Kamis, 17 Mei 2018

Ditonton yuk program keren nih...

SCTV Siapkan Progam Khusus Ramadhan Bersama Rasullullah

Jam 06 pagi setiap

Jakarta Ramadan menjelang, SCTV mempersiapkan beragam tayangan istimewa untuk pemirsanya. Selain sinetron Ramadan, SCTV juga mempersiapkan progam khusus Ramadhan Bersama Rasullullah.

Ramadhan Bersama Rasulullah adalah program TV bermuatan dakwah yang menyajikan pembahasan tentang keutamaan bulan ramadhan yang diajarkan Rasulullah SAW. Mengulas berbagai tema dan kisah sejarah Rasululloh dan para sahabat di sejumlah tempat di Mekah dan Madinah serta menguraikan kisah atau peristiwa kontemporer yang inspiring dan penuh hikmah.

Syuting progam ini diambil di sejumlah lokasi yang tidak biasa, yakni HIJAZ (Makah Dan Madinah), dan di sejumlah lokasi yang berpanorama indah seperti di Puncak Gunung Batu Jonggol, di Setu Cileunca Pangalengan, Rawa gede, dan Air terjun Ciherang Sukamakmur.

Ramadhan Bersama Rasulullah akan menyusuri jejak sejarah Nabi, memetik hikmah dari berbagai kisah. Acara ini dipandu oleh DR. H. Ahmad Hatta, LC, MA (Alumni Islamic University of Madinah, Arab Saudi Direktur Maghfirah Travel) dan Muhsinin Fauzi, LC, Msi. Alumni Islamic University of Madinah, Arab Saudi.

Pemandu acara Ramadhan Bersama Rasullullah akan menuturkan beragam kisah tauladan dari dari semua zaman termasuk kisah kontemporer. Selain itu Ramadhan Bersama Rasullullah yang tayang di SCTV juga akan menyajikan kisah terbaru yang berkembang dimasyarakat.

SCTV Siapkan Progam Khusus Ramadhan Bersama Rasullullah


Ditonton yuk program keren nih...

SCTV Siapkan Progam Khusus Ramadhan Bersama Rasullullah

Jam 06 pagi setiap

Jakarta Ramadan menjelang, SCTV mempersiapkan beragam tayangan istimewa untuk pemirsanya. Selain sinetron Ramadan, SCTV juga mempersiapkan progam khusus Ramadhan Bersama Rasullullah.

Ramadhan Bersama Rasulullah adalah program TV bermuatan dakwah yang menyajikan pembahasan tentang keutamaan bulan ramadhan yang diajarkan Rasulullah SAW. Mengulas berbagai tema dan kisah sejarah Rasululloh dan para sahabat di sejumlah tempat di Mekah dan Madinah serta menguraikan kisah atau peristiwa kontemporer yang inspiring dan penuh hikmah.

Syuting progam ini diambil di sejumlah lokasi yang tidak biasa, yakni HIJAZ (Makah Dan Madinah), dan di sejumlah lokasi yang berpanorama indah seperti di Puncak Gunung Batu Jonggol, di Setu Cileunca Pangalengan, Rawa gede, dan Air terjun Ciherang Sukamakmur.

Ramadhan Bersama Rasulullah akan menyusuri jejak sejarah Nabi, memetik hikmah dari berbagai kisah. Acara ini dipandu oleh DR. H. Ahmad Hatta, LC, MA (Alumni Islamic University of Madinah, Arab Saudi Direktur Maghfirah Travel) dan Muhsinin Fauzi, LC, Msi. Alumni Islamic University of Madinah, Arab Saudi.

Pemandu acara Ramadhan Bersama Rasullullah akan menuturkan beragam kisah tauladan dari dari semua zaman termasuk kisah kontemporer. Selain itu Ramadhan Bersama Rasullullah yang tayang di SCTV juga akan menyajikan kisah terbaru yang berkembang dimasyarakat.

Selasa, 15 Mei 2018

TERAPI PELUK DAN REFRAMING

PELUKLAH ....!!!
anak kita ...
pasangan kita ....
dg pelukan kasih sayang ....
bagaimanapun tdk kondusifnya hati kita ...   PELUKLAH ..
agar Yang diatas menyayangi kita ...

mhn maaf copas ...👇
smg manfaat ....


