Kamis, 23 Oktober 2014

Selasa, 21 Oktober 2014

Apakah Anda Orang Sibuk?

Copas :APAKAH ANDA ORANG SIBUK ???
➿➿➿➿➿➿➿
Ada seorang ulama berguru kepada seorang ulama

Selang beberapa lama, saat dia ingin
melanjutkan belajar ke guru lain.gurunya
berpesan :

"Jangan tinggalkan membaca Al Qur’an ,Semakin banyak baca Al Qur’an urusanmu semakin mudah"

Dan muridnya pun melakukan. Dia
membaca Al Qur’an 3 juz per hari.

Dia menambahkan hingga 10 juz per hari.

Dan urusannya semakin mudah.

Allah yang mengurus semua urusannya.

Waktu ⌚ pun
semakin berkah.

Apa yang dimaksud dengan berkahnya waktu⌚?

Bisa melakukan banyak hal dalam waktu sedikit.
Itulah berkah Al Qur’an .

Al Qur’an membuat kita mudah mengefektifkan manajemen waktu.

Bukan kita yang atur waktu⌚ kita, tapi Allah

Padahal teorinya orang yang membaca AlQur’an menghabiskan banyak waktu.

mengurangi jatah kegiatan lain, tapi Allah yang membuat waktunya itu jadi berkah.

Hingga menjadi begitu efektif.

Hidup pun efektif.

Dan Allah akan mencurahkan banyak berkah dan kebaikan pada kita karena
Al Qur’an .

Salah satu berkahnya adalah membuka
pintu ���� kebaikan, membuka kesempatan
untuk amal shalih berikutnya.

Dan Salah satu balasan bagi amal shalih yang
kita lakukan adalah kesempatan untuk amal
baik berikutnya. Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu
Dan sbaliknya waktu yg selalu sibuk shg hanya habis u urusan dunia, bisa jadi itu adalah tandanya ada yg salah dlm hidup kita,

Barangsiapa yg bangun di pagi hari dan hanya dunia yg di pikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat HAK ALLAH dalam dirinya, maka ALLAH akan menanamkan 4 macam penyakit padanya :
��1. Kebingungan yang tiada putus-putusnya.
��2. Kesibukan yang tidak pernah jelas akhirnya.
��3. Kebutuhan yang tidak pernah merasa terpenuhi.
��4. Khayalan yang tidak berujung wujudnya. 
[Hadits Riwayat Muslim]

Note :
"Keberkahan waktu yaitu bs melakukan banyak amal kebaikan dalam waktu sedikit"

�� Selamat membaca Alquran dn beraktifitas dg bekal Alqur an

Enam Potret Keluarga, Dimanakah Keluarga Kita ?

Enam Potret Keluarga, Dimanakah Keluarga Kita ?

Ustadz Umar Hidayat menjelaskan keterangan yang disampaikan oleh Ustadzah Yoyoh Yusroh dalam salah satu sesi acara Rumah Keluarga Indonesia.

Oleh ustadzah dengan 13 anak dan telah berpulang ke rahmat Allah Swt beberapa tahun lau, ada enam potret keluarga sebagaimana dituliskan dalam buku Menikah Memuliakan Sunnah.

Pertama, potret keluarga kuburan.

Di dalam keluarga ini, jarang bahkan tak ada tegur sapa antara anggotanya. Bahkan, suami dan istri saling mendiamkan. Apalagi anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Masing-masing anggota sibuk dengan urusannya sendiri sehingga sering terjadi salah paham antar masing-masing anggotanya.

Kedua, potret keluarga pasar.

Masing-masing anggota amat perhitungan dalam banyak hal, utamanya materi. Dalam tahap akut, salah satu merasa paling banyak diuntungkan dan pihak lain merasa dirugikan. Hubungan yang terjadi bukan lagi saling memahami, tetapi siapa yang lebih cerdas dan bisa memanfaatkan, dialah yang akan mendapatkan paling banyak keuntungan.

Ketiga, potret keluarga arena silat.

Lebih parah dari keluarga pasar dan kuburan, di dalam keluarga ini perselisihan dan pertengkaran menjadi amat biasa. Tak jarang, diantara mereka terjadi adu fisik mulai tingkat terendah hingga derajat yang paling akut. Tak ada kedamaian, yang ada hanyalah konflik yang makin meruncing dan rumit seiring bertambahnya hari.

Keempat, potret keluarga rumah sakit.

Analoginya seperti yang terjadi di banyak rumah sakit negeri ini. Ketika ada pasien miskin, akan ditolak atau mendapat pelayanan kelas dua. Saat yang datang orang kaya, sertamerta dilayani dan diperlakukan seperti raja.
Dalam keluarga rumah sakit ini, ketika uang berlimpah, maka sayang pun meruah. Saat uang tak ada, analogi “tak ada uang abang ditendang” langsung berlaku tanpa komando sebelum maupun selepasnya. Aduhai merananya.

Kelima, potret keluarga sekolah.

Dalam keluarga jenis ini, terjadi interaksi saling belajar yang amat sehat. Tak jelas siapa yang menjadi guru maupun murid karena masing-masing anggotanya saling belajar dengan semangat perbaikan diri yang lelah dan tanpa jeda. Ketika ada yang salah, siapa yang melihat terlebih dahulu akan meningingatkan, tak peduli usianya berapa dan siapa yang mengingatkan atau diingatkan.

Keenam, potret keluarga masjid.

Inilah yang diidamkan oleh kaum muslimin. Selain sarana belajar, keluarga adalah ladang untuk meningkatkan kualitas hubungan masing-masing anggotanya kepada Allah Swt. Tujuan dalam keluarga ini pun menjadi amat mulia. Masing-masing mereka kompak untuk menggapai bahagia di dunia dan keselamatan akhirat melalui keluarganya itu.

Visi besarnya, masing-masing mereka menjaga dan saling menyelamatkan agar terhindar dari siksa api neraka.

Rabu, 15 Oktober 2014

Kisah inspiratif hasan al banna sang pembuat perubahan

kisah inspiratif
Di era tahun 1930-an, dikisahkan ada seorang mahasiswa baru di fakultas pertanian di sebuah perguruan tinggi di Mesir. Ketika waktu sholat tiba, diceritakanjn bahwa mahasiswa itu mencari-cari tempat sholat. Setelah mencari-cari dengan susah payah, akhirnya ia tak mendapatkan apa yang ia cari. Akhirnya ia bertanya kepada mahasiswa-mahasiswa kampus. “Di fakultas ini tidak ada mushola, yang ada hanya ruangan kecil dibawah lorong  sana,” jawab salah satu mahasiswa.

Si mahasiswa pun akhirnya berangkat menuju lokasi yang dimaksud di bawah lorong tersebut. Sambil menggeleng-gelengkan kepala, seolah tidak percaya atas apa yang ia lihat. Sebuah kamar kecil, kumuh, jorok dan tidak terawat, itulah yang ia dapatkan. “Mereka yang ada di kampus ini, sholat apa tidak ya….,” Tanya mahasiswa ini dalam hatinya dengan terheran-heran. Karena melihat tempat sholat didepannya, tidak layak untuk disebut sebagai mushola.

Iapun tidak pedulikan dengan pertanyaan-pertanyaan hatinya tersebut. Tanpa panjang kata, ia segera masuk ke ruangan kecil lagi kumuh tersebut. Ia dapatkan tikar lama dan kotor. Ia juga melihat ada satu orang yang sedang sholat. Setelah selesai sholat, bertanyalah mahasiswa ini kepada orang yang sholat tadi, yang ternyata karyawan di kampus. “Maaf pak, apa bapak sholat disini?” “Iya, emang kenapa?” jawab karyawan penuh yakin. “Orang-orang yang diatas itu, tidak ada yang sholat dan tempat ini satu-satunya mushola yang ada di kampus,” tambah karyawan memberikan informasi kepada mahasiswa baru tersebut.

Dengan penuh yakin dan semangat yang tinggi, si mahasiswa berkata kepada karyawan, “Kalau saya, saya tidak akan sholat dibawah lorong ini.” Bergegaslah ia keluar ke atas dan mencari-cari lapangan yang layak yang ada di kampus. Setelah menemukan tempat yang layak, ia melakukan hal-hal yang aneh, menurut mahasiswa-mahasiswa fakultas. Ia mengumandangkan adzan dengan suara yang sangat keras dan kencang.

Melihat apa yang dilakukan oleh yuniornya, para mahasiswa itu terkejut dengan kejadian yang mereka lihat. Sambil mengejek dan mengolok-olok mahasiswa baru, para senior dari mahasiwa baru ini menuding-nudingnya dan mengatakan, “Huuuuuu, kampungan, kuno ….” Bahkan yang lebih menyakitkan hati adalah kata-kata mereka, “Gila kamu ya….!”

Namun mahasiwa baru tetap bertahan dan tak bergeming. Ia duduk sejenak kemudian bangkit dan mengumandangkan iqomat, “Allahu Akbar Allahu Akbar……” dan tak satupun yang ikut sholat bersamanya. Sehari dua hari….. mahasiswa ini selalu diledek dan dicibiri oleh teman-teman mahasiswa lainnya.

Akhirnya, ledekan dan cibiran para mahasiswa itu menjadi pemandangan setiap hari. Tak ada hari selain menertawakan dan mengejek-ejek mahasiswa baru itu. Setelah beberapa hari, ada kejadian aneh. Karyawan yang biasa sholat di tempat yang kumuh dan jorok dibawah lorong itu, akhirnya ikut sholat berjamaah dengan mahasiswa. Hari berikutnya, jamaah sholat bertambah menjadi empat termasuk sang mahasiswa. Tepat satu pekan, salah satu dosen kampus akhirnya ikut sholat berjamaah.

