Kamis, 09 Juni 2011

resep membuat dimsum

Dim Sum berasal dari bahasa Kanton-Cina yang berarti makanan ringan serba kukus atau digoreng. Hidangan ini biasanya di sajikan sebagai sarapan atau penyerta minum the di sore hari. Citarasa dim sum sangat beragam baik gurih maupun manis. Bentuknya yang mungil membuat kita semakin ingin untuk mencoba. Buat Anda yang ingin membuat sendiri. Kami memilihkan 4 resep variasi dim sum. Selamat Mencoba!.
Resep: Budi Sutomo

Pangsit Kukus Isi Udang

Bahan:
Kulit Pangsit:

375 gr tepung terigu cakra
150 ml air mendidih
80 ml air dingin
1 sdt garam halus
1 sdm minyak goreng
Isi:
250 gr daging ayam cincang
100 gr udang cncang
5 buah jamur hioko, rendam air, iris halus
200 gr sawi putih, iris halus, rendam air panas, tiriskan
1 sdm tepung kanji
1 butir telur ayam
4 siung bawang putih, haluskan
2 cm jahe, parut
1 sdm kecap asin
½ sdm kecap ikan
2 sdt gula pasir
½ sdt lada halus
½ sdm minyak wijen
1 sdm minyak goreng
1 sdt garam
Saus Pedas, haluskan:
4 buah cabai merah
2 siung bawang putih
½ sdm cuka
4 sdm saus tomat
½ sdm gula pasir
200 ml air
¼ sdt garam
½ sdm tepung kanji, larutkan dengan 2 sdm air
Cara Membuat:
1. Kulit Pangsit: Campur tepung terigu dengan air mendidih, aduk rata. Tambahkan air dingin, garam dan minyak, aduk dengan tangan hingga terbentuk adonan yang kalis. Diamkan selama 40 menit. Ambil adonan dan giling hingga tipis. Cetak dengan pustry cutter/pisau tajam menjadi bulatan dengan diameter 7 cm. Lakukan hingga adonan habis.

2. Isi: Campur semuia bahan isi, aduk rata.

3. Penyelesaian: ambil kulit pangsit, isi dengan 1 sendok makan bahan isi. Bentuk pinggirnya dengan cara diwiru/lipitan. Kukus hingga matang. Angkat dan sajikan hangat dengan saus pedas

4. Saus cabai: campur semua bahan. Masak hingga mendidih dan mengental. angkat
Untuk 8 Porsi

Bakpao Ayam

Kulit A:
250 gr tepung terigu protein sedang
7 gr ragi instan
125 ml air
Kulit B:
50 gr tepung terigu
25 gr gula pasir
½ sdm susu bubuk
1 sdm mentega putih
30 gr gula pasir
1 sdt baking powder
Isi:
300 gr daging ayam cincang
1 batang daun bawang, iris halus
1 putih telur, kocok lepas
1 sdm tepung maizena
1 sdm saus tiram
½ sdm mushroom suce
½ sdm minyak sayur
1 sdt minyak wijen
2 cm jahe, parut
1 sdt garam
Saus Cuka:
3 sdm cuka beras
2 sdm kecap asin
4 cm jahe, iris halus, rendam air hangat, tiriskan
Cara Membuat:
1. Kulit: Campur semua bahan A, aduk hingga kalis. Diamkan 40 menit aatau hingga adonan mengembang 2 kali lipat. Tambahkan adonan B, aduk rata. Fermentasikan lagi adonan selama 30 menit. Bagi adonan menjadi bulatan-bulatan sebesar bola pingpong. Lakukan hingga adonan habis.

2. Isi: Campur semua bahan isi, aduk rata.

3. Penyelesaian: Tipiskan kulit, isi dengan satu sendok makan bahan isi. Bulatkan kembali. Diamkan selama 30 menit. Kukus hingga matang. Angkat dan sajikan hangat dengan saus cuka sebagai pelengkap.