Bismillahi..
Alhamdulillah..
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh...

*TERAPI PELUK DAN REFRAMING*

"Mba Nov, gimana sih caranya jadi ibu yang sabar, yang lembut, yang gak gampang marah-marah sama anak, yang gak suka nyubit."

Hmmm saya sebenarnya bingung kalo ditanya begitu. Karena dasarnya, saya itu punya bakat pemarah dan kasar. Tapi kalo boleh saya mau sharing pengalaman saya mengelola emosi yang masih berproses hingga sekarang.

Kalau yang mengikuti status saya dari dulu dulu, pasti tahu saya punya innerchild yang sedang saya sembuhkan. Alhamdulillah nya, Allah menjodohkan saya dengan seorang lelaki yang sebelumnya sudah punya 'kabel pengasuhan' yang baik dari orang tuanya. Sehingga, saya bisa belajar tentang menjadi orang tua yang lembut darinya dan keluarganya.

Perjalanan pengelolaan emosi saya berawal sejak hari pertama menikah. Suami saya, dengan tegas tapi lembut mengatakan bahwa tidak boleh ada marah-marah, bentak-bentak, teriak-teriak, atau pukul-pukul di keluarga kami. Baik untuk hubungan suami istri maupun orang tua ke anak.

Maka, saya coba pegang betuul nasihat suami saya ini. Tapii, tentu saja praktiknya tidak semudah dan semulus ituu. Saya yang dasarnya mudah marah tidak bisa serta merta jadi istri dan ibu yang lembut.

Awalnya, setiap kali mau marah, saya memilih time out. Lariiii. Bersembunyiii. Menenangkan diri sejenak agar siap menghadapi anak yang tantrum dengan senyuman. Sesaat cara ini berhasil membuat saya tidak marah-marah. Tapi kemudian, setelah lama memperhatikan, suami saya komplain.

"Kok bisa, Qairina nangis begitu mamahnya malah kabur. Menenangkan diri sendiri. Apanya yang harus ditenangkan? Siapa yang sebenarnya perlu ditenangkan?"

Pertama mendengar komplainnya, saya 'mendidih', lalu menjawab sambil terisak, "Papah gak tau sih gimana susahnya mengontrol emosi! Papah pilih mana, mamah marah-marah atau menenangkan diri sendiri dulu?"

"Kenapa harus ikut marah? Apa salah Qairina?"

Jleb. Saya mulai berusaha mencerna apa yang diucapkan suami saya. Kenapa saya harus terbawa emosi?

Lalu saya bertanya pelan, "Lalu mamah harus bagaimana?"

Dia menjawab tegaas.

"Peluuuk. Peluuuk erat Qairina. Tenangkan emosinyaa."

Saya masih ngeyel. "Bagaimana mungkin bisa memeluk dan menenangkannya kalo mamah sendiri gak tenang?"

"Coba dulu ajaa. Papah kalo liat Qairina rewel, terus agak kesal sama dia, papah peluuk. Begitu memeluk Qairina, rasa kesal itu seketika hilaang berganti rasa sayang."

Dia melanjutkan lagi.
"Saat anak menangis itu artinya dia sedang membutuhkan sesuatu dari kita. Dia butuh kitaa untuk membuatnya nyamaan. Maka, kalo mamah malah larii menenangkan diri sendiri, papah sebal. Jangan lari mah, hadapi tangisannya, berikan rasa nyaman. Peluuk. Lepas emosi kita sendiri saat memeluk anak. Insya Allaah dia akan lebih mudah ditenangkan."

Saya terdiam, kata-katanya membuat saya skakmat. Tak berkutik. Saya mencoba meresapi makna yang coba disampaikannya.

Sejak saat itu, saat menemui kondisi yang membuat saya hampir marah ke anak, saya coba praktikkan nasihatnya. Sambil otak saya terus berusaha me-reframe apa yang saya lihat dari sudut pandang yang positif. Dan setelah saya reframe banyak hal yang menyebabkan Qairina tantrum, sebenarnya memang marah-marah itu tidak diperlukan. Anak tidak akan 'berulah' kalo kita sudah memenuhi haknya dengan sebaik-baiknya.

