuah kebaikan yang menyebabkannya masuk neraka. Ia melakukan dosa dan dia senantiasa meletakkan dosa yang ia lakukan tersebut di hadapan kedua matanya, senantiasa merasa takut, khawatir, senantiasa menangis dan menyesal, senantiasa malu kepada Robb-Nya, menunudukan kepalanya dihadapan Robbnya dengan hati yang luluh. Maka jadilah dosa tersebut sebab yang mendatangkan kebahagiaan dan keberuntungannya. Hingga dosa tersebut lebih bermanfaat baginya daripada banyak ketaatan…*
*Dan seorang hamba benar-benar melakukan kebaikan yang menjadikannya senantiasa merasa telah berbuat baik kepada Robbnya dan menjadi takabbur dengan kebaikan tersebut, memandang tinggi dirinya dan ujub terhadap dirinya serta membanggakannya dan berkata : Aku telah beramal ini, aku telah berbuat itu. Maka hal itu mewariskan sifat ujub dan kibr(takabur) pada dirinya serta sifat bangga dan sombong yang merupakan sebab kebinasaannya…"*(Al-Wabil As-Shoyyib 9-10)
Seorang penyair berkata :
والعُجْبَ فَاحْذَرْهُ إِنَّ الْعُجْبَ مُجْتَرِفٌ أَعْمَالَ صَاحبِهِ فِي سَيْلِهِ الْعَرِمِ
*Jauhilah penyakit ujub, sesungguhnya penyakit ujub akan menggeret amalan pelakunya ke dalam aliran deras arusnya*
*Lantas kenapa kita begitu waspada terhadap riyaa namun melalaikan penyakit ujub…?*
*Sesungguhnya racun ujub akan mengantarkan pelakunya kepada penyakit-penyakit kronis lainnya, diantaranya :*
1. *Lupa untuk bersyukur kepada Allah, bahkan malah mensyukuri diri sendiri, seakan-akan amalan yang telah dia lakukan adalah karena kehebatannya*
2. *Lenyap darinya sifat tunduk dan merendah dihadapan Allah yang telah menganugrahkan segala kelebihan dan kenikmatan kepadanya*
3. *Terlebih jelas lagi lenyap sikap tawadhu' dihadapan manusia*
4. *Bersikap sombong (merasa tinggi) dan merendahkan orang lain, tidak mau mengakui kelebihan yang dimiliki oleh orang lain. Jiwanya senantiasa mengajaknya untuk menyatakan bahwasanya dialah yang terbaik, dan apa yang telah diamalkan oleh orang lain merupakan perkara yang biasa yang tidak patut untuk dipuji. Berbeda dengan amalan dan karya yang telah ia lakukan maka patut untuk diacungkan jempol.*
Kalimat indah yang pernah diucapkan oleh seorang ulama :
*"Orang yang ujub merasa bahwa dirinya paling tinggi dihadapan manusia yang lain… bahkan merasa dirinya lebih tinggi di sisi Allah.., namun pada hakikatnya dialah orang yang paling rendah dan hina di sisi Allah".*
*Kenapa Mesti Ujub?*
*Sebelum kita terlena dengan ujub yang menggerogoti hati kita maka hendaknya kita renungkan tentang diri kita. Kenapa kita ujub..??, bukankah kita ujub karena amalan kita serta hasil karya yang banyak dan hebat…??. Jika perkaranya demikian maka hendaknya renungkanlah perkara-perkara berikut ini :*
*Pertama : Sudah yakinkah amalan-amalan kita tersebut dibangun di atas keikhlasan kepada Allah??*
*Ikhlas merupakan perkara yang sangat mulia, yang menjadikan pelakunya menjadi sangat tinggi dan mulia di sisi Allah. Orang yang ikhlas hatinya hanya sibuk mengaharapkan keridhoan Allah dan tidak peduli dengan komentar dan penilaian manusia yang tidak memberi kemanfaatan dan tidak memudhorotkan. Yang paling penting baginya adalah penilaian Allah terhadap amalannya.*
*Orang yang ikhlas adalah orang yang amalannya tatkala bersendirian lebih banyak daripda amalannya tatkala dilihat oleh orang lain.*
*Kedua : Bukankah banyak hal yang bisa menggugurkan amalan-amalan kita tersebut??*
*Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata "Penggugur dan perusak amalan sangatlah banyak.*
وَلَيْسَ الشَّأْنُ فِي الْعَمَلِ إِنَّمَا الشَّأْنُ فِي حِفْظِ الْعَمَلِ مِمَّا يُفْسدُهُ وَيُحْبِطُهُ
*Dan yang penting adalah bagaimana menjaga amal agar tidak rusak dan gugur bukan yang penting adalah beramalnya.*
*Riyaa' –meskipun sekecil apapun- merupakan penggugur amal, dan bentuk-bentuknya sangatlah banyak. Demikian juga amalan yang tidak dibangun diatas ittibaa' sunnah juga merupakan penggugur amalan. Sikap al-mann dalam hati terhadap Allah (yaitu merasa telah berbuat baik kepada Allah dengan mengungkit-ngungkit dan menyebut-nyebut kebaikan tersebut -pen) juga menghancurkan amalan. Demikian juga sikap al-mann (yaitu mengungkit-ngungkitnya) dalam sedekah, berbuat kebaikan, dan bersilaturahmi juga membatalkan amalan, sebagaimana firman Allah*