4. Saus Cuka: Campur semua bahan dan diamkan selama 1 jam. Sajikan sebagai pelengkap.
Untuk 8 Porsi

SAPO TAHU SEAFOOD

saya ingin menghadirkan satu paforit saya juga olahan sayur-sayuran dan sumber protein. Resep ini masih saudara dengan Cap Cay Goreng. Mungkin pernah kita makan di resto oriental yang menghadirkan menu ini. Kenapa dinamakan Sapo? yang saya tahu, Sapo itu semacam mangkuk yang dipanaskan di atas
tungku hingga panas, baru kemudian sayuran dimasukkan ke dalamnya. Hal ini membuat sayuran yang ada di dalamnya tetap panas dalam jangka waktu cukup lama.
Bagi yang kangen dan ingin mencoba icip-icip sendiri di rumah, selain hemat, kebersihan dan kehalalannya kan terjamin. Buat yang belum pernah mencoba apa sih Sapo Tahu itu, sekalian yuk kita simak dulu resepnya. Tidak sulit kok.. Yuk!
Sapo Tahu Seafood
Bahan :
  • 1 bungkus tofu jepang,
  • 1 lembar sawi putih iris persegi 3×3 cm
  • 1 buah wortel iris serong
  • 4 buah jamur merang belah 2
  • 4 buah jamur kuping belah 2
  • 1 bungkus kecil sohun
  • 3 buah putren iris serong
  • 5 buah udang kupas
  • 3 butir bakso ikan
  • 1 buah cumi iris lebar 1 cm
  • 3 sdm minyak untuk menumis
  • 5 sdm minyak untuk menggoreng tofu
  • 1 butir telur kocok lepas
  • air secukupnya
  • garam dan gula secukupnya
  • kaldu bubuk
Bumbu :
  • 2 siung bawang putih dicacah hingga halus
  • 1 ruas jahe dicacah hingga halus
  • 1 btg daun iris serong
  • 1 sdm minyak wijen
  • 1 sdm kecap ikan
  • 1 sdm saus tiram
  • 2 sdm kanji larutkan dalam 1 gelas kanji
Cara membuat :
  1. Sohun di rendam dalam air hangat, diamkan hingga sohun menjadi lemas.
  2. Siapkan Tofu goreng balut telur agar tofu tidak hancur saat di masak.
  3. Siapkan minyak hingga cukup panas.
  4. Ambil tofu, gunting/potong ujung bungkusnya, tekan pada ujung satunya hingga tofu menyembul dan dapat dipotong sebesar 1 cm.
  5. Masukkan ke dalam telur kocok hingga tofu terendam, angkat dengan menggunakan sendok dan pindahkan ke dalam minyak panas tadi.
  6. Lakukan satu persatu agar tofu tidak hancur, balik tofu hanya sekali saja setelah itu angkat, sisihkan
    Lakukan hingga tofu habis digoreng.
  7. Siapkan minyak untuk menumis hingga cukup panas. Masukkan bawang putih, jahe, tumis hingga harum, masukkan udang, cumi, bakso ikan kecap ikan, aduk hingga rata.
  8. Masukkan wortel, aduk rata dan biarkan hingga wortel matang.
  9. Masukkan putren, jamur merang, jamur kuping dan daun bawang.
  10. Masukkan minyak wijen, saus tiram, beri air kira-kira 2-3 gelas.
  11. Masukkan tofu balut telur tadi, dan sohun secukupnya
  12. Beri garam, gula dan kaldu bubuk secukupnya
  13. Masukkan air kanji sedikit demi sedikit hingga kuah mengental sesuai selera
  14. Matikan api. Sajikan dalam wadah sapo
  15. Hidangkan
Tips :
Memasak Sapo Tahu hampir sama dengan memasak capcay goreng. Gunakan api besar, dan masak dengan waktu yang tidak terlalu lama agar bahan tidak terlalu cepat matang.
Waktu persiapan : +/- 30 menit
Waktu memasak :+/- 30 menit
Porsi : +/- 4 orang