Anak menyobek-nyobek buku?
Ah mungkin saya yang kurang menstimulasi motorik halusnya sehingga dia belum cekatan memegang dan membolak-balikkan buku. Tak perlu marah-marah, kasih senyuman, ajak anak merapikan buku yang disobek sambil bermain.

Anak berteriak-teriak karena keinginannya gak diturutin?
Ah mungkin saya kurang memperhatikannya saat dia bersikap baik, sehingga dia 'mencari perhatian' dengan cara berteriak. Peluuk, minta maaf, biarkan dia me-release emosinya, setelah reda tanyakan apa keinginannya baik-baik.

Anak rewel minta ditemenin bermain padahal saya capek habis pulang kerja atau habis melakukan seabrek pekerjaan rumah tangga?
Ah bukan salahnya. Saya yang belum menunaikan kewajiban saya menemaninya bermain. Dia hanya meminta haknya. Tak adil jika saya memintanya mengerti kalo saya capek, dia hanya seorang balita, saya lah orang yang dewasa. Maka, tarik nafas, cuci muka/wudhu, kembali temui anak dan ajak dia bermain sesukanya dengan sepenuh jiwa dan raga.

Anak bikin rumah berantakan?
Alhamdulillah rumahnya jadi lebih hidup. Alhamdulillah itu artinya anak sehat. Ingat saat dia tergolek lemas di bangsal rumah sakit. Rumah rapi, tapi tak ada tawa yang bergema di udaranya. Penuhi dulu hati dengan syukur, lalu ajak merapikan mainan sama-sama sambil bernyanyi atau main games. Kalo tetap tidak mau, atau hanya mau membantu setengah-setengah pun tak apa, tak perlu dipaksa. Cukup contohkan kalo habis bermain, mainan harus dirapikan kembali.

Anak rewel di tempat umum atau di tempat antrian?
Ah mungkin saya membuatnya bosan sehingga dia rewel. Atau saya tidak cukup membawa mainan atau buku yang bisa membuatnya tenang. Atau saya yang terlalu memaksa mengajaknya ikut tanpa terlebih dulu bertanya kesediannya.

Nah, ternyata memeluk sambil me-reframe pikiran sendiri ituu bisa jadi emosional healing buat saya. Alhamdulillah, saya jadi lebih bisa mengelola emosi.

Belakangan, 'terapi peluk' dan me-reframe pikiran ini juga saya terapkan untuk suami. Saat saya sebal, marah, atau ada unek-unek yang ingin disampaikan, saya memeluk suami. Awalnya gengsiiii, masa sih lagi sebel malah peluk peluk suami, tapi alhamdulillah ini bisa menjaga kelembutan saya sebagai seorang istri. Paling tidak, jadi tidak marah-marah dan ngomel-ngomel sama suami. 😁

Saat lagi marah, saya peluuk suami sambil bisikin, "Mamah lagi sebel sama papah."

Biasanya dia akan tertawa sambil bertanya, "Hahaha lagi marah kok meluk?"

"Iya, habisnya mamah marah sama papah. Tapi takut takut dilaknat Allah."

"Hahaha kalo begitu jangan marah."

"Habisnya papah nyebelin sih."

Daaan mengalirlah dialog diantara kami, biasanya suami akan kuras habis unek-unek saya. Kalo saya lagi emosi banget, ceritanya bisa tersendat-sendat karena sambil terisak. Tapi dia dengarkan sampai saya puas ngomong.  Baruuu dia kasih alasan, balasan, dan kritikan balik ke saya. Lalu kami saling berkompromi dan saling meminta maaf.

Kalo posisinya dia yang marah sama saya. Saya peluuk juga. Ngomong sambil takut-takut. "Papah jangan marah dong sama mamah. Nanti Allah gak ridho sama mamah. Nanti syetan seneng, tepuk tangan bersorak sorai liat kita marahan. Terus nanti siapa yang peluk mamah?"