Berita tentang sholat berjamaah di tempat terbuka itu, kini tersebar di fakultas dan menjadi buah bibir para mahasiswa. Dekan fakultas pun akhirnya memanggil mahasiswa tersebut. “Wahai anakku, apa yang terjadi itu seharusnya tidak boleh terjadi. Pemandangan yang tidak wajar, sholat di lapangan terbuka.” Tapi melihat kegigihan dari mahasiwa baru ini, pihak dekan memberikan aspirasinya dengan membangunkan sebuah mushola baru. “Yang bersih dan layak untuk sholat berjamaah bagi siapa yang mau sholat didalamnya,” kata dekan penuh ekspresi.   

Dan akhirnya…. Sebuah masjid pertama telah dibangun di fakultas perguruan tinggi di Mesir

Melihat kejadian itu, ternyata mahasiswa-mahasiswa lain dari fakultas-fakultas yang lain, ikut cemburu. “Kenapa kok fakultas pertanian saja, fakultas kita tidak dibangun masjid….” Teriak mereka memprotes rektorat. Dan ….. akibat protes itu, semua fakultas di perguruan tinggi itu dibangunkan masjid.

Hingga hari ini, baik masih hidup atau sudah wafat, amal mahasiswa ini akan terus dikenang. Akibat kejadian di fakultas pertanian itu, semua kampus di Mesir dibangunkan masjid yang mengumandangkan kebesaran Allah ta’ala. Allahu Akbar….Allahu Akbar…. Lalu, tahukah Anda siapa gerangan mahasiswa itu…..?  Itulah Hasan Al-Banna Pendiri Gerakan Dakwah Ikhwanul Muslimin, Gerakan Dakwah terbesar di Dunia, “Bertindaklah secara positif dan katakan, bahwa Anda mampu untuk merubah…..” #

” Perempuan Sempurna” (Catatan Untuk ISTRI yg berusaha HEBAT tanpa SUAMI HEBAT)

” Perempuan Sempurna”
(Catatan Untuk ISTRI yg berusaha HEBAT tanpa SUAMI HEBAT)

Bismillahirr Rahmanirr Rahim …

Siapakah Kau, Perempuan Sempurna?

Ketika akhirnya saya dilamar oleh seorang lelaki, saya luruh dalam kelegaan.Apalagi lelaki itu, kelihatannya ‘relatif’ sempurna. Hapalannya banyak, shalih, pintar. Ia juga seorang aktivis dakwah yang sudah cukup matang.Kurang apa coba?

Saya merasa sombong! Ketika melihat para lajang kemudian diwisuda sebagai pengantin, saya secara tak sadar membandingkan, lebih keren mana suaminya dengan suami saya.Sampai akhirnya air mata saya harus mengucur begitu deras, ketika suatu hari menekuri 3 ayat terakhir surat At-Tahrim.

Sebenarnya, sebagian besar ayat dalam surat ini sudah mulai saya hapal sekitar 10 tahun silam, saat saya masih semester awal kuliah.

Akan tetapi, banyak hapalan saya menguap, dan harus kembali mengucur bak air hujan ketika saya menjadi satu grup dengan seorang calon hafidzah di kelompok pengajian yang rutin saya ikuti.Ini terjemah ayat tersebut:

66:10. Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)”.

66:11. Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim”,

66: 12. dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.
SEBUAH KONTRADIKSI
Ada 4 orang yang disebut dalam 3 ayat tersebut. Mereka adalah Istri Nuh, Istri Luth, Istri Firaun dan Maryam. Istri Nuh (IN), dan Istri Luth (IL) adalah symbol perempuan kafir, sedangkan Istri Firaun (IF) dan Maryam (M), adalah symbol perempuan beriman.

Saya terkejut, takjub dan ternganga ketika menyadari bahwa ada sebuah kontradiksi yang sangat kuat. Allah memberikan sebuah permisalan nan ironis. Mengapa begitu?IN dan IL adalah contoh perempuan yang berada dalam pengawasan lelaki shalih. Suami-suami mereka setaraf Nabi (bandingkan dengan suami saya! Tak ada apa-apanya, bukan?).

Akan tetapi mereka berkhianat, sehingga dikatakanlah kepada mereka, waqilad khulannaaro ma’ad daakhiliin…

Sedangkan antitesa dari mereka, Allah bentangkan kehidupan IF (Asiyah binti Muzahim) dan M. Hebatnya, IF adalah istri seorang thaghut, pembangkang sejati yang berkoar-koar menyebut “ana rabbakumul a’la.”

Dan Maryam, ia bahkan tak memiliki suami. Ia rajin beribadah, dan Allah tiba-tiba berkehendak meniupkan ruh dalam rahimnya. Akan tetapi, cahaya iman membuat mereka mampu tetap bertahan di jalan kebenaran. Sehingga Allah memujinya, wa kaanat minal qaanithiin…

PEREMPUAN SEMPURNA

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:”Sebaik-baik wanita penghuni surga itu adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam binti Imran.” (HR. Ahmad 2720, berderajat shahih).

Empat perempuan itu dipuji sebagai sebaik-baik wanita penghuni surga. Akan tetapi, Rasulullah saw. masih membuat strata lagi dari 4 orang tersebut.Terpilihlah dua perempuan yang disebut sebagai perempuan sempurna. Rasul bersabda, “Banyak lelaki yang sempurna, tetapi tiada wanita yang sempurnakecuali Asiyah istri Firaun dan Maryam binti Imran.

Sesungguhnya keutamaan Asiyah dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya.” (Shahih al-Bukhari no. 3411).
Inilah yang membuat saya terkejut! Bahkan perempuan sekelas Fathimah dan Khadijah pun masih ‘kalah’ dibanding Asiyah Istri Fir’aun dan Maryam binti Imran.Apakah gerangan yang membuat Rasul menilai semacam itu?Ah, saya bukan seorang mufassir ataupun ahli hadits.

Namun, dalam keterbatasan yang saya mengerti, tiba-tiba saya sedikit meraba-raba, bahwa penyebabnya adalah karena keberadaan suami.

Khadijah, ia perempuan hebat, namun ia tak sempurna, karena ia diback-up total oleh Rasul terkasih Muhammad saw., seorang lelaki hebat. Fathimah, ia dahsyat, namun ia tak sempurna, karena ada Ali bin Abi Thalib ra, seorang pemuda mukmin yang tangguh.

Sedangkan Asiyah? Saat ia menanggung deraan hidup yang begitu dahsyat, kepada siapa ia menyandarkan tubuhnya, karena justru yang menyiksanya adalah suaminya sendiri.

Siksaan yang membuat ia berdoa, dengan gemetar, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim.” Siksaan yang membuat nyawanya terbang, ah… tidak mati, namun menuju surga. Mendapatkan rizki dan bersukaria dengan para penduduk akhirat.

Bagaimana pula dengan Maryam? Ia seorang lajang yang dipilih Allah untuk menjadi ibunda bagi Nabi Isa. Kepada siapa ia mengadu atas tindasan kaumnya yang menuduh ia sebagai pezina?Pantas jika Rasul menyebut mereka: Perempuan sempurna…

JADI, YANG MENGANTAR ke Surga, Adalah Amalan KitaJadi, bukan karena (sekadar) lelaki shalih yang menjadi pendamping kita. Suami yang baik, memang akan menuntun kita menuju jalan ke surga, mempermudah kita dalam menjalankan perintah agama.

Namun, jemari akan teracung pada para perempuan yang dengan kelajangannya (namun bukan sengaja melajang), atau dengan kondisi suaminya yang memprihatinkan (yang juga bukan karena kehendak kita), ternyata tetap bisa beramal dan cemerlang dalam cahaya iman.

Kalian adalah Maryam-Maryam dan Asiyah-Asiyah, yang lebih hebat dari Khadijah-Khadijah dan Fathimah-Fathimah.

Sebaliknya, alangkah hinanya para perempuan yang memiliki suami-suami nan shalih, namun pada kenyataannya, mereka tak lebih dari istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Yang alih-alih mendukung suami dalam dakwah, namun justru menggelendot manja, “Mas… kok pergi pengajian terus sih, sekali-kali libur dong!” Atau, “Mas, aku pengin beli motor yang bagus, gimana kalau Maskorupsi aja…”

Benar, bahwa istri hebat ada di samping suami hebat. Namun, lebih hebat lagi adalah istri yang tetap bisa hebat meskipun terpaksa bersuamikan orang tak hebat, atau bahkan tetapi melajang karena berbagai sebab nan syar’i. Dan betapa rendahnya istri yang tak hebat, padahal suaminya orang hebat dan membentangkan baginya berbagai kemudahan untuk menjadi hebat. Hebat sebagai hamba Allah Ta’ala!Wallahu a’lam bish-shawwab.

Semoga Bermanfaat…
===

Selasa, 14 Oktober 2014

7 macam persahabatan, namun hanya 1, yang sampai hingga Akhirat.

7 macam persahabatan, namun hanya 1, yang sampai hingga Akhirat.

1. "Ta'aruffan" , adalah persahabatan yg terjalin krn pernah berkenalan disuatu tempat, seperti pernah bertemu di kereta api, halte, rumah sakit, kantor pos, ATM, bioskop dan lainnya.