AYAM BAKAR KECAP

BAHAN:
1 ekor ayam, potong 8 bagian
2 sdm air jeruk nipis dan 2 sdt garam
2 cm lengkuas, memarkan
2 batang serai, memarkan
2 lembar daun jeruk
2 cm jahe
2 sdm kecap manis
2 sdm minyak goreng
Haluskan:
3 cabai merah besar
6 cabai rawit merah
8 butir bawang merah
5 siung bawang putih
5 butir kemiri, sangrai
3 cm kunyit
1 sdt garam
Olesan:
2 sdm margarin, lumerkan
7 sdm kecap manis

CARA MEMBUAT:
1. Cuci bersih ayam, lumuri air jeruk nipis dan garam, diamkan sebentar. Cuci
bersih kembali, tiriskan.
2. Lumuri ayam dengan bumbu halus, tambahkan 2 sdm minyak goreng. Diamkan
selama 30 menit.
3. Masak ayam bersama rendamannya, tambahkan lengkuas, serai, daun jeruk, dan
jahe, masak hingga ayam lunak, angkat.
4. Siapkan bara api, panggang ayam. Selama memanggang olesi dengan campuran
margarin dan kecap manis. Panggang hingga berwarna agak gelap, angkat. Sajikan
hangat.

Untuk: 4 orang

sekelumit kisah shahabiyah,teladan utk muslimah

Khadijah r.a,wanita agung istri Nabi saw.,beliau seorang ibu 6 anak,seorang istri yg bijak&cerdas,seorang pengusaha yg ulet.
Asma binti Abu Bakar r.a.,istri Zubair bin Awwam,wanita tangguh,pemberani,&ulet. dlm keadaan hamil tua diselusurinya padang pasir tandus demi mengantar ransum utk ayah&Rasulullah saw. yg sdng mnjlnkan misi hijrah. beliau jg mnjlnkan tgs sbg agen intel yg mmbawa berita mengenai kondisi kaum musyrikin Quraisy yg tengah mengejar Rasulullah saw.. beliau berkata,”Zubair mengawiniku,smentara di dunia ini dia tdk memiliki harta,hamba/sesuatu pun selain seekor unta pengangkut air&seekor kuda. akulah yg mmberikn makan kudanya,menimba air,mnjahit girbah air yg trbuat dr kulit&membuat adonan roti. ttapi aku tdk bs membuat roti dgn baik. yg biasanya mmbuatkn roti utk ku adlh tetangga2ku,wanita Anshar. mereka adlh wanita2 yg jujur&tulus.aku sdh biasa mengangkut biji kurma dr lahan milik azZubair di atas kepalaku.jarak tanah azZubair itu dr tempatku 2/3 farsakh(1farsakh=5km)”. (HR.bukhari&muslim)

Sepuluh Sifat (Muwashofat) Seorang Muslim Yang Ideal :

  • Salimul ibadah (Aqidah yang bersih)
  • Shahihul Aqidah (Ibadah yang benar)
  • Matinul Khuluq (Akhlak yang baik)
  • Qadirun ‘Alal kasbi (Kemampuan berpenghasilan)
  • Mutsaqqapul Fikri (Wawasan yang luas/cerdas)
  • Qawiyul Jismi (Fisik yang kuat)
  • Mujahidun Linafsihi (Bersungguh-sungguh)
  • Munadzam Fi Syu’nihi (Tertata urusannya)
  • Harishun ‘Ala Waqtihi (Efisiensi terhadap waktu)
  • Nafi’un Lighairihi (Bermanfaat bagi orang lain)

10 manfaat silaturahmi

1. Mendapatkan ridho Allah SWT.
2. Membuat orang yang dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia.”
3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi.
4. Disenangi oleh manusia.
5. Membuat iblis dan setan marah.
6. Memanjangkan usia.
7. Menambah banyak dan berkah rejekinya.
8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.
9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.
10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahmi) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.