Biasanya kalo dibegituin, jadi reda marahnya. Mungkin kasian kalo istrinya gak diridhoi Allah. Atau kasian bayangin istrinya meluk tiang listrik. 😁

Alhamdulillah terapi peluk dan me-reframe ini berhasil diterapkan di keluarga saya. Meskipun tetaap, praktiknya sungguh up and down. Tapi alhamdulillah bisa bikin saya minimaal gak pake bentak, nyubit, atau mukul anak. Minimal tidak ada lukaa yang saya tinggalkan untuknya. Kalo kesel kesel dikit ya manusiawi, cuma tetap diusahakan hilang sama sekali.

Memeluuk memungkinkan kita untuk menghidupkan sensor cinta untuk orang tersayang kita.
Memeluuk memungkinkan kita untuk menyamankan diri sendiri lewat sentuhan fisik dengan orang tercinta.
Memeluuk memungkinkan kita untuk menyampaikan bahasa cinta yang paling terasa.
Memeluuk tidak memungkinkan kita untuk saling berteriak, saling membentak, atau saling memarahi meski sedikit saja.
Memeluuk membantu kita melepas emosi yang menjalari pikiran dan jiwa kita.

Jadi, ayo peluuk orang-orang tercinta kita apapun keadaannya.
Peluk ketika merasa senang. Peluk ketika merasa sedih. Bahkan peluk ketika merasa marah. Dan rasakanlah sensasi emotional healing nya. 😊

Fb : Novika Amelia

Jumat, 11 Mei 2018

Nasehati Aku Dikala Sendiri, Jangan Nasehati Aku Dikala Ramai, Karena Itu Bagai Hinaan Yang Melukai Hati

Membiasakan diri kita untuk saling menasehati satu sama lain adalah tugas kita sebagai umat muslim, karena kita berkewajiban untuk saling membantu dalam menegakkan kebenaran ajaran Allah, agar kita selalu sama-sama mendapat ridlanya.

Tetapi jangan sampai kita salah dalam menyapaikan nasehat, karena jika kita tidak berhati-hati dalam mengutarakan niat baik itu, hanya sebuah keburukan yang akan kita dapatkan. Karena tak sedikit dari kita yang memberikan nasehat kepada sesamanya, namun bagaikan sebuah hinaan.

Hal itu disebabkan karena kita lupa melihat situasi dan kondisi, kadang kita tanpa sadar menegur kesalahan orang lain tepat didepan orang banyak. Padahal nasehat yang seperti itu akan mebuat kita seakan-akan tak berperasaan.

Karena menasehati kesalahan orang lain didepan umum adalah tindakan yang hanya akan membawa kita pada keburukan, karena secara tidak sadar kita telah menghina kekurangannya didepan orang banyak.

Maka, biasakanlah menyampaikan nasehat kepada orang lain ketika ia tengah sendiri, sebab menasehati kealahannya tepat ketika didepan orang banyak hanya akan menyakiti perasaannya.

Jangan Biasakan Menegur Kesalahan Orang Didepan Umum, Karena Sama Saja Kamu Memberitahukan Keburukannya Pada Semua Orang

Iya, jangan membiasakan diri menegur kesalahan yang orang lain perbuat didepan umum. Karena jika kita melakukan hal itu sama saja kita telah mengumumkan keburukannya pada semua orang.

Allah selalu menyuruh kita untuk menjaga aib-aib saudara kita, jadi ketika kita menegur kesalahan orang lain, hendaklah kita mengingat bahwa kesalahannya adalah aib dirinya, dan tugas kita harus menjaganya bukan malah mengumbarnya.

Hendaklah Berfikir Sebelum Memberi Nasehat, Agar Niat Baikmu Tidak Dipandang Sebelah Mata

Ketika kita berkeinginan untuk menasehatinya, maka hendaklah kita berfikir sebelum semuanya tersampaikan. Agar niat baik yang hendak kita laksanakan tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain.

Kita harus selalu berhati-hati dalam menasehati seseorang, sebab karakter orang tidaklah sama. Ada sebagian orang yang memang senang ketika orang lain menasehatinya, tetapi ada juga yang malah sebaliknya, mereka kesal ketika orang lain menasehatinya.