2. "Taariiihan", adalah persahabatan yg terjalin krn faktor sejarah, misalnya teman sekampung, satu almamater, pernah kost bersama, satu kantor bersama dan sebagainya.

3. "Ahammiyyatan", adlh persahabatan yg terjalin krn faktor kepentingan tertentu, seperti bisnis, politik, boleh jadi juga karena ada maunya dan sebagainya.

4. "Faarihan", adlh persahabatan yg terjalin karena faktor hobbi seperti teman futsal, badminton, berburu, memancing, dan sebagainya.

5. "Amalan", adlh  persahabatan yg terjalin karena satu profesi, misalnya sama-sama dokter, guru, dan sebagainya.

6. "Aduwwan", adlh seolah sahabat tetapi musuh, didepan seolah baik tetapi sebenarnya hatinya penuh benci, menunggu, mengincar kejatuhan sahabatnya, "Bila engkau memperoleh nikmat, ia benci, bila engkau tertimpa musibah, ia senang" (QS 3:120).Rasulullah mengajarkan doa", Allahumma ya Allah selamatkanlah hamba dari sahabat yg bila melihat kebaikanku ia sembunyikan, tetapi bila melihat keburukanku ia sebarkan."

7. "Hubban Iimaanan", adlh sebuah ikatan persahabat yg lahir batin, tulus saling cinta & sayang krn ALLAH, saling menolong, menasehati, menutupi aib sahabatnya, memberi hadiah, bahkan diam2 dipenghujung malam, ia doakan sahabatnya.Boleh jadi ia tidak bertemu tetapi ia cinta sahabatnya krn Allah Ta'ala.

Dari ke 7 macam persahabatan diatas, 1 - 6 akan sirna di Akhirat. yg tersisa hanya ikatan persahabatan yg ke 7, yaitu persahabatan yg dilakukan krn Allah (QS 49:10),"Teman2 akrab pada hari itu (Qiyamat) menjadi musuh bagi yg lain, kecuali persahabatan krn Ketaqwaan" (QS 43:67). Selalu saling mengingatkan dlm kebaikan dan kesabaran ,,,,,semoga ada faedahnya,selamat beraktivitas..

Minggu, 12 Oktober 2014

Cara Berdagang Rasulullah SAW

Cara Berdagang Rasulullah SAW
Rasulullah SAW adalah seorang pebisnis
dan pedagang yang handal. Visi beliau
dalam berdagang hanya satu, yaitu:
“Bahwa transaksi bisnis sama sekali tidak
ditujukan untuk memupuk kekayaan pribadi,
namun justru untuk membangun
kehormatan dan kemuliaan bisnis dengan
etika yg tinggi. Adapun hasil yang didapat
harus didistribusikan ke sebanyak mungkin
umat.”
Prinsip yang beliau pegang cukup 3 hal
saja, yaitu:
1. Jujur
2. Saling menguntungkan kedua pihak
3. Hanya menjual produk yang bermutu
tinggi
Tiga prinsip di atas menjiwai cara bisnis
beliau. Berikut adalah teladan beliau
sebagai seorang pedagang/penjual:
1. Tidak boleh berbohong dan menipu
pembeli mengenai barang yang dijual
2. Carilah keuntungan yang wajar. Jika
pembeli bertanya, sebutkan harga
modalnya
3. Kepada para pelanggan yang tidak
mampu membayar kontan (tunai),
berikanlah waktu untuk melunasinya.
Bila dia betul-betul tidak mampu
membayar setelah masa tenggat
pengunduran itu, padahal dia telah
berusaha, maka ikhlaskanlah
4. Hindari sumpah yang berlebihan,
apalagi sumpah palsu untuk
mengelabui konsumen
5. Lakukan transaksi jika telah ada kata
sepakat antara penjual dan pembeli
6. Lakukan penimbangan dan penakaran
dengan benar dan setepat mungkin
7. Camkan pada pembeli bahwa yang
membayar di muka bahwa ia tidak
boleh menjualnya sebelum barang
tersebut benar-benar menjadi miliknya
(terbayar lunas terlebih dahulu)
8. Jangan melakukan transaksi monopoli
dalam perdagangan, berikan
kesempatan yang lain untuk berdagang
juga.
Semoga kita semua bisa meneladani beliau.
Amin
Referensi :
1. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila
dilakukan penjualan, katakanlah: tidak
ada penipuan.”
2. Rasulullah SAW bersabda, “Kedua
belah pihak dalam transaksi
perdagangan berhak membatalkan,
selama mereka tidak berpisah. Jika
mereka berkata benar, menjelaskan
sesuatunya dengan jernih, maka
transaksi mereka akan mendapatkan
berkah. Tapi jika menyembunyikan
sesuatu serta berdusta, maka berkah
yang ada dalam transaksi mereka akan
terhapus.” (Bukhari dan Muslim)
3. Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW berkata, “Rahmat Allah atas
orang-orang yang berbaik hati ketika ia
menjual dan membeli, dan ketika dia
membuat keputusan.” (HR Bukhari)
4. Nasehat Rasulullah SAW, “Hindarilah
banyak bersumpah ketika melakukan
transaksi dagang, sebab itu dapat
menghasilkan penjualan yang cepat,
lalu menghapuskan berkah.”
5. Abu Sa’id meriwayatkan bahwa
Rasulullah berkata, “Saudagar yang
jujur dan dapat dipercaya akan
dimasukkan dalam golongan para nabi,
orang-orang jujur dan para syuhada.”
6. Ibnu ‘Umar meriwayatkan dari
Rasulullah SAW, “Kedua kelompok di
dalam transaksi perdagangan memiliki
hak untuk membatalkannya hanya
sejauh mereka belum berpisah, keculai
transasksi itu menyulitkan kelompok itu
untuk membatalkannya.” (HR Bukhari
dan Muslim)
7. http://marsa84.multiply.com/journal/
item/24/
MENELADANI_RASULULLAH_DALAM_BERDAGANG
8. http://www.facebook.com/notes/
jaringan-bisnis-ukhuwah-islamiyah/
berdagang-dengan-sunnah-rasulullah-
saw/288601072336

Amal Rahasia Penghantar Husnul Khatimah

:: Amal Rahasia Penghantar Husnul Khatimah

Seorang lelaki di Saudi memiliki tetangga yang tak pernah sholat dan berpuasa. Suatu hari, dia bermimpi kedatangan lelaki.
Dalam mimpinya itu, lelaki tadi memintanya agar mengajak
tetangganya yang tak pernah shalat untuk umrah.
Ia dikejutkan oleh mimpinya namun ia tak hiraukan.
Anehnya mimpi yang sama terulang.
Akhirnya ia mendatangi seorang syaikh untuk bertanya tentang mimpi tsb.
Syaikh berujar bahwa jika mimpi terulang lagi, ia mesti merealisasikan mimpinya itu.
Dan benar saja, ia bermimpi lagi.
Lantas ia mengunjungi tetangganya untuk menawarkannya umrah
bersama.
"Ayo umrah bersama kami."
"Bagaimana aku akan umrah sementara aku tak pernah sholat."
"Tenang saja. Aku akan mengajarkanmu sholat."
Ia pun mengajarkannya kemudian lelaki itu mengerjakan sholat.
"Baik, aku sudah siap.
Mari berangkat.
Tapi, bagaimana aku umrah sementara aku tak tahu caranya."
"Nanti di mobil kuajari."
Keduanya dgn senang hati berangkat untuk umrah dengan
menggunakan mobil. Setelah tiba, mereka melakukan tuntunan yang
disyariatkan.
Selesailah prosesi.
Keduanya akan kembali pulang.
"Sebelum balik, adakah engkau ingin melakukan sebuah amal yang
engkau anggap penting?"
Tanyanya kepada tetangganya.
"Iya. Aku ingin shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim."
Sang tetangga pun sholat dan terjadilah hal yang menakjubkan.
Ia meninggal dalam keadaan bersujud.
Lelaki yang membawanya kaget dan tersentak.
Bagaimana mungkin lelaki yang hadir dalam mimpinya dan diajak
umrah meninggal seolah-olah dia adalah wasilah kematiannya.

Akhirnya, jenazah dibawa pulang ke rumah istrinya.
Ia bertanya dalam hati, bagaimana mungkin lelaki yang tak pernah
shalat dan puasa meninggal saat umrah dalam keadaan sujud husnul
khatimah?

Ia berpikir pastilah ada amal spesial dan rahasia yang dilakukannya.
Kepada istri lelaki tadi, ia bertanya tentang ini.
"Kami memiliki tetangga seorang wanita tua renta.
Suamiku begitu menyayanginya.
Suamiku selalu membuat sendiri sarapan, makan siang dan makan
malam lalu mengantarkannya kepada wanita tua itu.
Wanita itu kerapkali mendoakan husnul khatimah untuk suamiku."
Ujar sang istri
--------

Kisah di atas kami terjemahkan dari akun seorang ikhwan (Mesir)

Kami teringat nasehat syaikh Rajihi di kelas :
"Usahakan ya ikhwan," kata syaikh, "kalian mesti memiliki amal rahasia
yang hanya Alloh dan engkau saja yang tahu.
Ini akan membantu kalian mengarungi dunia dan negeri akherat."

Pemuda dalam kisah di atas memiliki amal rahasia yaitu memberi makan wanita tua yang merupakan tetangganya.
Ia pun berteman dengan orang shalih yang merupakan wasilah
menuju husnul khatimahnya.
"Sungguh," tutur syaikh Sami di hadapan kami,
"banyaklah berteman dengan orang-orang sholeh, penghafal alquran, dan lainnya.."