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى
*_Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)_*(QS Al-Baqoroh : 264)
*Dan mayoritas manusia tidak mengetahui tentang hal-hal buruk yang bisa menggugurkan amalan-amalan kebajikan.* Allah telah berfirman
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ
*_Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari_* (QS Al-Hujuroot : 2)
*Maka (dalam ayat ini-pen) Allah telah mengingatkan kaum mukminin agar amalan mereka tidak gugur karena mereka mengeraskan suara mereka kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana mereka mengeraskan suara diantara mereka. Hal ini bukanlah kemurtadan akan tetapi merupakan kemaksiatan yang menggugurkan amalan dan pelakunya tidak sadar. Maka bagaimana lagi dengan orang yang mendahulukan perkataan seseroang di atas perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, petunjuknya, dan jalannya??, bukankah amalannya telah gugur dan dia dalam keadaan tidak sadar??!!*
Diantara hal yang menggugurkan amalan adalah sebagaimana sabda Nabi
مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ الْعَصْر فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ
*_"Barangsiapa yang meninggalkan sholat ashar maka telah gugur amalannya"_* (HR Al-Bukhari no 553)
*Dan termasuk dalam hal ini perkataan Aisyah –semoga Allah meridhoinya dan meridhoi ayahnya- kepada Zaid bin Arqom rahdiallahu 'anhu tatkala melakukan transaksi dengan sistem 'iinah (riba)*
إِنَّهُ قَدْ أَبْطَلَ جِهَادَهُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ إِلاَّ أَنْ يَتُوْبَ
*"Sesungguhnya ia (Zaid) telah menggugurkan (pahala) jihadnya bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali jika ia bertaubat"*
*Transaksi dengan system 'iinah bukanlah kemurtadan, paling banter ia merupakan kemaksiatan.*
*Oleh karenanya mengetahui perkara-perkara yang bisa membatalkan amal tatkala amalan sedang dikerjakan dan demikian juga hal-hal yang bisa membatalkan amal setelah dikerjakannya amal merupakan perkara yang sangat penting untuk diketahui oleh seorang hamba dan diwaspadai serta untuk mengecek dirinya"* (Al-Wabil As-Shoyyib 21-22)
*Ketiga : Bukankah penilaian Allah yang paling utama adalah tentang hati dan keimanan seseorang?, bukan hanya sekedar amalan yang dzohir??*
*Betapa banyak orang yang dzohirnya kurang amalannya dan seakan-akan mata kita merendahkannya, namun ternyata ia sangat tinggi di sisi Allah. Sebagai contoh nyata adalah Uwais Al-Qoroni rahimahullah*(lihat http://www.firanda.com/index.php/artikel/7-adab-a-akhlaq/17-tabiin-terbaik-uwais-al-qoroni)
*Keempat : Betapa banyak dosa yang kita lakukan tanpa kita sadari, dan betapa banyak dosa yang kita lakukan dan kita sadari namun kita melupakannya??*
*Betapa sering kita melupakan dosa-dosa yang kita lakukan.., bukankah terlalu banyak dosa yang dilakukan oleh kedua mata kita..??, dosa yang dilakukan oleh kedua telinga kita..??, dosa-dosa yang dilakukan oleh lisan kita..??, dosa-dosa yang dilakukan oleh hati kita…??*
*Sebagai contoh, coba sekarang kita berusaha untuk mengingat kembali dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh lisan kita..??, apakah kita masih ingat siapa saja yang pernah kita ghibahi..??, siapa saja yang pernah kita sakiti hatinya dengan perkataan kita…??. Tentu kebanyakannya telah kita lupakan.*
*Belum lagi dosa-dosa yang pernah kita lakukan dengan hati kita..??*
*Bukankah takabbur, hasad, berburuk sangka juga merupakan dosa…??*
*Jika perkaranya demikian…bahwasanya tidak satu amalanpun yang kita yakini kita lakukan ikhlas karena Allah…dan tidak satu amalanpun yang ikhlas kita lakukan lantas kita yakin pasti diterima oleh Allah karena selamat dari hal-hal yang merusaknya…, maka apakah yang bisa kita banggakan untuk bisa ujub di hadapan Allah dan merasa lebih baik dari orang lain…???.*
Kota Nabi, 21 Muharram 1432 / 27 Desember 2010
Firanda Andirja
www.firanda.com
https://www.firanda.com/index.php/artikel/34-penyakit-hati/105-kenapa-mesti-ujub
📨
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan jika ada yang mau berkomentar