Sebab itulah kita harus selalu berhati-hati dalam menyampaikan nasehat pada orang lain yang tengah melakukan kesalahan, jangan sampai seenaknya kita menegurnya dengan tanpa melihat situasi dan kondisi.

Berilah Dia Nasehat Ketika Tengah Sendiri, Karena Berbicara Hati Kehati Akan Lebih Baik

Berikanlah dia nasehat ketika tengah sendiri, agar ia berfikir dengan tenang saat kita memberitahukan kesalahan yang telah ia perbuat. Karena memang berbicara antara hati kehati itu akan menjadikannya lebih baik. Sebab dengan nasehat yang kita berikan, Ia akan merasa dilindungi bukan sekedar ditegur.

Berupayalah Untuk Tetap Lemah Lembutlah Dalam Menyampaikan Nasehatmu

Berupayalah untuk tetap menjaga bahasa yang akan kita gunakan, tetaplah berlemah lembut dalam menyampaikan nasehat. Agar kita tidak terkesan mengguruinya, sebab sebagian orang lain kadang tidak menyukai bahasa yang kita gunakan, bukan karena ia tidak mau ditegur, tapi karena bahasa kita yang tidak terkontrol.

Beritahukanlah Dengan Bijak Dimana Kesalahannya, Jangan Menyalahkannya Dengan Bahasa Yang Kasar

Beritahukanlah dengan bijak diamana letak kesalahannya, jangan sampai nasehat yang kita berikan terkesan meyalahkannya karena bahasa yang kita gunakan terlalu kasar. Sebab, banyak orang yang mempunyai niat baik untuk memberikan nasehat kepada sesama, tetapi tidak bisa menyampaikannya dengan bahasa yang baik.

Maka tak heran jika banyak yang tidak terima kadang dirinya ditegur, karena penyebabnya bisa jadi karena tidak tahunya kita tata cara memberi nasehat dengan baik itu seperti apa.

Kamis, 03 Mei 2018

Messi Gagap Bola

*Messi Gagap Bola*

Kisah ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu. Seorang kawan lama mengajak anak lelakinya (kelas 5 SD) untuk ditingkatkan kemampuan bermain bolanya menggunakan NLP.

Beberapa waktu sebelumnya, dia menelpon saya untuk menanyakan apakah hal itu mungkin dilakukan.

Sejujurnya, saya sendiri juga tidak memiliki jawaban pasti, maka satu-satunya jalan untuk mengetahuinya adalah meminta kawan saya tadi membawa anaknya untuk saya intervensi kemampuan bermain bolanya.

Singkat cerita,  setelah mengajarkan membuat *WFO (Well Formed Outcome)*, saya gunakan teknik _Circle of Excellence_ kepada anak kawan saya tadi.

H: "Kakak suka main bola?"
K: "Suka Om"
H: "Mau dibantu supaya lebih keren main bolanya?"
K: "Mau banget Om"
H: "Siapa pemain bola idola Kakak?"
K: "Messi Om"
H: "Kakak tahu Messi itu siapa?"
K: "Tahu banget Om"

Kemudian kakak menceritakan mengenai  Messi dengan sangat antusias dan detail.

H: "Wow,  Kakak sangat mengenal Messi ya? Emang suka nonton Messi kalau lagi tanding ya?"
K: "Sering Om. Pokoknya kalau Messi tanding aku pasti nonton. Kalau ga bisa karena malam, aku minta ayah untuk merekamnya"

Selanjutnya saya membuat sebuah lingkaran di lantai menggunakan spidol dengan diameter 1 meter. Saya minta Kakak berdiri di luar lingkaran, kemudian membayangkan semua kehebatan Messi ketika bermain bola sambil memejamkan mata. Dan ketika saya melihat tanda-tanda _trance_ di wajah Kakak, saya minta dia membuka mata untuk kemudian mengambil 'sesuatu' dari udara dan memasukkan ke dalam lingkaran. Saya minta Kakak mengulanginya beberapa kali.