Apa amal rahasia kita wahai saudaraku..
------------------

Untukmu Para Ibu dan calon ibu...!

Untukmu Para Ibu dan calon ibu...!

~ Jika Suatu Saat Nanti Kau Jadi Ibu… ~

������

������~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..

Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya .

Saat itu sang anak masih remaja . Usianya baru 13 tahun .
Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.

Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.

Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.

Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an.

Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.

Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.

������

������~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.

Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu.

Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab.
Ia tidak lain adalah Imam Ahmad .



������~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya .
Seperti Ummu Habibah .
Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya .

Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya :

“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam ! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu .
Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu . Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya .
Peliharalah keselamatannya,panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin !”.

Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tu
mbuh menjadi ulama
besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya,
tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i .

������������������

������~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..

Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman .

Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu .

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak .

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan .

Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani .

Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.

������

������~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...

Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses .
Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu .
Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu .

Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri .
Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor .
Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia .

Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.

Carilah Aku Panggillah Aku

CARILAH AKU...
PANGGILLAH AKU...

Diriwayatkan bahwa:

Apabila penghuni Syurga telah masuk ke dalam Syurga, lalu mrk tidak menemukan Sahabat2 mrk yg selalu bersama mrk dahulu di dunia.
Mrk bertanya tentang Sahabat mrk kepada ALLOH SWT :

"Yaa Rabb...
Kami tidak melihat Sahabat2 kami yang
sewaktu di dunia shalat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami.

"Maka ALLOH SWT berfirman:

"Pergilah ke neraka,
lalu keluarkan Sahabat2mu yg di hatinya ada Iman walaupun hanya sebesar zarrah".
(HR. Ibnul Mubarak dalam kitab "Az-Zuhd").

~~~

Al-Hasan Al-Bashri berkata :
"Perbanyaklah Sahabat2 mu'minmu, krn mrk memiliki Syafa'at pd hari kiamat".

~~~

Ibnul Jauzi pernah berpesan kpd Sahabat2nya
sambil menangis:

"Jika kalian tidak menemukan aku nanti di Syurga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada ALLOH SWT tentang aku:

"Wahai Rabb Kami...
Hamba-Mu fulan,
sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami ttg ENGKAU..
Maka masukkanlah dia bersama kami di
Syurga-Mu".

♡♡♡

Akhwat semua...

Jika kalian tidak menemukan diriku di Syurga,
sudilah kiranya akhwat sekalian memanggil namaku dan bertanya pada Allah ttg diriku...

Moga Allah ridha menyelamatkan diriku dan akhwat semua serta keluarga kita dari siksa api neraka...

Mindset

"MINDSET"
Sebelum sang ayah menghembuskan nafas terakhir, dia
memberi pesan kepada kedua anaknya :
“Anakku, dua pesan penting yang ingin ayah sampaikan
kepadamu untuk keberhasilan hidupmu”
“Pertama : jangan pernah menagih piutang kepada
siapapun”
“Kedua : jangan pernah tubuhmu terkena terik
matahari secara langsung”
…..5 tahun berlalu sang ibu menengok anak sulungnya
dengan kondisi bisnisnya yang sangat memprihatinkan,
ibu pun bertanya “Wahai anak sulungku kenapa kondisi
bisnismu demikian?”.
Si sulung menjawab : “Saya mengikuti pesan ayah bu…
Saya dilarang menagih piutang kepada siapapun
sehingga banyak piutang yang tidak dibayar dan lama²
habislah modal saya..
Pesan yang kedua ayah melarang saya terkena sinar
matahari secara langsung dan saya hanya punya
sepeda motor, itulah sebabnya pergi dan pulang
kantor saya selalu naik taxi”.
Kemudian sang ibu pergi ke tempat si bungsu yang
keadaannya berbeda jauh. Si bungsu sukses
menjalankan bisnisnya.
Sang ibu pun bertanya “Wahai anak bungsuku, hidupmu
sedemikian beruntung, apa rahasianya…?”
Si bungsu menjawab : “Ini karena saya mengikuti
pesan ayah bu.. Pesan yang pertama saya dilarang
menagih piutang kepada siapapun. Oleh karena itu
saya tidak pernah memberikan hutang kepada siapapun
sehingga modal saya tetap utuh”.
“Pesan kedua saya dilarang terkena sinar matahari
secara langsung, maka dengan motor yang saya punya
saya selalu berangkat sebelum matahari terbit dan
pulang setelah matahari terbenam, sehingga para
pelanggan tahu toko saya buka lebih pagi dan tutup
lebih sore”.
Perhatikan..
Si Sulung dan Si Bungsu menerima pesan yang SAMA,
namun masing² memiliki penafsiran dan sudut pandang
atau MINDSET berbeda. Mereka MELAKUKAN cara yang
berbeda sehingga mendapatkan HASIL yang berbeda
pula.
Hati² lah dengan Mindset kita..
Mindset positif memberi hasil menakjubkan, sebaliknya
mindset negatif memberikan hasil menghancurkan.
The choice is yours..!.
Share dgn ikhlas.. Indahnya saling membahagiakan..

Kumpulan Masakan Untuk Idul Adha

KUMPULAN MASAKAN UNTUK IDUL ADHA

teman-teman, ini adalah kumpulan resep untuk idul adha… silakan dipilih sesuai selera masing-masing… selamat hari raya idul adha bagi yang menjalankannya… selamat berkumpul dengan keluarga.

oh iya, setiap resep boleh di share di group lain juga yang punya twitter, silakan share ya... siapa tahu dibutuhkan oleh teman-teman lain... suwun...

SATE KAMBING
http://langsungenak.com/2014/09/30/sate-kambing-by-nina-yusab/

GULAI KAMBING
http://langsungenak.com/2014/09/26/gulai-kambing-by-nina-yusab/

TONGSENG
http://langsungenak.com/2014/09/27/tongseng-kambing-by-nina-yusab/

THENGKLENG
http://langsungenak.com/2014/09/26/thengkleng-solo-by-nina-yusab/

RENDANG
http://langsungenak.com/2014/09/24/rendang-by-nina-yusab/

TERIK
http://langsungenak.com/2013/04/10/terik-daging-by-nina-yusab-si-mlandhing/

UNGKEP DAGING SAPI
http://langsungenak.com/2014/09/21/ungkep-daging-sapi-by-nina-yusab/

BACEM ISO
http://langsungenak.com/2013/07/09/baceman-iso-by-nina-yusab-si-mlandhing/

BACEM LIMPA
http://langsungenak.com/2014/09/30/bacem-limpa-sapi-by-vetrarini-leroy/

RAWON KERING
http://langsungenak.com/2014/08/20/rawon-kering-by-nina-yusab/

SOP IGA
http://langsungenak.com/2014/10/02/sop-iga-kambing-by-nina-yusab/

SOTO BETAWI
http://langsungenak.com/2014/09/23/soto-betawi-by-chen-may-liang/

SATE PADANG
http://langsungenak.com/2013/05/19/sate-padang-by-ambar-mardayat/

Sabtu, 11 Oktober 2014

Itulah Mengapa Allah Menikahkanmu Dengannya

Itulah Mengapa Allah Menikahkanmu Dengannya

Mungkin suamimu tak pandai berkata Apalagi merayu dengan romantisme karya sastra Tapi mungkin dengan cara itulah Allah menjaga lisannya Menjauhkannya dari fitnah dunia yang tak halal baginya

Mungkin suamimu tak pandai berkata Tapi heningnya menahan kita banyak bicara Memutus rantai kalimat sanggahan yang lahirkan perkara Sehingga keseimbangan suasana lebih terjaga

Andai saja Allah ciptakan sebaliknya Mungkin rumahmu bagai arena tarung laga Ah.... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Mungkin istrimu tak berparas mempesona Apalagi secantik selebritis di warta berita Tapi mungkin lisannya selalu berucap kata mutiara Yang terpancar dari jiwa yang terjaga

Mungkin istrimu tak berparas mempesona Tapi mungkin baktinya selalu membuatmu rindu padanya Sehingga hatimu terpuaskan hanya untuknya Mungkin dengan cara itu pula Allah menjaganya

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya Mungkin hatimu tak tenang saat jauh darinya Ah..... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Mungkin suamimu bukanlah saudagar kaya Yang membawa pulang limpahan laba hasil usaha Namun meskipun besarannya begitu sederhana Mungkin ia selalu menjaga kehalalan apa yang dibawa

Mungkin suamimu bukanlah pejabat yang bertahta Yang dihormati dan dipuja bawahannya Tapi mungkin dibalik kedudukannya yang biasa Ia mampu menjadi imam bagi keluarga

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya Mungkin belum tentu ia miliki derajat takwa Ah..... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Mungkin istrimu bukanlah koki istimewa Yang masakannya selezat pujasera Tapi mungkin ia pandai mendidik buah hatinya Memahat pribadi yang berkarater mulia

Mungkin istrimu bukanlah koki istimewa Yang terkadang masakannya itu-itu saja Tapi mungkin ia pandai mengatur alokasi harta Sehingga pemberianmu tak terhambur percuma

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya Mungkin kecintaanmu akan terlalu berlebih padanya Melebihi cintamu pada Allah sang pemberi karunia Ah.... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Mungkin suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya Sehingga terlihat kau melakukan semuanya Tapi mungkin ia sabar membantumu meringankan pekerjaan rumah tangga Sehingga semua terlaksana dengan kerja sama

