Untuk ayah:
Tidak ada yang lebih penting
Seorang senior saya di tempat kerja, beberapa tahun yang lalu mengingatkan saya dan beberapa teman: “…apabila kaki memasuki rumah, maka tinggalkan beban pekerjaan di luar pintu...” . Petuah ini adalah resep yang sangat mujarab, khususnya buat para bapak untuk bisa masuk rumah tanpa beban. Tapi tentu saja prakteknya tidak mudah, ya..percayalah ..itu tidak mudah, dan ketika masalah kantor memenuhi kepala kita, terkadang, astaghfirullah al adhiim, senyum anak-anak dan canda mereka pun tidak menarik lagi.
Iya..itulah tantangan para ayah, yang mungkin kurang lebih di generasi yang sama atau hampir sama dengan saya yaitu generasi sandwich, meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Dorothy Miller ( 1981), yang berarti generasi yang terjepit dengan kewajiban atas keluarga, orangtua, anak-anak dan juga diri sendiri. Generasi yang memang dituntut untuk bekerja ekstra keras di dunia yang sangat penuh dengan kompetisi ini.
Untuk menarik fokus kita kembali ke rumah bersama buah hati dan ikut serta menjalankan pengasuhan yang aktif dan komprehensif, sebaiknya kita mengingat tiga hal berikut ini :
Pertama : Ingatlah bahwa anak dan keluarga adalah prioritas pertama di atas pekerjaan dan apapun. Dan hal tersebut adalah fitrah kita sebagai ayah dan manusia, yang akan rela berkorban apapun demi buah hati kita.
Mungkin ilustrasi di bawah ini yang saya kutip dari kehidupan manusia termulia, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihii wasallam, bisa membuat kita memikirkan kembali prioritas tersebut .
Diriwayatkan oleh Buraidah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :” suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berkhutbah di depan kami, kemudia Al Hasan dan Al Husayn yang memakai baju merah jalan dan terjatuh, Rasulullah pun turun dari minbar nya dan mengangkat keduanya..” ( Tirmidzi no 3774)
Ketika seorang Rasul, menghentikan khutbahnya demi cucu-cucunya, mengambil dan mengangkat keduanya, menunjukan satu contoh mulia, bahwa anak-anak dan keluarga masuk ke dalam prioritas utama kita.
Dari hadist di atas, masihkah anda ragu untuk TIDAK mengangkat telfon dari kantor ketika sedang dalam fathering time bersama anak-anak? Atau mengangkat tefon dan menjawab:” …maaf saya ada urusan yang maha penting sekarang, saya telfon balik nanti ya…”
Kedua : Ingatlah nikmat Allah yang tak ternilai harganya, yaitu nikmat menjadi ayah dan mempunyai anak. Jutaan orang hanya bisa bermimpi atau mungkin masih bermimpi dan berusaha mendapatkan anak. Tidak kah anda bersyukur? Bentuk kesyukuran yang paling realistis dalam hal ini adalah menjadi orang tua yang baik, dan hadir dalam kehidupan mereka dan proses pembesaran.
Ketiga : Selalu memotivasi diri sendiri untuk memberikan ingatan yang baik bagi anak-anak kita di masa dating, sehingga investasi kita yang berbentuk pengasuhan , keterlibatan dalam pendidikan anak memberikan hasil sempurna berupa untaian do’a yang tiada henti, ketika kita berada di dalam kubur.
Dengan ketiga catatan di atas, insya Allah keterlibatan kita para ayah dalam mengasuh buah hati di rumah, bisa lebih dinikmati, karena percayalah detik-detik kebersamaan kita bersama anak-anak tidak lah lama, akan ada waktu di mana anak-anak akan sibuk dengan dunianya sendiri dan kita pun merindui kehadiran mereka yang sudah menjadi manusia super sibuk.
Ingat lah, sebesar apa pentingnya kita bagi mereka di masa depan, tergantung sebesar apa pentingnya mereka bagi kita sekarang.
Pepatah Arab menyebutkan : “Kamaa tadiinu tudaan” sebagai mana kau memperlakukan, maka begitulah kau akan diperlakukan.
@faisalsundani
#fatherhoood
#TarbiyahPubertas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan jika ada yang mau berkomentar