H: "Baik Kakak,  sekarang Kakak bayangkan bahwa semua keahlian Messi bermain bola seperti menggocek bola,  power ketika menendang, ketepatan mengoper bola dll sudah ada di dalam lingkaran ini. Dalam hitungan 3, Kakak langkahkan kaki kanan dulu ke lingkaran ini. Satu dua dan tiga. Rasakan dan bayangkan keahlian Messi merambat melalui kaki kanan Kakak. Kakak bisa merasakan?"
K: "Ya Om. Rasanya seperti kesemutan."
H: "Bagus. Dalam hitungan 3, langkahkan kaki kiri ke dalam lingkungan. Satu dua dan tiga. Dan sekarang rasakan semua keahlian Messi juga memasuki kaki kiri Kakak. Sekarang pejamkan mata Kakak dan bayangkan dalam pikiran Kakak bahwa Kakak sedang bermain bola di lapangan yang ajaibnya pola permainan bola Kakak persis sama seperti Messi. Rasakan bangga dan bahagianya. Kalau Kakak sudah merasa sangat bangga dan bahagia, segera remas jempol tangan kanan dengan lembut. Bagus!"

Saya biarkan proses ini berjalan sekitar dua menit. Saya perhatikan wajah Kakak terlihat gembira. Di mulutnya tersungging senyum kecil, bola matanya terlihat bergerak-gerak di balik kelopaknya yang terpejam.

H: "Baik Kakak, buka mata sekarang. Dan dalam hitungan 3, keluar dari lingkaran kaki kiri terlebih dahulu. Satu dua dan tiga"

Setelah semua proses selesai,  kemudian saya hapus lingkaran di lantai tadi.
***

Sehari setelah sesi terapi, dengan takjub kawan saya memberitakan via _whatsapp message_ bahwa semua skill anaknya dalam bermain bola meningkat drastis. Kawan-kawannya takjub. Pelatihnya takjub. Saya juga takjub.

Namum sebulan setelah itu, kawan saya menelpon saya dengan agak gusar, mengabarkan bahwa Kakak 'gagap' bermain bola. Alih-alih menggiring bola atau menendang, melihat bola saja dia 'gagap', kebingungan tanpa juntrungan. Bahkan dia menanyakan apakah 'keajaiban' yang terjadi sebulan sebelumnya itu ada jangka waktunya. Apakah setelah keajaiban hilang perlu di _recharge_ lagi, yang artinya ada mahar lagi.

Jujur, saat itu saya juga jadi gagap. Kasus seperti ini baru sekali ini saya alami. Meski terkesan simple, namun saya bisa membayangkan kegusaran kawan saya menyadari anak kesayangannya yang selama ini sudah jago bola, tetiba saja menjadi 'gagap bola'.

Untunglah sebelum semua berlarut-larut, saya ingat sesuatu. Saya tanyakan apa yang terjadi sebelum Kakak gagap bola. Menurut kawan saya tadi, dengan usia yang meningkat maka Kakak pindah klub bola yang lebih senior.

Nah, cahaya terang mulai terlihat semburatnya.

H: "Apakah Kakak tetap di posisi semula, yaitu _striker_?"
Kawan (K): "Tentu bergeser Bro. Sekarang dia ada di posisi _back_"
H: "Nah itu dia jawabannya Bro. Seumur hidup atau minimal sepengetahuan Kakak, Messi tidak pernah jadi _back_. Jadi ya wajar saja ketika jadi back dia akan mengalami kegagapan keahlian"
***

Sidang pembaca yang berbahagia, mungkin Anda juga gagap dengan cerita di atas. Sedrastis itukan perubahan pada seseorang bisa terjadi, bahkan sampaj pada aspek perilaku?

NLP mengenalkan sebuah metode yang disebut *NLL (Neuro Logical Level)* atau tingkat logis perubahan, tingkat berpikir logis dan tingkat neurologis.
Metoda atau alat ini sangat berguna untuk membantu  memahami perubahan dari titik sudut pandang individu, sosial atau organisasi. Metoda ini dikembangkan oleh Robert Dilts yang didasarkan pada "tingkat neurologis" oleh antropolog Gregory Bateson.

Teori tingkat neurologis menyebutkan tiga jenis perubahan yang mendasar dalam individu atau kelompok sosial:

1. _Perubahan remediative_:
Apa yang terjadi ditingkat lingkungan dan perilaku.

