Selasa, 26 Juli 2016

Mengasuh anak tanpa durhaka

Mengasuh anak tanpa durhaka

Mama  :“Ikraam! Kok makan permen sih, kan giginya  masih  
               sakit nak?”                  
Anak     :”Hm... aku lagi pengen, kan udah lama gak makan 
               permen,ma”.
Mama   :”Astagfirullah nak, Ikram lupa ya bagaimana sakitnya tuh 
                gigi kemaren?”
Anak     :” hm.... enggak..!”
Mama   :” Nah, kenapa sekarang makan permen?, dari mana itu
                 permen?”
Anak     :”Dari nenek ma !”
Mama   :” Astagfirullah !”

Does this sound familiar?

Populer sekali  dimasyarakat kita anggapan atau pemahaman ini :Nenek dan kakek katanya lebih sayang sama cucunya dari pada sama anaknya!. Maka  sering sekali  peristiwa seperti diatas terjadi : Mama  melarang makan permen, nenek beliin. Ayah larang nonton TV, kakek bilang gak apa pa sekali kali, kan sekolahnya sdh sampe sore, kasian cucu Kakek.
Selain itu,karena terlalu sayang sama cucu sering kali kakek dan  nenek, terutama nenek ikut campur terlalu banyak dan sering dalam pengasuhan cucunya. Bukan saja mengatur orang tua si cucu tapi juga kadang  intervensi langsung didepan cucunya.
Yang parah adalah bila kakek nenek tinggal serumah dengan cucu, atau  orang tua menitipkan sang anak sama neneknya.. whuah.. hampir semua peraturan ada dua macam...
Biasanya aturan dari nenek lebih longgar atau tidak sesuai lagi dengan ilmu dan kesepakatan kedua orangtua. Cucu tentu memilih aturannya yang dibuat nenek dan kakek.

Buat orang tua terasa berat, bagaimana pun mereka ingin mengasuh anaknya dengan sebaik yang mereka ketahui dan bisa, tapi pada saat yang sama mereka tidak mau durhaka pada orang tua atau mertua..
Untuk menjawab banyak pertanyaan dan permintaan dari teman teman dalam grup ini, kali ini yuk  kita bahas seluk beluk pengasuhan 3 generasi.

Mengapa masalah muncul ?

1.Keliruan kakek nenek sendiri, karena dulu ketika mengasuh anaknya tidak menggenapkannya dengan pengetahuan tentang tanggung jawab menjadi suami istri dan menjadi orang tua. Anak hanya dipersiapkan untuk menjadi : sarjana  sesuai minat dan bakatnya, ilmuwan, enterpreuneur, dan pekerja. Sudah dianggap wajar kalau kini kakek nenek menanggungkan resikonya mengasuh cucu sebagai :Tanggung jawab &  Cinta!. Kasian kalau cucu hanya diasuh oleh pembantu saja. Apalagi kalau pembantu itu berganti ganti terus.

2.Nenek dan kakek merasa sukses mengasuh anaknya dulu dan cenderung mengulanginya dalam mengasuh cucu.   Padahal mereka tidak tidak tahu bagaimana sesungguhnya perasaan dan penilaian anak anaknya terhadap pola pengasuhan yang mereka terima dulu itu  dan kini  belum tentu  seluruhnya dapat diterima oleh anak dan menantu mereka bila diterapkan pada anak anaknya.
Pengasuhan : Prinsipnya sama tapi  zaman sudah berbeda: Orang tua kini  (anak anak mereka ) sudah lebih Melek  tentang  PARENTING.

3.Tidak ada pembicaraan terlebih dahulu  antara kakek nenek dan orang tua tentang GBPA : Garis garis Besar Pengasuhan Anak dan kemudian menyepakatinya.Tujuan apa yang mau dicapai, bagaimana mencapainya,apa PRIORITASNYA dan harapan orang tua tentang do’s and dont’s nya

4. “Dendam positif”. Dulu waktu kakek nenek membesarkan ortu, hidup banyak susahnya. Keperluan banyak, keuangan terbatas. Kini diusia tua, keperluan menurun keuangan lebih mapan dan ada pula  pemberian anak2. Maka kalau cucu meminta sesuatu,dulu  sama emak atau bapaknya keinginan mereka  ditahan, ditunda  atau tidak dipenuhi, sekarang tidak ada alasan. Lagian ortunya “medit atau kenceng” banget.Kasihan tuh cucuc!. Jadi Nenek dan kakek lebih permissive/ membolehkan, bahkan agak sedikit berlebihan. Cucu  minta permen satu dikasih dua atau tiga. Mau belajar dengan 3 temannya, bukannya  dibelikan 4 popcorn, tapi selusin...