Mungkin suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya Sehingga terlihat minim perannya dalam keluarga Tapi mungkin ia sangat keras bekerja Sehingga nafkah telah cukup terpenuhi lewat dirinya

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya Mungkin banyak para gadis menanti dipinang menjadi yang kedua Jika suamimu terlalu sempurna Aaa.... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Mungkin istrimu tak mahir dalam mengurus rumah tangga Tak mampu menyulap rumah menjadi rapi tertata Tapi mungkin ia begitu cerdas menguasai matematika Sehingga anak yang cerdas dalam eksakta Terlahir dari rahimnya karena genetika

Mungkin istrimu tak mahir dalam mengurus rumah tangga Menambah sedikit tugasmu dalam membantunya bekerja Tapi mungkin ia begitu taat dalam beragama Membimbing anak-anak dalam kerangka syariat agama Sehingga meringankan kewajibanmu dalam membimbing keluarga

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya Mungkin engkau merasa tugasmu telah tertunai sempurna Cukup sekedar menyempurnakan nafkah keluarga Aaa..... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Percayalah...... Selalu ada kebaikan dalam setiap ketetapan Allah Sang Sutradara Maka temukanlah sebanyak-banyaknya rahasia dibaliknya Agar engkau mengerti mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Jikalau engkau masih sulit menemukan jawabannya Gantilah kaca matamu dengan kacamata syukur atas segala karunia

Adalah hakmu jika engkau berharap khadijahmu menjadi lebih sempurna Asalkan kau siap membimbingnya dengan menjadi muhammad baginya

Jumat, 10 Oktober 2014

EMPAT HAL YANG PERLU DILAKUKAN SEBELUM TIDUR WALAUPUN KITA SIBUK DENGAN TUGAS HARIAN KITA.➖

EMPAT HAL YANG PERLU DILAKUKAN SEBELUM TIDUR WALAUPUN KITA SIBUK DENGAN TUGAS HARIAN KITA.

��Rasulullah berpesan kepada siti Aisyah ra.

“ ��Ya, Aisyah! Jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara yaitu :

1. ��Sebelum khatam al-Quran
2. ��Sebelum menjadikan para nabi bersyafaat untukmu di hari kiamat
3. ��Sebelum para muslimin meridhai engkau
4. ��Sebelum engkau melaksanakan haji dan umrah “

Bertanya siti Aisyah :
“����Ya Rasulullah ! bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika? “

Rasulallah tersenyum dan bersabda :��

��1. “Jika engkau akan tidur , membacalah surat al –Ikhlas tiga kali
Seakan-akan engkau telah meng-khatamkan Al-Quran

” Bismillaahirrahmaa
nirrahiim,
‘Qul huallaahu ahad’ Allaah hussamad’
lam yalid walam yuulad’
walam yakul lahuu kufuwan ahad’ ( 3x ) “

��2. "Membacalah shalawat untukku dan untuk para nabi sebelum aku" maka kami semua akan memberimu syafaat di hari kiamat
“ Bismillaahirrahmaa
nirrrahiim, Allaahumma shallii ‘alaa saiyyidina Muhammad wa’alaa aalii saiyyidina Muhammad ( 3x ) “

��3. “Beristighfarlah” untuk para mukminin maka mereka akan meridhai engkau

“ ��Astaghfirullaah hal 'adziim al lazhii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum wa atuubu ilaih ( 3x )

��4. Dan perbanyaklah “bertasbih, bertahmid , bertahlil dan bertakbir” maka seakan-akan engkau telah melaksanakan ibadah haji dan umrah

“ ��Bismillaahirrahmaa
nirrahiim, Subhanallaah Walhamdulillaah Walaa ilaaha illallaah hu wallah hu akbar
( 3x )

Sampaikanlah kepada orang lain,
maka ini akan menjadi Shadaqah Jariah pada setiap orang yang anda kirimkan pesan ini, dan apabila kemudian dia mengamalkannya,
maka kamu juga akan ikut mendapat pahalanya sampai hari kiamat aamiin

Kamis, 09 Oktober 2014

Dasyat nya Energi pagi

DAHSYATNYA ENERGI PAGI*)

Daya dan Kekuatan
      Daya adalah kemampuan atau kekuatan (energi) untuk melakukan aktifitas (amal). Keduanya berbanding lurus. Semakin besar energi yang dimiliki maka akan semakin besar pula amal yang akan dijalani. Besar atau banyaknya amal inilah  yang disebut dengan berdaya.
      Sebagaimana keyakinan kita, bahwa tiada daya dan kekuatan (energi) kecuali milik dan dari Allah semata. Untuk itu, di dalam menuntaskan amal seharian dibutuhkan adanya hubungan yang harmonis dengan Allah SWT. Karenanya, harmonisasi hubungan manusia dengan Tuhanya merupakan asupan energi dari Allah kepada hambanya. Sekali lagi, tida daya dan energi (lahaula wala quwwata) kecuali dari Allah SWT.

Dua Energi Manusia
           Manusia diberi 2 energi (kekuatan = al quwwah) oleh Allah, yaitu berupa energy fisik dan energy hati / ruh. Antara seorang dengan lainya memiliki energi yang berbeda-beda meskipun dengan anugerah fisik (jasadiyah) dan hati (ruhiyah / ma’nawiyah) yang sama dari Allah SWT. Tinggi rendahnya al quwwah al jasadiyah dan al quwawah al ma’nawiyah tergantung dari besar kecilnya asupan energi dari Allah SWT. Akhirnya manakala manusia memiliki energi yang besar (dahsyat) baik dari sisi jasadiy maupun ruhiy, maka dia akan bisa menuntaskan aktifitas hari-harinya secara maksimal.

Menggapai Energi Dahsyat di Pagi Hari
      Pagi hari adalah waktu yang di dalamnya terdapat banyak sekali potensi. Padanya ada berbagai peluang dahsyat untuk mensuplai kekuatan yang dibutuhkan oleh fisik  maupun ruh manusia.
          Adalah Rosulullah Muhammad SAW, telah banyak memberikan contoh kepada kita bagaimana memanfaatkan peluang di pagi hari sehingga kejayaan hidup di dunia sampai di akhirat beliau dapatkan baik secara individu maupun kemasyarakatan. Dan ternyata kejayaan yang diperoleh berbanding lurus dengan energi yang dimiliki dari sisi jasadiy maupun maknawiy. Diantara usaha (ikhtiyar) yang dicontohkan Nabi SAW dalam mereguk asupan energi dari Allah SWT adalah :
   Pertama, senantiasa menegakkan malam den
gan  melakukan shalat sunnah (Qiyamul lail) di sepertiga malam yang terakhir. Semakin berat tantangan dan ujian yang dihadapi seseorang, maka sudah sepantasnya seseorang tersebut berlama-lama mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT melalui shalat lail. Terkait ini, pada awal-awal beratnya tantangan yang dihadapi ketika mendakwahkan risalah maka Allah mewajibkan kepada Nabi dan para sahabatnya untuk melakukan qiyamullail. Dengan begitu ternyata generasi ini memiliki energi jauh di atas rata-rata muslim saat ini baik dari sisi jasadiyah maupun ruhiyah.  (QS. Al Muzammil: 1-5)
Kedua, Shalat fajar (subuh) dengan berjamaah (terutama laki-laki) didahului dengan 2 rakaat ringan (shalat sunnah fajar). Tentang keutamaan (afdhaliyat) shalat sunnah ini, Nabi bersabda, “Dua rakaat fajar lebih baik (nilainya) dari pada dunia dan seisinya – HR. Muslim dan thirmidzi”. Dahsyat kan?.
             Ketiga, shalat syuruq (matahari terbit) yang merupakan 1 paket dengan shalat berjamaah dilanjutkan dengan dzikir (bermunajat) sampai dengan matahari terbit tanpa diselingi kegiatan lain kecuali dzikir kepada Allah SWT. Shalat syuruq ini berpahala seperti pahala haji dan umroh (HR. Tirmidzi).
             Keempat, shalat dhuha. Salah satu yang mendasari shalat sunnah di waktu dhuha ini adalah, hadits Nabi yang berbunyi “Barang siapa yang selalu mengerjakan 2 rakaat di waktu dhuha maka akan diampuni dosanya walaupun sebanyak buih di lautan”.
            Meskipun contoh dari Nabi mulai dari pertama sampai dengan keempat tersebut seolah-olah amal yang hanya memberikan asupan energy ruhiyah saja, tetapi ternyata seluruh gerak-gerik shalat itu berfaedah sebagai peregangan otot-otot manusia (stretching). Pantas saja Nabi dan para sahabatnya termasuk generasi yang memiliki kekuatan fisik yang luar biasa juga. Bagaimana Nabi mampu menjatuhkan Rukanah Si jawara gulat pada saat itu kalau dirinya tidak terlatih dan kuat secara fisik. Jadi? Bagaimana dengan olah raga? Ya tentunya sangat dianjurkan. Dan bahkan Rosulullah tidak menyukai tidur sete
lah fajar
       Wallahu a’lam bish shawab walhadiy ila sawa'is sabil wal hamdulillahi rabbil 'alamin. Www

Kamis, 02 Oktober 2014

Berhari Raya dan Berpuasa Bersama Pemerintah dan mayoritas manusia

Berhari Raya dan Berpuasa Bersama Pemerintah dan mayoritas manusia

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ, وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ, وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّوْنَ
“Puasa itu adalah di hari kalian (umat Islam) berpuasa, hari raya adalah pada saat kalian berhari raya, dan berkurban/ Idul Adha di hari kalian berkurban.” (HR. At Tirmidzi no. 697,  Ibnu Majah No. 1660, Ad Dailami No. 3819, Ad Daruquthni  2/164, Musnad Asy Syafi’i No. 315, Imam At tirmidzi mengatakan: hasan gharib. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Ash Shahihah No. 224)

Hadits ini  menjelaskan bahwa hendaknya kita berpuasa, Idul Fitri, dan Idul Adha ketika manusia  melakukannya, jangan menyendiri.