2. _Perubahan generative_:
ini terjadi pada tingkat kemampuan, keyakinan dan nilai-nilai.

3. _Perubahan evolusioner:_
ini terjadi pada tingkat identitas dan tujuan.

Dilts dan DeLozier menyatakan bahwa "tingkat perubahan remediative adalah seperti mencabut rumput liar tumbuh di lapangan. Tingkat generatif, perubahannya mirip dengan menanam bibit baru dengan tujuan untuk mendapatkan rumput baru tumbuh. Tingkat perubahan evolusioner melibatkan proses mendalam mengubah sifat tanah di mana ia tumbuh dan kedua rumput dan bijinya berkembang. "
***

Ada enam tingkatan NEURO LOGICAL LEVEL.

6. _Spirituality & Purpose_ ==> Pola TUJUAN, GOAL! ==> WHO ELSE?

Tingkat ini diperuntukan pada sistem yang lebih besar (yaitu keluarga, rekan kerja, mereka yang memerlukan jasa atau produk,masyarakat, ...). Apa tujuan Anda? Apadampak yang ingin Anda miliki?

5. _Identity & Mission_ ==> Pola MISI, kesungguhan dalam bertindak ==> WHO?

Siapa Anda atau peran apa yang Anda mainkan? Identitas seperti apa yang ingin Anda kenakan?

4. _Belief & Value_ ==> Pola MOTIVASI ==>WHY?

Keyakinan dan nilai yang Anda milikitentang diri Anda, tentang orang lain,tentang dunia pada umumnya. Apakah keyakinan ini mendukung Anda dalam memenuhi peran Anda?

3. _Capability & Strategy_ ==> Pola TINDAKAN==> HOW?

Kemampuan, strategi dan rencana tindakan apa yang Anda miliki? Apakah Anda perlu mengembangkan kemampuan baru, strategiatau rencana tindakan?

2. _Behaviors_ ==> Pola PERILAKU ==> WHAT?

Apa yang orang benar-benar lihat dari pengalaman dalam perilaku Anda? Apakah perilaku Anda sejalan dengan masing-masing tingkat logika di atas?

1. _Environment_ ==> Identifikasi HAMBATAN==> WHERE?

Kapan, di mana, dengan siapa Anda lakukan perilaku ini? Apakah mereka sejalan dengan tingkat logika atas? Apakah lingkungan tersebut mendukung Anda?
***

Dengan memahami NLL di atas, kita jadi paham apa yang terjadi pada Kakak. Di usianya yang masih sangat muda ini, pikirannya masih lebih sering berada di gelombang alpha, maka ketika saya minta dia melakukan 'circle of excellence' tempo hari ternyata Kakak mengalami proses perubahan lengkap dari level purpose sampai level environment. Maka dalam urusan bermain bola, dia benar-benar merasakan bahwa dirinya adalah Messi. Messi adalah _striker_. Oleh karenanya segala sesuatu di luar striker bukanlah permainan bola.

Sila tebar jika manfaat

Salam Bahagia

Selasa, 01 Mei 2018

Ketahanan Keluarga Rapuh, Aliansi Perempuan Indonesia Dideklarasikan

Jakarta (panjimas.com) – Organisasi kemasyarakatan perempuan lintas profesi bernama Aliansi Perempuan Indonesia (ALPIND) baru saja dideklarasikan. Untuk mengenalkan kepada masyarakat, ALPIND menggelar tabligh akbar di Masjid Jakarta Islamic Center, Koja, Jakarta Utara, Sabtu pagi (10/02/2018).

ALPIND adalah organisasi kemasyarakatan yang baru dideklarasikan. Ormas perempuan lintas profesi ini dipimpin oleh Hj. Atifah HAsan, Lc sebagai ketua umum dan Dr Astriana Baiti, MS sebagai sekretaris umum.

Sejumlah nama ustazah yang malang melintang di majelis-majelis taklim di Jakarta bergabung di organisasi ini. Atifah adalah seorang mubalighah sekaligus aktivis Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT). Sementara Sekretaris Jenderal ALPIND dijabat oleh Dr Astriana Baiti, MS, dosen pascasarjana Universitas Islam As-Syafiiyah (UIA) Jakarta sekaligus Ketua Umum Majelis Ta’lim An-Nisa.