5.Kalau timbul masalah karena ke tidak sesuaian harapan dan apa yang dilakukan kakek nenek, ortu  jadi “nggak-enak an” sama kakek nenek. Ngegerundel sendiri – masalah tidak terpecahkan apa lagi terselesaikan. Kejadian berulang , yang korban masa depan anak dan kesehatan jiwa ortu.

6.Kalau mau di “omongin” atau dibahas, nggak tahu bagaimana cara yang tepat dan benar. Ujung2nya pasti ketegangan kalau nggak mau dibilang konflik kecil pasti terjadi. Kakek nenek tersinggung atau sedih. Ortu merasa :”Duh gue durhaka nggak nih ya...”

i7. Ortu tidak tahu,bagaimana masa kecil kakek nenek. Jangan jangan ortunya mereka dulu : keras. suka mgeritik atau cenderung memanjakan. Jadi kalau kakek nenek melakuka hal serupa adalah karena masa kecilnya dulu seperti iu (Inner childnya).

Jadi bagamana dong ?

Dari sudut kakek nenek :

1.Kita sudah tua, dulu habis waktu kita untuk mengasuh, mendidik dan menyekolahkan anak anak kita. Kenapa kita sekarang harus pula melakukan hal serupa terhadap anak anak mereka?.
Betul sebagai kakek nenek kita perlu bertanggung jawab pada Allah terhadap keturunan kita, tetapi kita harus sadar se sadar2nya bahwa kita  bukan penanggung jawab utamanya. Yang diberikan benih dan yang mengandungnya lah yang telah dipilih jadi  Baby Sitternya yang memberikan amanah.
Bukan kita !.

2.Jadi  dengan segala kerendahan hati akuilah kekurangan dan kesalahan kita dalam mengasuh anak anak kita dahulu.Mungkin kita kurang menyiapkan mereka untuk menjadi suami-istri, ayah dan ibu. Wiring /Peng-kabel-an diotaknya adalah untuk berprestasi  secara akademis dan kita minta mereka mati matian mempertahakan rangkingnya. Kini mereka berusaha sukses dan mempertahankan ke sukses annya  didunia kerja.Dunia kerja lebih baik dan utama dari pada menjadi orang tua. Sehingga dengan mudah dan tanpa merasa bersalah mereka mensub kontrakkan anak anaknya.
Jangan jangan kita telah menjadi role model yang yang keliru yang mereka tiru…
Maka  minta maaflah dengan jujur  pada anak anak kita, karena ketidak sengajaan atau ke alpaan kita dalam membesarkannya telah menjadikan mereka orang tua yang  kurang memiliki rasa tanggung jawab, keterampilan dan daya tahan atau endurance dalam menjalani peran ke orang tuaannya.

3. Anak anak kita harus bertanggung jawab pada si Pemberi amanah, bukan kita!. Bantu meluruskan pemahaman mereka dengan penuh kesabaran dan cinta serta pengorbanan. Setelah itu : Pulangkan saja  cucu cucu pada ibunya atau ayahnya...
Tangan berbuat bahu memikul !.

4. Kita harus sadar benar, ketika kita muda kita sarat dengan berbagai upaya untuk survive sebagai orang tua dengan berbagai masalah yg kita hadapi. Sehingga mungkin ibadah dan amalan kita seadanya saja.Kita bersyukur dengan semua rahmat Allah yang diberikan kepada kita sehingga kita merasakan kenikmatan punya dan memelihara cucu, yang tidak semua orang mendapatkannya. Tapi kini pulalah, disisa sia usia ini saatnya bagi  kakek nenek  untuk  beribadah dan melengkapi     bekal akhirat., menikmati mekar diusia kedua, --- bukan dibebani cucu..
“For the seek of your mental health, Grands  ---- you need  space for yourself”:Phisically, mentally, emotionally, socially and spiritually.            Enjoy your life !