Imam At Tirmidzi menjelaskan:
وَفَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذَا الْحَدِيثَ فَقَالَ إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا أَنَّ الصَّوْمَ وَالْفِطْرَ مَعَ الْجَمَاعَةِ وَعُظْمِ النَّاسِ
“Dan sebagian ahli ilmu menafsirkan hadits ini, mereka berkata : makna hadits ini adalah berpuasa dan berbuka adalah bersama jama’ah dan mayoritas orang (Ummat Islam).” (Ibid)

Imam Al Munawi berkata:
أي الصوم والفطر مع الجماعة وجمهور الناس
Yaitu berpuasa dan berbuka bersama jama’ah dan mayoritas manusia. (At Taisir bisyarhi Al jami’ Ash Shaghir, 2/208)

Imam Al Munawi mengutip dari Imam Ad Dailami dalam kitab Musnad Firdaus sebagai berikut:

قال في الفردوس : فسره بعض أهل العلم فقال : الصوم والفطر والتضحية مع الجماعة ومعظم الناس.
Berkata di dalam Al Firdaus: sebagian ulama menafsirkan, katanya: “Puasa, Idul fitri, dan Idul adha bersama jamaah dan mayoritas manusia.” (Faidhul Qadir, 4/320)

Fatwa ulama Arab Saudi sendiri pada lembaga fatwa Al Lajnah Ad Daimah, tentang sekelompok manusia yang berpuasa, beridul fitri, dan idul adhanya berbeda dengan orang-orang kebanyakan, lantaran tidak mengikuti ru’yah di negerinya, justru Lajnah Daimah menganjurkan berhari raya bersama manusia di negerinya masing-masing.  Fatwa tersebut:

يجب عليهم أن يصوموا مع الناس ويفطروا مع الناس ويصلوا العيدين مع المسلمين في بلادهم…
Wajib atas mereka berpuasa bersama manusia, beridul fitri bersama manusia, dan shalat idain (Idul fitri dan Idul Adha) bersama kaum muslimin di negeri mereka. … (Al Khulashah fi Fiqhil Aqalliyat, 4/31)

Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah:

سئل فضيلة الشيخ - رحمه الله تعالى -: إذا اختلف يوم عرفة نتيجة لاختلاف المناطق المختلفة في مطالع الهلال فهل نصوم تبع رؤية البلد التي نحن فيها أم نصوم تبع رؤية الحرمين؟
فأجاب فضيلته بقوله: هذا يبنى على اختلاف أهل العلم: هل الهلال واحدفي الدنيا كلها أم هو يختلف باختلاف المطالع؟ والصواب أنه يختلف باختلاف المطالع، فمثلاً إذا كان الهلال قد رؤي بمكة، وكان هذا اليوم هو اليوم التاسع، ورؤي في بلد آخر قبل مكة بيوم وكان يوم عرفة عندهم اليوم العاشر فإنه لا يجوز لهم أن يصوموا هذا اليوم لأنه يوم عيد، وكذلك لو قدر أنه تأخرت الرؤية عن مكة وكان اليوم التاسع في مكة هو الثامن عندهم، فإنهم يصومون يوم التاسع عندهم الموافق ليوم العاشر في مكة، هذا هو القول الراجح، لأن النبي صلى الله عليه وسلم يقول: «إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا» وهؤلاء الذين لم يُر في جهتهم لم يكونوا يرونه، وكما أن الناس بالإجماع يعتبرون طلوع الفجر وغروب الشمس في كل منطقة بحسبها، فكذلك التوقيت الشهري يكون كالتوقيت اليومي.

Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya: jika terjadi perbedaan hari Arafah disebabkan oleh perbedaan negara yang berbeda mathla’ hilalnya apakah kita berpuasa mengikuti ru’yah negara tempat kita berada, ataukah mengikuti ru’yah Haramain (Makkah dan Madinah)?

 Syaikh yang mulia menjawab: Jawaban pertanyaan ini adalah berdasarkan perbedaan pendapat ulama, apakah ru’yah hilal itu satu di seluruh dunia ataukah berbeda menurut perbedaan mathali’ (tempat terbitnya hilal)?
Yang benar adalah ru’yah itu berbeda sesuai perbedaan mathali’. Misalnya jika hilal telah di ru’yat di Makkah dan tanggal hari ini di Makkah adalah tanggal 9 Dzulhijjah, lalu di negeri lain hilal telah dilihat sehari sebelum ru’yat Makkah, sehingga hari ini di tempat itu adalah tanggal 10 Dzulhijjah, maka penduduk negeri tersebut tidak boleh berpuasa hari ini karena bagi mereka ini adalah Idul Adha. Begitu juga jika ditakdirkan hilal terlihat di negeri tersebut sehari setelah ru’yah di Makkah, sehingga tanggal 9 di Makkah adalah tanggal 8 di negeri mereka, maka mereka tetap berpuasa esok hari (tanggal 9 di negeri mereka) bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah di Makkah. Inilah pendapat yang raajih (kuat). Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika kamu melihatnya (hilal), maka berpuasalah, dan jika kamu melihatnya maka berharirayalah). Mereka yang di negerinya hilal belum muncul tidak bisa melihatnya, sebagaimana manusia (kaum muslimin) sepakat bahwa mereka menggunakan terbit fajar dan terbenamnya matahari sendiri-sendiri sesuai lokasi negeri mereka, begitu pula dengan penetapan waktu bulanan ia seperti penetapan waktu harian. (Majmu’ Fatawa wa Rasail No. 405. Darul Wathan – Dar Ats Tsarayya)

Imam Ash Shan’ani mengatakan dengan tegas:

فيه دليل على أنه يعتبر في ثبوت العيد الموافقة للناس وأن المنفرد بمعرفة يوم العيد بالرؤية يجب عليه موافقة غيره ويلزمه حكمهم في الصلاة والإفطار والأضحية. وقد أخرج الترمذي مثل هذا الحديث عن أبي هريرة وقال: حديث حسن. وفي معناه حديث ابن عباس وقد قال له كريب: إنه صام أهل الشام ومعاوية برؤية الهلال يوم الجمعة بالشام وقدم المدينة آخر الشهر وأخبر ابن عباس بذلك فقال ابن عباس: لكنا رأيناه ليلة السبت فلا نزال نصوم حتى نكمل ثلاثين أو نراه قال: قلت: أولا تكتفي برؤية معاوية والناس؟ قال: لا هكذا أمرنا رسول الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم.
“Pada hadits ini ada dalil bahwa yang diambil ‘ibrah dalam menetapkan hari raya adalah kebersamaan manusia. Dan bahwasanya seorang yang menyendiri dalam mengetahui masuknya hari raya dengan melihat hilal tetap wajib mengikuti kebanyakan manusia. Hukum ini harus dia ikuti, apakah dalam waktu shalat, ber’idul Fithri atau pun berkurban (Idul Adha). At Tirmidzi telah meriwayatkan yang serupa dengan ini dari Abu Hurairah, dan dia berkata: hadits hasan. Dan semakna dengan ini adalah hadits Ibnu Abbas, ketika Kuraib berkata kepadanya, bahwa penduduk Syam dan Muawiyah berpuasa berdasarkan melihat hilal pada hari Jumat di Syam. Beliau dating ke Madinah pada akhir bulan dan mengabarkan kepada Ibnu Abbas hal itu, maka Ibnu Abbas berkata kepadanya: “tetapi kami melihatnya (hilal) pada  sabtu malam, maka kami tidak berpuasa sampai sempurna tiga puluh hari atau kami melihatnya.” Aku berkata: “Tidakkah cukup ru’yahnya Mu’awiyah dan Manusia?” Ibnu Abbas menjawab: “Tidak, inilah yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada kami.”  (Subulus Salam, 2/63)

Imam Abul Hasan As Sindi menyebutkan dalam  Hasyiah As Sindi ‘Ala Ibni Majah:

وَالظَّاهِر أَنَّ مَعْنَاهُ أَنَّ هَذِهِ الْأُمُور لَيْسَ لِلْآحَادِ فِيهَا دَخْل وَلَيْسَ لَهُمْ التَّفَرُّد فِيهَا بَلْ الْأَمْر فِيهَا إِلَى الْإِمَام وَالْجَمَاعَة وَيَجِب عَلَى الْآحَاد اِتِّبَاعهمْ لِلْإِمَامِ وَالْجَمَاعَة وَعَلَى هَذَا فَإِذَا رَأَى أَحَد الْهِلَال وَرَدَّ الْإِمَام شَهَادَته يَنْبَغِي أَنْ لَا يَثْبُت فِي حَقّه شَيْء مِنْ هَذِهِ الْأُمُور وَيَجِب عَلَيْهِ أَنْ يَتْبَع الْجَمَاعَة فِي ذَلِك
َ
“Jelasnya, makna hadits ini adalah bahwasanya perkara-perkara semacam ini (menentukan awal Ramadhan, Idul Fithri dan Idul Adha, pen) keputusannya bukanlah di tangan individu. Tidak ada hak bagi mereka untuk melakukannya sendiri-sendiri. Bahkan permasalahan semacam ini dikembalikan kepada  pemimpin (imam) dan mayoritas umat Islam. Dalam hal ini, setiap individu pun wajib untuk mengikuti penguasa dan mayoritas umat Islam. Maka jika ada seseorang yang melihat hilal namun penguasa menolak persaksiannya, sudah sepatutnya untuk tidak dianggap persaksian tersebut dan wajib baginya untuk mengikuti mayoritas umat Islam dalam permasalahan itu.” (Hasyiah As Sindi ‘Ala Ibni Majah, 3/431)

Apa yang dikatakan oleh Imam Abul Hasan As Sindi, bahwa penentuan masuknya Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha merupakan domain dan wewenang pemerintah, tidak berarti mematikan potensi umat dan ormas. Mereka boleh saja memberikan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah tetapi keputusan terakhir tetap di tangan pemerintah, dan hendaknya mereka legowo menerimanya, sebagai bukti bagusnya adab hidup berjamaah.