Bahaya Menyia-nyiakan Salat


“Maka, datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelak) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui sesesatan. Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh.” (Maryam: 59-60).
Ibnu Abbas berkata, “Makna menyia-yiakan salat salat bukanlah meninggalkannya sama sekali, tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya.”
Imam para tabi’in, Sa’id bin Musayyib berkata, “Maksudnya adalah orang itu tidak mengerjakan salat duhur sehingga datang waktu asar; tidak mengerjakan asar sehingga datang magrib; tidak salat magrib sampai datang isya; tidak salat isya sampai fajar menjelang; tidak salat subuh sampai matahari terbit. Barang siapa mati dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini dan tidak bertobat, Allah menjanjikan baginya Ghayy, yaitu lembah di neraka Jahanam yang sangat dalam dasarnya lagi sangat tidak enak rasanya.”
“Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lupa akan salatnya.” Al-Maa’uun: 4-5). Orang-orang lupa adalah orang-orang yang lalai dan meremehkan salat.
Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang orang-orang yang lupa akan salatnya. Beliau menjawab, yaitu mengakhirkan waktunya.”
Mereka disebut orang-orang yang salat. Namun, ketika mereka meremehkan dan mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya, mereka diancam dengan Wail, azab yang berat. Ada juga yang mengatakan bahwa Wail adalah sebuah lembah di neraka Jahanam, jika gunung-gunung yang ada dimasukkan ke sana niscaya akan meleleh semuanya karena sangat panasnya. Itulah tempat bagi orang-orang yang meremehkan salat dan mengakhirkannya dari waktunya. Kecuali, orang-orang yang bertobat kepada Allah Taala dan menyesal atas kelalaiannya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Munafiqun: 9).
Para mufasir menjelaskan, “Maksud mengingat Allah dalam ayat ini adalah salat lima waktu. Maka, barang siapa disibukkan oleh harta perniagaannya, kehidupan dunianya, sawah ladangnya, dan anak-anaknya dari mengerjakan salat pada waktunya, maka ia termasuk orang-orang yang merugi.”
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Amal yang pertama kali dihisab padahari kiamat dari seorang hamba adalah salatnya. Jika salatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia, sebaliknya, jika rusak, sungguh telah gagal dan merugilah ia.” (HR Tirmizi dan yang lain dari Abu Hurairah. Ia berkata, “Hasan Gharib.”)
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada yang berhak diibadahi selain Allah) dan mengerjakan salat serta membayar zakat. Jika mereka telah memenuhinya, maka darah dan hartanya aku lindungi kecuali dengan haknya. Adapun hisabnya maka itu kepada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dan, “Barang siapa menjaganya maka ia akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari kiamat nanti. Sedang yang tidak menjaganya, maka tidak akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari itu. Pada hari itu ia akan dikumpulkan bersama Firaun, Qarun, Haman, dan ubay bin Khalaf.” (HR Ahmad).