5. Kalaulah ada hal yang kita rasa kurang pas dan kurang berkenan yang dilakukan  anak anak kita dalam mengasuh cucu cucu kita, maka:
      1. Bijaklah dalam menyikapinya.
      2. Duduklah bersama. Tanyakan mengapa mereka
          melakukannya. Semua tingkah laku punya alasan dan
          punya tujuan. Mungkin mereka telah  belajar atau
          mempunyai ilmu baru dalam mengasuh anak sehingga
          mereka tengah mencoba menerapkan  cara cara yang
          berbeda sesuai dengan perkembangan zaman.
      3. Bila kita ada usulan sebaik mungkin bicara dulu dengan
          ayahnya ( anak kita kah atau menantu), baru bicara
          dengan ibunya. Ayah harus kita bantu untuk berfungsi
          sesuai dengan perannya .
       4. Fahami  benar bahwa cucu kita hidup di era digital dengan
           segala konseuensi dahsyatnya. Jangan kan kita, orang
           tuanya saja tidak akan sanggup mengejar kecepatan 
           anak anak mereka dalam menggunakan dan
           memanfaatkan teknologi ini. Maka mundurlah dengan
           teratur, serahkan pada ibu bapaknya. karena kita hidup
           pada dunia yang sudah sangat berbeda dengan mereka.
       5. Banyak Sabar! dan sering gigit lidah.. tahan kata kata!
       6. Tugas utama kita adalah untuk menjaga dan memelihara
           bahwa semua berjalan sesuai dengan perintah Allah dan
           petunjuk Rasul serta semua ketentuan yang ada dalam
            kitab suci kita…
           Maka jangan segan dan berhenti MENASIHATI, bukankah   
           sesungguhnya :”Addinu Nasihah” – Agama itu Nasihat!.  

Dari sudut ayah ibu..

1. Yang harus anda berdua ingat adalah: Andalah baby sitternya
     Allah.
    Berarti andalah  penanggung jawab utama pengasuhan dan
    pendidikan serta   keberlangsungan hidup anak anak anda,
    bukan kakek neneknya apalagi baby sitter dan pembantu atau
    pimpinan dan guru TPA -  Tempat Pendidikan Anak. Anda
    berdua wahai orang tua, di karuniai dan diamanahi  oleh Allah
    anak yang  sempurna; Jangan sampai ketika di”pulangkan”
    pada Allahnya dalam keadaan “bonyok”: fisik, jiwa dan
    keimanannya . Harus anda ingat: Nanti jawab apa ya di
     Mahkamah Hisab Allah?.
     Jadi anda aturlah waktu dan tenaga menjadi orang tua.

2. Yang dibutuhkan anak itu darimu ayah dan ibu adalah  WAKTU , bukan mainan dan hadiah tidak juga sekolah keren, reputasinya hebat dengan uang pangkal dan bayaran bulanan yang mahal . Masa depan itu bukan hanya tergantung pada  keberhasilan akademis semata yang bersusah payah anda gapai. Bisakah dia sukses dengan iman yang rendah dan jiwa hampa menghadapi tantangan zaman dan persaingan yang semakin ketat luar biasa?. Ingatkah anda kisah Rasulullah yang me-lama- kan sujudnya agar cucu cucunya puas bermain di tengkuk dan belakangnya?. Dalam sujudnya saja, Rasulullah berusaha memenuhi kebutuhan jiwa cucunya pada saat mereka butuhkan dalam jumlah yang cukup. Bagaimana dengan anda ?

3. Pendidikan itu berlangsung dirumah – penanggung jawab utamanya  anda : ORTU. Pembelajaran disekolah penangung jawabnya GURU – jangan diputar balik – Sebaiknya kita  ikut melakukan kesalahan berjamaah?

4.  Rezeki bukan hanya uang . Anak yang sehat lahir batin, sholeh dan beradab, bahagia dan gembira, cerdas secara intelektual , emosional dan sosial adalah garansi hidup dunia akhirat.

5. Jangan salah tangkap, bukan tidak boleh bekerja. Indonseian Neuroscience Society pernah menyarankan pada pemerintah agar keluarga yang punya anak balita salah satu ortunya harus tinggal dirumah sampai anaknya berusia 8 tahun. Bisa ayah , bisa Ibu!.
Seorang ahli tentang krisis usia separuh baya (maaf lagi lupa namanya) dari risetnya menyarankan : Agar ibu sebaiknya mulai  bekerja penuh kalau anak bungsunya berusia 8 tahun. Harapan hidup perempuan Indonesia 75 -80 tahun. Masih banyak sisa usia untuk anda aktualisasi diri. Iya!  memang gak bisa kalau anda bermaksud  menjadi pegawai negeri.
Lagi pula buat orang muda yang cerdas, multi talenta seperti anda, bekerja dan memperoleh rezeki kan tidak harus bermakna meninggalkan anak anda 8 – 5 setiap hari, yang kenyataannya anda akan meninggalkan rumah 14 jam lebih karena jarak dan transportasi. Kan anda bisa S-O-H-O : membuat Small Office Home Office ?.  Hak anda untuk tidak setuju dan  kesal dengan saran ini.  Hidup ini adalah pilihan, hak anda untuk memilih. Tapi bijaknya juga harus siap menanggungkan  segala konsekuensinya.