Syaikh Al Albani berkata – dan ini adalah komentar yang sangat bagus darinya:

و هذا هو اللائق بالشريعة السمحة التي من غاياتها تجميع الناس و توحيد صفوفهم ، و إبعادهم عن كل ما يفرق جمعهم من الآراء الفردية ، فلا تعتبر الشريعة رأي الفرد - و لو كان صوابا في وجهة نظره - في عبادة جماعية كالصوم و التعبيد و صلاة الجماعة ، ألا ترى أن الصحابة رضي الله عنهم كان يصلي بعضهم وراء بعض و فيهم من يرى أن مس المرأة و العضو و خروج الدم من نواقض الوضوء ، و منهم من لا يرى ذلك ، و منهم من يتم في السفر ، و منهم من يقصر ، فلم يكن اختلافهم هذا و غيره ليمنعهم من الاجتماع في الصلاة وراء الإمام الواحد ، و الاعتداد بها ، و ذلك لعلمهم بأن التفرق في الدين شر من الاختلاف في بعض الآراء ، و لقد بلغالأمر ببعضهم في عدم الإعتداد بالرأي المخالف لرأى الإمام الأعظم في المجتمع الأكبر كمنى ، إلى حد ترك العمل برأيه إطلاقا في ذلك المجتمع فرارا مما قد ينتج من الشر بسبب العمل برأيه ، فروى أبو داود ( 1 / 307 ) أن عثمان رضي الله عنه صلى بمنى أربعا ، فقال عبد الله بن مسعود منكرا عليه : صليت مع النبي صلى اللهعليه وسلم ركعتين ، و مع أبي بكر ركعتين ، و مع عمر ركعتين ، و مع عثمان صدرا من إمارته ثم أتمها ، ثم تفرقت بكم الطرق فلوددت أن لي من أربع ركعات ركعتين متقبلتين ، ثم إن ابن مسعود صلى أربعا ! فقيل له : عبت على عثمان ثم صليت أربعا ؟ ! قال : الخلاف شر . و سنده صحيح . و روى أحمد ( 5 / 155 ) نحو هذا عنأبي ذر رضي الله عنهم أجمعين . فليتأمل في هذا الحديث و في الأثر المذكور أولئك الذين لا يزالون يتفرقون فيصلواتهم ، و لا يقتدون ببعض أئمة المساجد ، و خاصة في صلاة الوتر في رمضان ، بحجة كونهم على خلاف مذهبهم ! و بعض أولئك الذين يدعون العلم بالفلك ، ممن يصوم و يفطر وحده متقدما أو متأخرا عن جماعة المسلمين ، معتدا برأيه و علمه ، غير مبال بالخروج عنهم ، فليتأمل هؤلاء جميعا فيما ذكرناه من العلم ، لعلهم يجدون شفاء لما في نفوسهم من جهل و غرور ، فيكونوا صفا واحدا مع إخوانهم المسلمين فإن يد الله مع الجماعة .

“Inilah yang sesuai dengan syariat (Islam) yang toleran, yang diantara misinya adalah mempersatukan umat manusia, menyatukan barisan mereka serta menjauhkan mereka dari segala pendapat pribadi yang memicu perpecahan. Syariat ini tidak mengakui pendapat pribadi –meski menurut yang bersangkutan benar– dalam ibadah yang bersifat kebersamaan seperti; shaum, Id, dan shalat berjamaah. Tidakkah engkau melihat bahwa sebagian shahabat Radhiallahu ‘Anhum shalat bermakmum di belakang shahabat lainnya, padahal sebagian mereka ada yang berpendapat bahwa menyentuh wanita, menyentuh kemaluan, dan keluarnya darah dari tubuh termasuk pembatal wudhu, sementara yang lainnya tidak berpendapat demikian?! Sebagian mereka ada yang shalat secara sempurna dalam safar dan diantara mereka pula ada yang mengqasharnya. Namun perbedaan itu tidaklah menghalangi mereka untuk melakukan shalat berjamaah di belakang seorang imam dan tetap berkeyakinan bahwa shalat tersebut sah. Hal itu karena adanya pengetahuan mereka bahwa bercerai-berai dalam urusan agama lebih buruk daripada sekedar berbeda pendapat. Bahkan sebagian mereka mendahulukan pendapat penguasa daripada pendapat pribadinya pada saat berkumpulnya manusia seperti di Mina. Hal itu semata-mata untuk menghindari kesudahan buruk (terjadinya perpecahan) bila dia tetap mempertahankan pendapatnya. Sebagaimana diriwayatkan oleh  Imam Abu Dawud (1/307), bahwasanya Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan Radhiallahu ‘Anhu shalat di Mina 4 rakaat. Maka shahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu mengingkarinya seraya berkata: “Aku dulu shalat bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakr, ‘Umar dan di awal pemerintahan ‘Utsman 2 rakaat, dan setelah itu ‘Utsman shalat 4 rakaat. Kemudian terjadilah perbedaan diantara kalian, dan harapanku dari 4 rakaat shalat itu yang diterima adalah yang 2 rakaat darinya.”
Namun ketika di Mina, shahabat Abdullah bin Mas’ud justru shalat 4 rakaat. Maka dikatakanlah kepada beliau: “Engkau telah mengingkari ‘Utsman atas shalatnya yang 4 rakaat, kemudian engkau shalat 4 rakaat pula?!” Abdullah bin Mas’ud berkata: “Perselisihan itu jelek.” Sanadnya shahih. Diriwayatkan pula oleh Al Imam Ahmad (5/155) seperti riwayat di atas dari shahabat Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhum Ajma’in.

Hendaknya hadits dan atsar ini benar-benar dijadikan bahan renungan oleh orang-orang yang selalu berpecah-belah dalam urusan shalat mereka serta tidak mau bermakmum kepada sebagian imam masjid, khususnya shalat witir di bulan Ramadhan dengan dalih bahwa keadaan para imam itu beda dengan madzhab mereka! Demikian pula orang-orang yang bershaum dan berbuka sendiri, baik mendahului mayoritas kaum muslimin atau pun mengakhirkannya dengan dalih mengerti ilmu falaq, tanpa peduli harus berseberangan dengan kebanyakan kaum muslimin. Hendaknya mereka semua mau merenungkan ilmu yang telah kami sampaikan ini. Dan semoga ini bisa menjadi obat bagi kebodohan dan kesombongan yang ada pada diri mereka. Dengan harapan agar mereka selalu dalam satu barisan bersama saudara-saudara mereka kaum muslimin, karena tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala bersama Al Jama’ah.” (As Silsilah Ash Shahihah, 1/389)

Wallahu A’lam ..

Kenapa Ikut Pemerintah?

Ada beberapa alasan kenapa berhari raya sebagusnya mengikuti pemerintah:

1.       Keumuman dalil surat An Nisa ayat 59: Athi’ullaha wa athi’ur rasul wa ulil amri minkum ….
Imam Al Baidhawi menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan ulil amri -‘pemimpin’ di sini adalah para pemimpin kaum muslimin sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sesudahnya, seperti para khalifah, hakim, panglima perang, di mana manusia diperintah untuk mentaati mereka setelah diperintah untuk berbuat adil, wajib mentaati mereka selama mereka di atas kebenaran (maa daamuu ‘alal haqqi). (Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, 1/466)

Sebagian muhaqqiq (peneliti) dari kalangan Syafi’iyah menyatakan wajibnya mentaati pemimpin, baik perintah atau larangan, selama bukan perintah haram. (Imam Al Alusi, Ruhul Ma’ani, 4/106)
Dan masalah penentuan hari raya tak ada kaitan sama sekali dengan perintah “keharaman”.