Sebagian ulama berkata, “Hanyasanya orang yang meninggalkan salat dikumpulkan dengan empat orang itu karena ia telah menyibukkan diri dengan harta, kekuasaan, pangkat/jabatan, dan perniagaannya dari salat. Jika ia disibukkan dengan hartanya, ia akan dikumpulkan bersama Qarun. Jika ia disibukkan dengan kekuasaannya, ia akan dikumpulkan dengan Firaun. Jika ia disibukkan dengan pangkat/jabatan, ia akan dikumpulkan bersama Haman. Dan, jika ia disibukkan dengan perniagaannya akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf, seorang pedagang yang kafir di Mekah saat itu.”
Mu’adz bin Jabal meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa meninggalkan salat wajib dengan sengaja, telah lepas darinya jaminan dari Allah Azza wa Jalla.” (HR Ahmad).
Umar bin Khattab berkata, “Sesungguhnya tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan salat.” Umar bin Khattab meriwayatkan, telah datang seseorang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, amal dalam Islam apakah yang paling dicintai oleh Allah Taala?” Beliau menjawab, “Salat pada waktunya. Barang siapa meninggalkannya, sungguh ia tidak lagi memiliki agama lagi, dan salat itu tiangnya agama.”
Kala Umar terluka karena tusukan, seseorang mengatakan, “Anda tetap ingin mengerjakan salat, wahai Amirul Mukminin?” “Ya, dan sungguh tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan salat,” jawabnya. Lalu, ia pun mengerjakan salat, meski dari lukanya mengalir darah yang cukup banyak.
Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa berjumpa dengan Allah dalam keadaan menyia-nyiakan salat, Dia tidak akan mempedulikan sautu kebaikan pun darinya.”
Ibnu Hazm berkata, “Tidak ada dosa yang lebih besar sesudah syirik, selain mengakhirkan salat dari waktunya dan membunuh seorang mukmin bukan dengan haknya.”
Aun bin Abdullah berkata, “Apabila seorang hamba dimasukkan ke dalam kuburnya, ia akan ditanya tentang salat sebagai sesuatu yang pertama kali ditanyakan. Jika baik barulah amal-amalnya yang lain dilihat. Sebaliknya, jika tidak, tidak ada satu amalan pun yang dilihat (dianggap tidak baik semuanya).”
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seorang hamba mengerjakan salat di awal waktu, salat itu –ia memiliki cahaya– akan naik ke langit sehingga sampai ke Arsy, lalu memohonkan ampunan bagi orang yang telah mengerjakannya, begitu seterusnya sampai hari kiamat. Salat itu berkata, ‘Semoga Allah menjagamu sebagaimana kamu telah menjagaku.’ Dan, apabila seorang hamba mengerjakan salat bukan pada waktunya, salat itu–ia memiliki kegelapan–akan naik ke langit. Sesampainya di sana ia akan dilipat seperti dilipatnya kain yang usang, lalu dipukulkan ke wajah orang yang telah mengerjakannya. Salat itu berkata, ‘Semoga Allah menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu telah menyia-nyiakanku’.”
Rasulullah saw. bersabda, “Ada tiga orang yang salatnya tidak diterima oleh Allah: seseorang yang memimpin suatu kaum padahal kaum itu membencinya; seseorang yang mengerjakan salat ketika telah lewat waktunya; dan seseorang yang memperbudak orang yang memerdekakan diri.” (HR Abu Dawud dari Abdullah bin Amru bin Ash).
Beliau saw. juga bersabda, Barang siapa menjamak dua salat tanpa ada uzur, sungguh ia telah memasuki pintu terbesar di antara pintu-pintu dosa besar.”
Dalam sebuah hadis yang lain disebutkan, “Sesungguhnya orang yang selalu menjaga salat wajib niscaya akan dikaruniai oleh Allah SWT dengan lima karamah:ditepis darinya kesempitan hidup, dijauhkan ia dari azab kubur, diterimakan kepadanya cacatan amalnya dengan tangan kanan, ia akan melewati shirath seperti kilat yang menyambar, dan akan masuk surga tanpa hisab.
Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakannya niscaya akan dihukum oleh Allah dengan empat belas (14) hukuman: lima di dunia, tiga ketika mati, tiga di alam kubur, dan tiga lagi ketika keluar dari kubur.
Kelima hukuman di dunia adalah barakah dicabut dari hidupnya, tanda sebagai orang saleh dihapus dari wajahnya, semua amalan yang dikerjakannya tidak akan diberi pahala oleh Allah, doanya tidak akan diangkat ke langit, dan dia tidak akan mendapat bagian dari doanya orang-orang saleh.
Hukuman yang menimpanya ketika mati adalah dia akan mati dalam kehinaan, dalam kelaparan, dan dalam kehausan. Meskipun ia diberi minum air seluruh lautan dunia, semua itu tidak mampu menghilangkan dahaganya.
Hukuman yang menimpanya dikubur adalah kuburnya menyempit sehingga tulang-tulangnya remuk tak karuan, dinyalakan di sana api yang membara siang-malam, dan ia dihidangkan kepada seekor ular yang bernama As-Suja al-Aqra. Kedua bola matanya dari api, kuku-kukunya dari besi, dan panjang tiap kuku itu sejauh perjalanan satu hari. Ular itu terus-menerus melukai si mayit sambil berkata, ‘Akulah As-Suja al-Aqra!’ Seruannya bagaikan gemuruh halilintar, ‘Aku diperintah oleh Rabku untuk memukulmu atas kelakuanmu yang menunda-nunda salat subuh sampai terbit matahari, juga atas salat zuhur yang kau tunda-tunda sampai masuk waktu asar, juga atas asar yang kau tunda-tunda sampai magrib, juga atas magrib yang kau tunda-tunda sampai isya, dan atas isya yang kau tunda-tunda sampai subuh.’ Setiap kali ular itu memukulnya, ia terjerembab ke bumi selama 70 hasta.
Demikian keadaannya sampai datangnya hari kiamat nanti. Adapun hukuman yang menimpanya sekeluarnya dari kubur pada hari kiamat adalah hisab yang berat, kemurkaan Rab, dan masuk ke neraka.”
Dikisahkan, seseorang dari kalangan salaf turut menguburkan saudara perempuannya yang mati. Tanpa ia sadari sebuah kantong berisi harta yang ia bawa jatuh dan turut terkubur. Begitu pula dengan mereka yang hadir, tidak satu pun menyadarinya. Sepulang darinya, barula ia sadar. Maka, ia kembali ke makam dan ketika semua orang telah pulang ke tempat masing-masing ia bongkar kembali makam saudaranya itu. Dan ia pun terkejut begitu melihat api yang menyala-nyala dari dalam makam. Serta merta ia kembalikan tanah galian, dan pulang sambil bercucuran air mata. Mendapati ibunya, ia bertanya, “Duhai Ibunda, gerangan apakah yang telah dilakukan oleh saudara perempuanku?” “Mengapa kau menanyakan,anakku?” ibunya balik bertanya. Ia pun menjawab, “Bunda, sungguh aku melihat kuburnya dipenuhi kobaran api.” Lalu, ibunya menangis dan berkata, “Wahaianakku, dulu saudara perempuanmu terbiasa meremehkan dan mengakhirkan salat dari waktunya.”
Ini adalah keadaan mereka yang mengakhirkan salat dari waktunya. Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak mengerjakannya?
Marilah kita memohon pertolongan kepada Allah agar kita selalu dapat menjaga salat pada waktunya. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
Sumber: Al-Kabaair, Syamsuddin Muhammad bin Utsman bin Qaimaz at-Turkmani al-Fariqi ad-Dimasyqi asy-Syafii
kafemuslimah.com