6.Apapun pilihan yang ayah ibu akan buat jangan lupa anda kini sedang membesarkan anak generasi Platinum di Era digital . Sebagai “orang muda” anda tahu semua konsekuensi yang terjadi pada anak anak kita sekarang ini. Ya Kecanduan internet, games, pornografi, dsbnya yang berakibat kerusakan pada otak dan akhlak.
Bagaimana mengsub kontrakkan anak kita pada orang lain, kita saja yang ngasuh bisa kewalahan . menghadapi pra remaja kita  yang sekarang ini bisa jadi youtuber dan ‘memonetized’ akun medsos mereka?
Bagamana anak kita bisa bertahan dan tidak terpengaruh ?. 

7.Kakek Nenek itu nak, bak Matahari!. Diperlukan oleh cucunya secukupnya saja : 30 menit sampai 3 jam sehari. Kalau berjemur kelamaan kena  KANKER KULIT!. Itu saja anda harus pakaikan dia pelindung matahari yang SPF nya  tergantung usia. Semakin muda usia,SPFnya makin tinggi.

8 Kalau anda dalam situasi tertentu: Suami tidak bekerja dll maka ayah dari anak anak harus bertanggung jawab untuk  membicarakan dan membahas  GPBA dengan kakek nenek sebelum anak anakmu kau titipkan. Kalau Single Parent, dimana anak anak  sudah tak berayah berpisah atau pergi selamanya, ibulah yang harus melakukannya . Jadi semuanya jelas :aturan dan konsekuensinya. Nanti semua ini di evaluasi secara bijak dan penuh kasih sayang.
       
9. Pada prinsipnya  usahalah untuk tidak membenani kami : kakek neneknya.  Walaupun permintaan mereka karena mereka  menghadapi syndrome :Empty nest. Percayalah nanti misahinnya susah sekali.. lagi pula prinsip pengasuhan sama, zaman telah berbeda – bila tak berkesesuaian anda marah dan kecewa?.

10. Kakek dan Nenek tidak didisain oleh Allah untuk mengasuh cucu, karena mereka :
a.Mengalami perubahan Fisik : semua fungsi organ tubuh menyusut
karena usia, termasuk Osteoporosis dan berbagai gangguan kesehatan.
b.Dalam proses menjadi tua, hormon testosterone pada kakek dan Estrogen dan Progesteron pada nenek menurun drastis.
c.Perubahan hormonal tersebut menyebabkan perubahan emosi. Bila tersinggung sedikit sedihnya mendalam dan lama.Bila kesungging sedikit bisa marah besar..
d.Masalah dalam kehidupannya membuat persepsi mereka tentang hidup jadi berubah. Kalau anda mengajaknya untuk pesiar lalu anda mau nitip anak karena anda ada Kongres, dia gak butuh pesiar itu. Dia mendingan di rumahnya bisa ke mesjid, sholat berjamaah, pengajian atau ngobrol sesama teman teman seusianya.  

Nah, bagaimana kalau anda ingin mengoreksi kakek nenek atau ingin menyampaikan pesan padanya tanpa takut di cap kualat atau durhaka, ini kiatnya 
a. Rendahkan dirimu dan suaramu
b. Rumuskan pendapatmua dan ajukan dalam kalimat
        bertanya.
c. Tanyakan pendapat beliau
d. Kalau beliau bertanya baru jelaskan maksudmu.
e. Tanya agi menurut kakek nenek bagaimana sebaiknya
f. Hindari menggurui ortumu, betapapun pintar dan tingginya
        pendidikanmu.

Kalimat bertanya yang diajukan tidak mesti mendapatkan jawaban segera karena ,pertanyaan membuat seseorang sadar diri.

Jadi lihat baik baik kedalam hidup anda: apa prioritas hidup anda sebenarnya?
Jelas ? mengapa bangsa kita sekarang seperti ini, karena pengasuhan kita anggap tidak penting, kita hibah hibahkan/ sub kontrakan  pelaksana pengasuhan anak kita. Mereka tumbuh besar, kuat dan pintar tapi hampa jiwanya.. Bagaimana generasi bangsa ini  mau kuat?

Selamat Berjuang.

NB. Saya bermaksud melengkapi tulisan  ini menjadi buku. Bila anda ada saran silahkan kirim ke kitadanbuahhati@yahoo.com

Bekasi, 25Juli 2016

#ParentingwithEllyRisman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan jika ada yang mau berkomentar