2.       Keumuman dalil hadits-hadits nabi untuk mentaati pemimpin selama bukan dalam perintah maksiat.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ يُطِعْ الْأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ يَعْصِ الْأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي وَإِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَعَدَلَ فَإِنَّ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرًا وَإِنْ قَالَ بِغَيْرِهِ فَإِنَّ عَلَيْهِ مِنْهُ
“Barangsiapa yang mentaatiku, maka dia telah taat kepada Allah. Barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka dia telah maksiat kepada Allah. Barangsiapa yang taat kepada pemimpin maka dia telah mentaatiku. Barangsiapa yang membangkang kepada pemimpin, maka dia telah bermaksiat kepadaku. Sesungguhnya pemimpin adalah perisai ketika rakyatnya diperangi dan yang memperkokohnya. Jika dia memerintah dengan ketaqwaan kepada Allah dan keadilan, maka baginya pahala. Jika dia mengatakan selain itu, maka dosanya adalah untuknya.” (HR. Bukhari No. 2957, Muslim No. 1835, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 7816, Ibnu Majah No. 2859.  Ahmad No. 7434)

Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: 
لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya ada pada yang ma’ruf (dikenal baik).” (HR. Bukhari No. 7257, Muslim No. 1840, Abu Daud No. 2625,   Ahmad No. 724, dll)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ
“Dengar dan taat atas seorang muslim adalah pada apa yang disukai dan dibencinya, selama tidak diperintah maksiat. Jika diperintah untuk maksiat, maka jangan didengar dan jangan ditaati.” (HR. Bukhari No. 7144, Abu Daud No. 2626, At Tirmidzi No. 1707, Ahmad  No. 6278)

Hadits-hadits ini merupakan petunjuk dan panduan dalam hal ini, yang memperkuat ketetapan sebelumnya bahwa mentaati pemimpin adalah wajib selama bukan dalam maksiat, dan –sekali lagi- penetapan Idul Adha dan Idul Fitri, tidak ada kaitan sama sekali dengan perintah berbuat  kemaksiatan.   

3.       Kaidah fiqih: Laa Inkara fi masaa’il Ijtihadiyah (tiada pengingkaran dalam perkara ijtihad)

Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah:

وَمِمَّا يَتَعَلَّق بِالِاجْتِهَادِ لَمْ يَكُنْ لِلْعَوَامِّ مَدْخَل فِيهِ ، وَلَا لَهُمْ إِنْكَاره ، بَلْ ذَلِكَ لِلْعُلَمَاءِ . ثُمَّ الْعُلَمَاء إِنَّمَا يُنْكِرُونَ مَا أُجْمِعَ عَلَيْهِ أَمَّا الْمُخْتَلَف فِيهِ فَلَا إِنْكَار فِيهِ لِأَنَّ عَلَى أَحَد الْمَذْهَبَيْنِ كُلّ مُجْتَهِدٍ مُصِيبٌ . وَهَذَا هُوَ الْمُخْتَار عِنْد كَثِيرِينَ مِنْ الْمُحَقِّقِينَ أَوْ أَكْثَرهمْ . وَعَلَى الْمَذْهَب الْآخَر الْمُصِيب وَاحِد وَالْمُخْطِئ غَيْر مُتَعَيَّن لَنَا ، وَالْإِثْم مَرْفُوع عَنْه
ُ
“Dan Adapun yang terkait masalah ijtihad, tidak mungkin orang awam menceburkan diri ke dalamnya, mereka tidak boleh mengingkarinya, tetapi itu tugas ulama. Kemudian, para ulama hanya mengingkari dalam perkara yang disepati para imam. Adapun dalam perkara yang masih diperselisihkan, maka tidak boleh ada pengingkaran di sana. Karena berdasarkan dua sudut pandang setiap mujtahid adalah benar. Ini adalah sikap yang dipilih olah mayoritas para ulama peneliti (muhaqqiq). Sedangkan pandangan lain mengatakan bahwa yang benar hanya satu, dan yang salah kita tidak tahu secara pasti, dan dia telah terangkat dosanya.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  1/131. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Jadi, yang boleh diingkari hanyalah yang jelas-jelas bertentangan dengan nash qath’i dan ijma’. Adapun zona ijtihadiyah, maka tidak boleh saling menganulir.

Imam Jalaluddin As Suyuthi Rahimahullah Ketika membahas kaidah-kaidah syariat, Imam As Suyuthi berkata dalam kitab Al Asybah wa An Nazhair:

                الْقَاعِدَةُ الْخَامِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ ” لَا يُنْكَرُ الْمُخْتَلَفُ فِيهِ ، وَإِنَّمَا يُنْكَرُ الْمُجْمَعُ عَلَيْهِ
Kaidah yang ke-35, “Tidak boleh ada pengingkaran terhadap masalah yang masih diperselisihkan. Seseungguhnya pengingkaran hanya berlaku pada pendapat yang bertentangan dengan ijma’ (kesepakatan) para ulama.” (Imam As Suyuthi, Al Asybah wa An Nazhair, Juz 1, hal. 285. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Juga dikatakan oleh Al Ustadz Hasan Al Banna Rahimahullah:

ورأي الإمام ونائبه فيما لا نص فيه ، وفيما يحتمل وجوها عدة وفي المصالح المرسلة معمول به ما لم يصطدم بقاعدة شرعية , وقد يتغير بحسب الظروف والعرف والعادات , و الأصل في العبادات التعبد دون الالتفات إلى المعاني , وفي العاديات الالتفات إلى الأسرار و الحكم و المقاصد
“Pendapat seorang pemimpin dan wakilnya dalam perkara yang di dalamnya tidak dibahas oleh nash, dan dalam perkara yang multitafsir, dan dalam maslahat mursalah maka itu bisa diamalkan selama tidak bertabrakan dengan kaidah syara’, dan dapat berubah seiring perubahan keadaan, tradisi, dan adat. Hukum dasar dari ibadah adalah ta’abbud (ketundukan) tanpa mencari-cari kepada makna-maknanya, sedangkan dalam hal adat dibolehkan mencari rahasia, hikmah, dan maksud-maksudnya.” (Ushul ‘Isyrin No. 5)
Oleh, karenanya taruhlah pendapat pemimpin salah, namun ketaatan tidaklah hilang hanya karena kekeliruan ijtihad mereka,  padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam justru menyebutnya mendapatkan satu pahala jika ijtihad salah. Sebab hal ini bukanlah sesuatu yang pasti benar dan pasti salah, kecuali jika kita sedang tinggal di Arab Saudi, saat mereka wuquf hari senin (9 Zulhijjah), kita berhari raya rabu (11 Zulhijjah), jelas itu salah. Sedangkan di negeri lain yang menggunakan perhitungan dan ru’yah sendiri, sangat mungkin terjadinya perbedaan. Sebenarnya, kalau pun ada yang shalat Id di hari tasyriq (11, 12, 13 Zulhijjah), maka sebagian ulama tetap membolehkan seperti Imam Ibnu Taimiyah, namun itu menurutnya mafdhul (tidak utama).
Di sisi lain, pemerintah pun tidak boleh mengingkari para ormas, dan memberikan kelapangan kepada rakyatnya dalam hal ini. Hanya saja sebagusnya para ormas ini memperhatikan ayat-ayat dan hadits-hadits ketaatan kepada pemimpin secara umum, selama bukan dalam hal haram, dan memperhatikan adab dan etika hidup berjamaah dan musyawarah.

4.       Kaidah: jika hakim sudah memutuskan maka perselisihan harus dihilangkan (Idza Hakamal Hakim yarfa’ul khilaf)

Kaidah ini didasarkan ayat An Nisa 59 di atas. Hendaknya perselisihan pendapat menjadi hilang ketika pemimpin sudah memutuskan perkaranya melalui lembaga yang ditunjuknya atau unsur pemerintah yang berwenang, terlepas dari apakah pemimpin kita ini termasuk zalim, fasiq atau tidak. Dan itu merupakan realisasi atas keimanan kita terhadap ayat tersebut,  betapa pun kita sangat tidak sependapat dengan pendapat pemimpin tersebut, bahkan kita menganggapnya itu pendapat yang keliru.
Dan kaidah ini  sangat bagus untuk meredam kemungkinan konflik di antara elemen umat Islam, baik sesama umat atau antara umat dengan pemimpinnya. Namun, hal ini sulit dilaksanakan oleh orang yang ta’ashub kelompok dan selalu memandang kebenaran melalui kaca mata kuda, tidak mau menerima masukan pihak lain.

Imam Al Qarrafi Rahimahullah mengatakan:

اعْلَمْ أَنَّ حُكْمَ الْحَاكِمِ فِي مَسَائِلِ الِاجْتِهَادِ يَرْفَعُ الْخِلَافَ وَيَرْجِعُ الْمُخَالِفُ عَنْ مَذْهَبِهِ لِمَذْهَبِ الْحَاكِمِ وَتَتَغَيَّرُ فُتْيَاهُ بَعْدَ الْحُكْمِ
Ketahuilah, bahwa keputusan hakim dalam masalah yang masih diijtihadkan adalah menghilangkan perselisihan, dan hendaknya orang menyelisihi ruju ‘ (kembali) dari pendapatnya kepada pendapat hakim dan dia mengubah fatwanya setelah keluarnya keputusan hakim. (Anwarul Buruq fi Anwa’il Furuq, 3/334. Mawqi’ Al Islam)

Syaikh Khalid bin Abdullah Muhammad Al Mushlih mengatakan:
فإذا حك
م ولي أمر المسلمين بحكم ترى أنت أن فيه معصية، والمسألة من مسائل الخلاف فيجب عليك طاعته، ولا إثم عليك؛ لأن حكم الحاكم يرفع الخلاف
Jika pemimpin kaum muslimin sudah menetapkan sebuah ketentuan dengan keputusan hukum yang menurut Anda ada maksiat di dalamnya, padahal masalahnya adalah masalah yang masih diperselisihkan, maka wajib bagi Anda untuk tetap taat kepadanya, dan itu tidak berdosa bagi Anda, karena jika hakim sudah memutuskan sesuatu maka keputusan itu menghilangkan perselisihan. (Syarh Al ‘Aqidah Ath Thahawiyah, 16/5. Mawqi’ Syabakah Al Islamiyah)

Selesai. Wallahu A’lam wa Ilaihi Musytaka …….