Cara tepat Menasehati Anak

Menasihati adalah keahlian bawaan lahir yang dimiliki setiap orang, bahkan tak jarang dilakukan dengan cara yang berlebihan. Begitupun dengan kebiasaan menasihati yang dilakukan oleh para orangtua terhadap anaknya.

Pada dasarnya, menasihati anak dengan cara yang berlebihan bisa jadi tidak menghasilkan apapun. Bahkan mungkin, anak tidak akan pernah mengikuti apa yang menjadi nasihat orangtuanya. Namun, kemampuan memberi nasihat yang baik itu sebenarnya bisa dipelajari dan dilatih lho. Dengan begitu, mereka akan lebih menerima nasihat tersebut.
Nah, berikut ini adalah cara memberikan nasihat yang tepat pada anak.
  1. Mulai dengan pertanyaan dan bukan pernyataan.
         Misalnya anak kita pulang telat dari waktu yang ditentukan. Sebaiknya mulailah dengan pertanyaan, "Eh anak mama… habis dari mana kok baru sampai?" Jangan mulai dengan, "Kamu pulang terlambat, main dulu ya…?!"
  2. Jangan paksa apabila anak belum ingin bicara.
         Tiap anak memiliki tipe yang berbeda. Ada anak yang ingin langsung ditanya dan menjelaskan saat itu juga. Ada tipe anak yang ingin diam, istirahat bersih-bersih badan dulu, baru setelah merasa nyaman mau ditanya. Ada juga anak yang ingin kita duduk di sampingnya, kemudian dia bicara sendiri sebelum ditanya. Hal ini penting sekali untuk diketahui agar tidak ada yang merasa disakiti antara orangtua dan anak. Jika kita berhasil mengetahui ciri masing-masing anak, pasti kita akan bisa mengajaknya untuk berdialog.
  3. Tugas kita adalah hanya bertanya dan mendengar saja.
         Pada saat anak beranjak dewasa, ubahlah cara mendidiknya. Jangan samakan dengan cara mendidik saat anak masih di bangku TK atau SD. Kasus terbesar dan sering terjadi antara orangtua dengan anaknya adalah tidak menyadari bahwa anak sudah beranjak dewasa.
         Kondisi anak yang sudah beranjak dewasa cenderung lebih membutuhkan pola asuh yang lebih mengakomodasikan kepentingan anak, seperti ingin mengambil keputusan sendiri, bukan mematuhi apa yang diputuskan oleh orangtua. Ini sangat bagus karena anak akan mampu mengambil keputusan sendiri saat ia berada jauh dari orangtuanya.
         Jadi, tugas kita setelah bertanya pada saat yang tepat adalah mendengar dan merespon secara positif. Hal itu untuk menunjukkan bahwa kita tidak hanya mendengar, melainkan "menyimak" dan merespon dengan baik ceritanya.
  4. Bersabarlah untuk terus mendengarkan, jangan bicara, berkomentar, atau menasihati sampai anak meminta Anda berbicara.
         Mungkin bisa 15 menit, 30 menit, atau 2 jam anak kita bercerita, jangan sekali-kali Anda bosan untuk mendengarkannya. Kapan saatnya boleh berbicara? Saat anak Anda sudah mengeluarkan kalimat, "Oh iya Ma, gimana Ma… menurut Mama bener gak sih aku?" atau "Oh iya Ma, menurut Mama, mestinya aku harus bagaimana…?" atau pertanyaan anak lainnya agar Anda nemberi pendapat. Apabila anak sudah puas berbicara dan sudah mengeluarkan kalimat semacam itu, telinga dan hatinya sudah siap dan terbuka lebar untuk menerima masukan dari kita.
  5. Sampaikan nasihat dalam bentuk metafora atau cerita pengalaman masa lalu.
         Jangan terpancing untuk memberi nasihat langsung. Akan sangat baik jika menggunakan sebuah cerita yang menggambarkan pengalaman kita atau orang lain yang mirip dengan kasus yang dialami oleh anak kita. Ceritakan yang detail tanpa bermaksud untuk menyindir. Kemudian, jelaskan hikmah dari kisah yang Anda ceritakan. Sisipkan nasihat-nasihat Anda yang sesungguhnya dalam hikmah cerita tersebut agar anak tidak menyadari bahwa sebenarnya ia sedang dinasihati.
  6. Akhiri pembicaraan dengan membiarkan anak menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya.
  7. Jangan risaukan pilihan atau keputusan anak.
         Anda tidak perlu takut atau risau akan pilihan dan keputusan anak. Jika anak salah dalam memilih atau memutuskan, itu sebenarnya bagian dari proses belajar dan pendewasaan mental anak. Ingatlah, tugas orangtua adalah bukan membuat anak tidak pernah melakukan kesalahan, melainkan anak bisa belajar dari kesalahannya atau tidak mengulangi kesalahan yang sama yang pernah dibuat oleh orang lain.