Di jajaran pengurus terdapat nama Prof Dr Euis Sunarti, guru besar IPB yang duduk sebagai Dewan Pembina, mantan Ketua Umum DPP Salimah Dr Hj Aan Rohana sebagai Ketua Bidang Kebangsaaan, mubalighah Hj Nani Handayani sebagai Ketua Bidang Jaringan dan Kerja Sama dan pemilik Jakarta Islamic School Fifi Proklawati Jubilea sebagai Wakil Ketua Bidang aringan dan Kerja Sama.

Ketua Umum Aliansi Perempuan Indonesia, Hj Atifah Hasan, Lc mengungkapkan, tabligh akbar bertema “Semangat Persaudaraan Membangun Indonesia Penuh Berkah” yang diselenggarakan pihaknya itu dimaksudkan untuk mengenalkan sekaligus menjelaskan kepada masyarakat konsideran lahirnya Aliansi Perempuan Indonesia.

Setidaknya, seperti dibacakan Atifah dalam konferensi pers, ada tiga alasan yang mendasari pendirian ALPIND. Pertama, mengingatkan sejarah kegemilangan peradaban Islam yang terwujud karena adanya kemitraan antara laki-laki dan perempuan. Kedua, semangat persaudaraan yang menjadi komitmen dan ruh perjuangan kaum perempuan, dan ketiga, adanya kegelisahan atas kondisi bangsa.

“Indonesia dalam keadaan darurat. Begitu rapuhnya ketahanan keluarga kita. Keluarga sebagai tempat penanaman nilai dan pembangunan karekter anak, ternyata gagal tidak dapat melakukan fungsi-fungsi keluarga,” tandas Atifah saat konferensi pers di Masjid Jakarta Islamic Center, Koja, Jakarta Utara, Sabtu (10/02/2018).

Dengan latar belakang pemikiran seperti itu, Atifah menjelaskan ALPIND akan fokus menggarap pembangunan ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga dipandang sebagai subsistem yang paling mendasar dari subsistem sosial yang terbesar yakni negara.

Fokus ini sekaligus disebut sebagai pembeda antara Aliansi Perempuan Indonesia dengan organisasi lain yang melihat konteks pemberdayaan perempuan sebagai individu sehingga apapun yang menghalangi perempuan harus dihilangkan dan jelasnya dikotomi peran perempuan antara peran publik dan domestik.

“Aliansi Perempuan Indonesia melihat perempuan sebagai bagian yang tidak bisa dilepaskan dari keluarga. Sehingga bagi ALPIND fokus utamanya adalah pembangunana ketahanan keluarga,” tegas mantan anggota MPR Periode 1999-2004 ini.
Pesan Gubernur DKI

Turut hadir Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dalam tabligh akbar bertema “Semangat Persaudaraan Membangun Indonesia Penuh Berkah” yang digelar Aliansi Perempuan Indonesia (ALPIND) di Masjid Jakarta Islamic Center, Koja, Jakarta Utara, Sabtu pagi (10/2/2018).

Anies datang ke acara yang diikuti ribuan jamaah ibu-ibu majelis taklim se-Jakarta itu tidak sendirian. Pantauan di lokasi, ia hadir dengan didampingi istrinya Fery Faharti Baswedan serta ibundanya, Aliyah Rasyid. Serta hadir pula istri Wakil Gubernur DKI Jakarta, Nur Asia Uno di lokasi tersebut.

Dalam sambutannya, Anies menyampaikan sangat bersyukur dengan adanya tabligh akbar seperti ini. Karena ini yang pertama kali yang diselenggarakan oleh Aliansi Perempuan Indonesia. “Saya berharap dari ormas ALPIND ini bisa bisa memperkuat persatuan dalam bangsa ini, salah satu kunci terpenting untuk kemajuan bangsa yaitu kaum ibu atau perempuan. Jadi apabila kaum ibu maju, bangsa pun akan maju,” kata dia. (ass)