Menjadi Istri Shalihah adalah Jihad

Istri sholihah merupakan sebaik-baik perhiasan dunia, begitu sabda Rasulullah Saw. Dunia ini yang bergelimang perhiasan seperti harta, wanita, anak-anak. Tetapi, Rasulullah memilihkan sebaik-baik perhiasan dan sangat spesifik, yaitu istri sholihah. Artinya seorang perempuan yang tidak menikah walaupun ia sangat sholihah tetap belum dikatakan sempurna. Dan disini pula letak dari begitu besarnya nilai dari pernikahan, yaitu setengah dari dien. Dien Islam yang sempurna dan indah, dengan syariatnya ternyata sebagiannya adalah pernikahan.

Aku berbicara disini, sebagai seorang istri (baru) yang ingin menjadi istri sholihah. Peran seorang istri tidaklah sama dengan peran wanita single. Ia tidak lagi bebas keluar rumah, tapi harus izin kepada suami. Ia mempunyai tanggungjawab melayani suami, dalam menyiapkan makanan dan minuman, pakaian. Ia pun adalah pemimpin bagi keluarganya, menjaga harta suaminya jika suami tidak ada di rumah. Tanggungjawab yang diemban seorang istri tidak lah ringan, karena akan dimintai pertanggungjawabannya.
Ketika peristiwa isra mi’raj, Rasulullah diperlihatkan oleh Allah bagaimana kondisi neraka. Dan disitu banyak terdapat wanita. Ketika ditanyakan, kenapa banyak wanita di neraka? Jawabannya adalah karena banyak istri yang tidak taat pada suaminya.Nilai ketaatan seorang istri kepada suami sangat besar. Ketika wanita itu belum nikah, maka masih ada ridho orang tua. Tapi ketika sudah menikah, ridho itu datang dari suami dan secara otomatis seorang istri harus taat dalam kebaikan kepada suaminya.
Allah memberikan contoh bagaimanakah sosok istri yang durhaka, yaitu ada dalam Al Qur’an surat At Tahrim ayat 10 yang artinya: “Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh diantara hamba-hamba kami, lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orangyang masuk (neraka).”
Na’udzubillahmin dzalik.
Allah memberi petunjuk bagi para istri, bahwa sudah jelas ganjaran ketidaktaatan pada suami adalah neraka. Apalagi jika suami itu adalah orang yang taat pada Allah. Sudah sepatutnya kita taat, agar ridho Allah membersamai istri.
Tapi, jangan khawatir. Ada pula contoh yang Allah berikan, yaitu seorang istri sholehah yang tetap taat pada Allah, walaupun suaminya kafir. Yaitu istri Fir’aun, Asiah ra. Masih dalam surat At Tahrim ayat 11, artinya: “Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatanya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.”
Subhanallah, perumpamaan yang sangat indah. Aku terbayangkan sosok Asiah yang tegar, sabar dan sholehah. Dalam rintihan doanya, ia memohon balasan dari Allah atas kezhaliman suaminya. Tetapi, yang didoakan bukan azab untuk suaminya, melainkan imbalan baginya sebagai penghibur hati yaitu sebuah rumah di surga. Begitu kokohnya iman ibunda Asiah. Jihadnya sebagai istri akan Allah bayarkan di surga.
Menjadi istri sholihah adalah perjuangan, jihad. Karena tidak mudah untuk mendapat gelar istri sholihah. Paling tidak sebagai usaha untuk membebaskan diri dari belenggu siksa neraka.
Bagaimanakah istri sholihah itu? Dalam Al Qur’an surat An Nisa ayat 34, “Maka perempuan-perempuan yang sholih adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).”
Jihad seorang istri sholihah adalah ketaatan pada Allah, juga ketaatan pada suaminya.
Semoga aku dan para istri mukmin lainnya, mampu untuk mencapai derajat istri sholihah sebagaimana para shohabiyah telah mencontohkan. Mereka ada dan pernah hidup di dunia yang sama dengan kita, hanya berbeda zaman saja. Berarti seharusnya, kita juga mampu mengikuti dan mencontoh. Insya Allah. Amiin.